SELAMAT TAHUN BARU SAHABAT...!!

Sabtu, 26 Desember 2009

Tahun 2009 sebentar lagi dan hanya dalam hitungan hari akan berlalu. Begitu banyak yang telah saya alami dan rasakan di tahun ini : Suka & Duka...Sedih & Gembira juga jatuh & bangun. Semua yang telah saya alami seharusnya memang dapat saya ambil hikmahnya, karena apa yang telah saya lalui, alami dan rasakan pada detik ini, hari ini dan tahun ini tak akan pernah sama dengan apa yang akan saya alami di hari berikutnya atau tahun berikutnya.

Disaat saya jatuh, berduka atau bersedih..seyogyanya saya harus Tawakal dan berpasrah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena atas kuasaNya semua ini bisa terjadi. Bukan semata-mata tawakal tetapi juga dibarengi dengan koreksi sekaligus instropeksi diri..mengapa semua terjadi ?, apa yang kurang ? atau apa yang salah ?. Dengan begitu paling tidak kedepannya saya bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik dan lebih baik lagi...

Disaat saya suka, senang dan gembira..seyogyanya saya harus pandai-pandai bersyukur karena semua yang saya dapat, saya nikmati tidak lain karena semua kehendak Allah. Dengan begitu apa yang saya dapat tidak membuat saya menjadi orang yang kufur, takabur dan sombong...( Semoga saya termasuk orang-orang yang bersyukur atas segala rahmat dan karuniaNya...Amin )

Ditahun ini pula, sayapun amat bersyukur dapat menambah sahabat walau masih sebatas sahabat dalam dunia maya. Saya juga berterimakasih para sahabat masih mau menyempatkan diri untuk berkunjung dan juga berbaik hati memberikan award sebagai simbol persahabatan, diantaranya adalah Mba Zahra Lathifa....



 

 

Terima kasih buat Mba Zahra, terima kasih buat para sahabat
SELAMAT TAHUN BARU & SUKSES SELALU
Selengkapnya...

LIANG LAHAT

Selasa, 15 Desember 2009


Seorang lelaki berperawakan kurus yang berpakaian kumal dan lusuh terlihat mondar-mandir di area pemakaman desa Cikidul. Namun lelaki itu lebih sering terlihat duduk di bawah pohon mahoni yang cukup besar, tepat dibawah pohon itu terdapat dua makam yang berdampingan. Bagi pak Wardi, orang yang dipercaya untuk menjaga dan merawat kebersihan seluruh area pemakaman. Ia tak terlalu mempersalahkan kehadiran lelaki itu di area pemakaman, walau lelaki itu sulit diajak bicara. Jangankan di ajak mengobrol, ditegurpun lelaki itu hanya tersenyum saja.

Bila melihat dua makam dibawah pohon mahoni itu, pak Wardi teringat akan peristiwa yang terjadi dua bulan yang lalu saat pak Kades Cikidul meninggal dunia. Pak Wardi bersama beberapa orang warga yang bertugas menggali kubur menemui kejanggalan-kejanggalan yang tak pernah mereka temui selama ini. Sesuai amanat dari almarhum pak Kades yang meminta untuk dikuburkan disisi istri dan anaknya maka pak Wardi bersama warga yang lain menggali liang lahat disisi dua buah kuburan yang berdampingan itu. Namun baru saja mereka mulai menggali, kejanggalan sudah terjadi. Cangkul dan garpu terasa tak mampu menghujam di tanah. Permukaan tanah terasa begitu keras laksana menggali lapisan beton. Ketika diputuskan berpindah kesisi yang lainnya ternyata tetap sama. Mereka tak habis piker, mengapa itu bisa terjadi…?. Namun kejanggalan tak hanya sampai disitu. Kejanggalan kedua muncul saat tanah mulai tergali, walau tanah yang diangkat dari lubang sudah demikian banyak tapi  kedalaman lubang seperti tak berubah. Belum lagi ditambah kejanggalan terakhir, mereka dapati akar pohon mahoni yang menjulur ditengah-tengah lubang seakan tak berhenti tumbuh, walau sudah beberapa kali ditebas oleh tajamnya golok. Setiap kali akar terputus karena tebasan golok dengan cepat akar itu menjulur kembali seperti semula dan kemudian memenuhi lubang kubur yang telah susah payah mereka gali. Para penggali makam yang memang sejak semula menemui kejanggalan akhirnya menyerah dan melaporkan hal itu kepada keluarga pak Kades atau para sesepuh kampung. Merekapun heran juga bingung setelah mengetahui apa yang telah terjadi, sehingga merekapun memutuskan untuk menggali lubang kubur ditempat yang lain dan agak jauh dari pohon mahoni tersebut.

            Kabar tentang kejanggalan-kejanggalan tersebut akhirnya sampai ketelinga seluruh warga kampung, merekapun mulai bergunjing mengenai keanehan yang terjadi. Gunjingan mereka terutama berkait dengan dua makam di bawah pohon mahoni itu. Kedua makam itu adalah makam istri muda pak Kades yang bernama Waluh bersama anaknya. Namun sudah menjadi rahasia umum kalau Waluh dinikahi karena ancaman dan pemaksaan. Padahal semua warga tahu bahwa Waluh sudah bertunangan dengan seorang pemuda bernama Samiaji. Suatu kali Samiaji pernah dipukuli oleh kaki tangan pak Kades dan diancam agar memutuskan tali pertunangan juga diancam agar tidak menemui Waluh lagi. Rasa sakit di hati Samiaji mengalahkan rasa sakit yang diderita tubuhnya. Hati Samiaji tidak terima, dia tak akan rela kekasih yang sangat dicintainya itu direngut begitu saja apalagi dengan cara-cara pengecut
            Suatu malam, saat cahaya remang-remang rembulan menyelimuti permukaan bumi, sebuah bayangan berkelebat dalam pekatnya malam. Dengan mengendap-ngendap bayangan itu mulai mendekati rumah pak Sukimin…ayah Waluh. Cahaya rembulan sedikit membantunya melewati kebun yang penuh ditumbuhi pohon kecapi yang rimbun. Rupanya bayangan itu adalah Samiaji yang bertekad untuk mengajak Waluh pergi walau apapun yang terjadi. Sejenak ia memperhatikan suasana sekeliling, ketika dirasa aman mulailah ia mengetuk daun jendela perlahan. Ketika mendengar suara ketukan dan panggilan dari Samiaji, Waluh segera bangkit dari tempat tidur. Dibukanya daun jendela kamar secara perlahan. Saat dilihat benar Samiaji kekasihnya iapun langsung memeluk dan menangis sesegukan, kemudian tangannya meraba wajah Samiaji
“ Kamu tidak apa-apa mas..?” tanya Waluh dengan nada khawatir karena ia telah mendengar kalau Samiaji telah dipukuli oleh kaki tangan pak Kades.
“ Sudahlah tak usah menangis..dik ! aku tak apa-apa. Bagaimana…kamu sudah siap ? Tanya Samiaji sambil mengusap-usap bahu Waluh.
“ Sudah mas, tunggu… ?” Belum selesai ucapan Waluh, tiba-tiba terdengar suara bentakan.
‘’ Hei.. ! siapa disitu... ? ‘’ Mereka terkejut mendengar bentakan tersebut. Bentakan itu berasal dari seorang kaki tangan pak Kades yang ditugaskan mengamati gerak-gerik Waluh. Secepat kilat Samiaji memeluk dan mencium kening Waluh, lalu lari menghilang digelapan malam diiringi pandangan sendu Waluh. Waluh merasa ruang hatinya kosong tak berpenghuni, yang tersisa hanya kesunyian dan kehampaan. Firasatnya mengatakan itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Samiaji. Dan memang sejak saat itu tak pernah sekalipun terdengar kabar tentang Samiaji. Berhasilkah ia lari dari kejaran kaki tangan pak Kades..? Atau malah tertangkap lalu di habisi..?. Tak ada yang tahu bahkan orang tua Samiaji sendiri.

* * * * * * * *

            Jiwa Waluhpun terpenjara, cintanya terpasung pada sakralnya ikatan perkawinan semu. Hatinya telah terbawa angin seiring hilangnya nama Samiaji dari perbincangan dan ingatan warga kampung. Setiap pagi ia mematung didepan pintu atau di balik daun jendela, berharap angin menghembuskan semilir kabar keberadaan Samiaji kekasihnya. Tapi dia hanya bisa menunggu..dan menunggu walau ia tahu matahari tak akan terbit dari barat. Dan kepedihan semakin dalam dirasakan Waluh, anaknya yang berumur satu setengah tahun ditemukan telah membujur kaku dengan mulut berbusa di dalam kamar saat ia tinggalkan mencuci. Waluh histeris dan beberapa kali jatuh pingsan, kali ini ia tidak bisa menahan gejolak perasaannya dan ia tidak bisa menerima kenyataan anak hasil hubungannya dengan Samiaji kini juga telah meninggalkannya sendirian menghirup udara busuk berselimut kemunafikan. Hanya anaknyalah yang membuat tegar, membuatnya kuat tapi kini tak ada lagi yang tersisa. Waluh merasa pak Kadeslah yang telah merengut nyawa dari anak yang telah dibesarkan dalam rahimnya, karena suaminya itu telah mengetahui bila anaknya adalah bukan anaknya tapi anak dari Samiaji. Karena tak kuasa menahan kesedihan, Waluh memilih untuk menyusul kepergian anaknya dengan gantung diri pada seutas kain gendongan anaknya.
            Pak Wardi bergidik bila mengingat kejadian itu, bulu kuduknyapun berdiri. Untuk menghilangkan rasa jerinya, pak Wardi kembali menyibukkan diri kembali dengan aktivitasnya. Sesekali matanya melirik kearah lelaki gelandangan yang kini terlihat duduk bersimpuh di depan liang lahat yang di tumbuhi rumput liar dan akar pohon mahoni itu. Lelaki gelandangan itu kini terlihat tersenyum dam mulutnya komat-kamit seakan sedang berbicara dengan seseorang. Dalam pandangan lelaki itu, ia sedang berhadapan dengan sebuah pintu gerbang yang penuh dengan ukiran yang memancarkan cahaya menakjubkan. Dibalik pintu gerbang dilihatnya pohon-pohon bunga berjajar rapih dengan kelopak yang bermekaran warna-warni dan kupu-kupu cantik melayang-layang diatasnya. Kemudian dilihatnya seorang wanita bersama seorang anak kecil berpakaian serba putih gemerlap tersenyum padanya sambil melambai-lambaikan tangan mereka. Lalu ia berlari memeluk wanita dan anak kecil itu bergantian, kemudian sambil menciumi anak kecil dalam gendongannya merekapun melangkah pergi dan menghilang dengan wajah penuh berseri-seri.
            Pak Wardi tertegun, terlihat olehnya lelaki itu membersihkan rumput-rumput pada liang lahat tersebut. Ketika tubuh lelaki itu tak muncul kembali setelah sekian lama dalam liang lahat, pak Wardipun mencoba mendekati dan melihat apa yang terjadi. Dan iapun terkejut bukan main saat dilihatnya lelaki itu tertidur didasar liang lahat dengan senyum yang mengembang. Pak Wardi segera berlari keluar makam dan mengabarkan apa yang ia lihat kepada siapa saja. Dengan segera kabar itu cepat menyebar dan kini pemakaman itu telah dipenuhi warga yang berdesakan untuk mendekati liang lahat dimana lelaki gelandangan itu terbaring. Yang mengherankan warga, akar-akar pohon mahoni yang memenuhi liang kini tak terlihat lagi...semua telah lenyap tak berbekas. Salah seorang warga berinisiatif turun ke liang lahat untuk memeriksa apakah lelaki itu sudah tak bernyawa atau hanya tertidur ..? namun setelah diperiksa urat nadinya..
“ Ia sudah wafat....!” teriaknya. Dan wargapun kembali gaduh membicarakan keanehan yang kesekian kali terjadi pada liang lahat itu, namun mereka kembali terkejut saat warga yang turun tadi kembali berteriak..
“ Ini Samiaji....Samiaji..!”

Kampung sawah
25 Juli 2009


Selengkapnya...

BERIKANLAH LEBIH

Sabtu, 05 Desember 2009

Beberapa waktu lalu, terkadang di saat iseng saya punya kebiasaan mencatat kata-kata atau kalimat berupa kata-kata mutiara atau kalimat yang bernuansa filosofis. Saya berpikir barangkali berguna sebagai bahan renungan atau mungkin penjabarannya bisa saya sisipkan pada sebuah tulisan atau cerpen yang akan saya buat. Kemarin di saat iseng-iseng pula saya membuka-buka catatan lama dan menemukan sesuatu yang rasanya pantas di jadikan bahan untuk berbagi ( sumber tak tercatat ).

Saat di wawancarai sebuah majalah, aktor Will Smith pernah berujar dengan nada bernuansa filosofis   :          " ketika anda diminta berlari 3 mil, larilah 5 mil. Sehingga ketika anda sedang tidak mampu berlari 3 mil dan hanya bisa mencapai 2 mil anda tidak akan merasa berhutang karena anda sudah menabung lebih dulu 2 mil "

Barangkali yang dapat kita ambil dari ucapan tadi, biasakanlah atau budayakanlah dalam hidup anda " kesediaan untuk memberi lebih dari yang diminta. Biasakanlah untuk punya tabungan kebaikan hati, kemurahan hati dan kelebihan-kelebihan lainnya. Jangan berhenti sampai dengan apa yang diminta dari anda, tetapi berikanlah lebih.

Berbuatlah demikian hingga anda mampu berkata " setidaknya aku sudah memberikan lebih atau setidaknya aku sudah melakukan yang terbaik yang aku bisa ". Dengan demikian tak ada lagi rasa sesal yang datang melanda.

Bagaimana menurut anda...?
Selengkapnya...

AWARD MBA FANDA

Selasa, 01 Desember 2009

Ada kebingungan yang melanda saya saat ingin posting award dari Mba Fanda... ini, entahlah... saya tak menemukan untaian kata yang tepat untuk menggambarkan ucapan terimakasih atas hadiah awardnya. Coba mampir ke rumah om google untuk cari makna dari kata kasih juga tak memuaskan saya, secara tak sengaja saat cari syair lagu yang cocok dan kemudian menemukan syair lagu " kasih " dari tahun 90' yang dinyanyikan Ismi Aziz. Cukup memuaskan saya tapi tak tahu apakah cukup layak untuk menggambarkan rasa terimakasih.


 KASIH
Ismi Aziz


di malam ini
kita berdua
bintang bercahaya
bulan pun tertawa


kegundahan hati
kini telah berganti
usai cinta dulu
bersama hadirmu



 kasih biarkan
cerita yang lalu pergi
kasih dengarlah
nada-nada cinta kini


di pagi ini
kita berdua
pelangi membawa
bunga-bunga cinta


cinta yang tlah lalu
tiada arti lagi
kau hadir di sini
bersama mentari

Yang pasti saya mengucapkan terimakasih buat mba Fanda semoga persahabatan tetap terjalin erat

Selengkapnya...

BEBAN HIDUP

Minggu, 22 November 2009

Malam terus merangkak, walau terasa begitu lambat dan seakan tak mampu mengimbangi langkah sang waktu yang berpacu cepat. Udara malampun terasa begitu dingin karena sore hari hujan turun begitu lebatnya, namun seorang lelaki tidur dengan bersimbah peluh. Tubuhnyapun selalu bergerak dan tak bisa diam, sesekali terdengar lenguhan dan racauan yang tak jelas keluar dari mulutnya. Rupanya lelaki itu mengalami mimpi buruk, Mimpi yang muncul karena terbawa kegalauan hati yang menyelimutinya akhir-akhir ini. Kegalauan yang timbul akibat ketidak mampuannya memenuhi kebutuhan hidup terutama tuntutan istrinya dan saat ini kegalauan itu hampir membuatnya gila. Lelaki itu tak menemukan solusi dan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Kepalanya hampir pecah memikirkan persoalan-persoalan itu, ditambah lagi sikap istrinya yang ia anggap terlalu cerewet dan malah membuatnya bertambah pusing. Terkadang ia menyalahkan istrinya yang tidak bisa menggunakan uang yang ia berikan dengan baik, jangankan disisihkan untuk menabung terkadang untuk makan sehari-haripun seakan tak pernah cukup. Maka tak heran pertengkaran demi pertengkaran sering menghiasi hari-hari dalam rumah tangganya. Seperti sore tadi…
 ‘’ Mas.., susu anakmu sudah habis..! mana uang untuk beli susu..!?” Ujar istrinya saat meminta uang pada lelaki itu.
“ Sabar dong bu.., aku juga sedang memikirkan itu “
“ Bagaimana aku bisa sabar, kamu mau anakmu kekurangan gizi karena tak minum susu. Lagipula uang tak akan datang kalau kamu cuma berpikir, ya..dicari dong mas..!”
“ Apa yang kau katakan benar..tapi kamu tahu sendiri hutangku sudah menumpuk dimana-mana. Aku harus cari dimana lagi..?”
“ Lho..kamu kok tanya sama aku. Kamu kan kepala keluarga.., usaha dong..! Mencuri kek, merampok kek...masa bodoh ! Aku nggak mau tahu, yang penting ada uang. Jangan sampai aku beranggapan kamu tak becus jadi kepala keluarga...!” Ujar istrinya sambil berlalu.

Lelaki itu terdiam mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut istrinya. Darahnya langsung mendidih, ucapan istrinya itu bagai palu godam yang menghantam dadanya. Ingin rasanya ia berlari menyergap istrinya lalu meremukkan mulutnya yang busuk itu tapi tak dilakukannya. Dalam lubuk hati ia membenarkan ucapan istrinya itu, untuk mendapatkan uang ia harus berusaha. “ Tapi usaha apa..? Apakah aku harus mencuri dan merampok seperti usul istriku tadi..?. Tidak...tidak ! aku tak akan melakukannya “. Walau ia jarang mendekatkan diri kepada Tuhan, lelaki itu tetap saja takut dengan azab yang akan menimpanya nanti jika melakukan perbuatan yang di larang dan di benci Tuhan. Mulut lelaki itu masih saja terus meracau tak jelas dan peluhnyapun masih terus membanjiri tubuhnya. Untungnya ia tidur di ruang tamu, terpisah dengan anak dan istrinya sehingga racaunya tak terdengar.

* * * * * * * * * *

 Samar-samar terdengar azan shubuh berkumandang, lelaki itu terbangun. Namun seperti biasa lelaki itu malas membuka matanya karena suara azan itu dianggapnya hanya bunyi alarm yang mengusik tidurnya. Dan saat suara azan itu tak terdengar lagi, iapun memeluk guling dan kembali meneruskan mimpinya. Namun kali ini ia tak bisa memejamkan matanya kembali karena ia merasa tak bisa menggerakkan kedua kakinya, kakinya seperti kaku dan mati rasa. Perlahan ia membuka matanya lalu samar-samar ia melihat kaki tertimbun sebuah gundukan dari ujung jari sampai ke pangkal paha. Dalam cahaya yang remang-remang matanya menatap lamat-lamat benda apa yang menimbun kedua belah kakinya. Dan iapun terbelalak saat menyadarai bahwa gundukan itu adalah gundukan uang. Lelaki itu mengucek-ngucek kedua bola matanya lalu mencubit pipinya, ah..ini bukan mimpi..! Hatinyapun melonjak kegirangan.

Dengan susah payah lelaki itu membebaskan kedua belah kakinya, lalu seperti anak kecil yang bermain permainan mandi bola lelaki itupun menjatuhkan tubuhnya pada gundukan uang itu dan menghamburkannya sebagian ke atas. Lembar-lembar uang yang melayang-layang, tak luput dari tatapan matanya yang berbinar-binar. Namun sesaat kemudian ia tercenung, akan aku apakan uang sebanyak ini ? Membayar semua hutang-hutangnya ia rasa cukup hanya dengan satu genggaman saja. Lalu ada ketakutan dalam dirinya, ia takut istrinya tahu bahwa kini ia mempunyai uang yang melimpah. Ia takut, uang ini akan habis tak berbekas dalam hitungan hari karena gaya hidup istrinya yang boros. Lelaki itu dengan tergesa berlari kearah dapur lalu mengambil selembar karung bekas penyimpan beras. Tanpa menghitung lagi, dimasukkannya genggam demi genggam lembar uang itu ke dalam karung dan setelah penuh karung itupun di taruhnya di gudang perkakas. sisa uang yang tak tertampung dalam karung, ia jejalkan dalam dalam tas bututnya. Namun kebingungan dan ketakutan masih melandanya, bagaimana bila istrinya tahu ada uang dalam tas ?. Akhirnya lelaki itu berniat menghibahkan uangnya ke mesjid yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ia berpikir barangkali dengan beramal kepada mesjid, dosa-dosa yang telah ia lakukan selama ini dapat sedikit terhapus. Atau barangkali juga Tuhan akan kembali melimpahkan rejeki kepadanya, walau selama ini ia tak pernah bersyukur dengan apa yang telah di dapatnya.

* * * * * * * * *

 Cahaya mentari mulai menampakkan diri dari balik rimbunnya pepohonan. Kokok ayam jantan sudah tak terdengar sejak tadi dan kini berganti nyanyian riang burung-burung kecil menyambut pagi. Lelaki itu melangkahkan kakinya menuju mesjid. Tetapi tak lama lelaki itupun kembali di dera rasa bingung dan selaksa tanya hinggap dalam benaknya. Bagaimana bila ditanya asal muasal uang ini ? Bagaimana kalau mereka tak percaya ? Apakah mereka akan menuduhku seorang pencuri atau perampok ?. Di tengah kebingungannya, lelaki itu berpapasan dengan beberapa warga. Mereka terperangah saat lelaki itu berjalan linglung kearah jalan raya.
‘’ Mas, jangan kesana mas… ! ‘’ Ujar salah satu dari mereka sedikit panik. Sang lelaki terlihat ketakutan, ia berpikir kalau orang-orang itu akan merampas uangnya. Tapi niat untuk lari tertahan karena orang itu telah memegang tasnya, sang lelaki berusaha menarik tasnya.
‘’ Lepaskan..lepaskan ! ini uangku...ini uangku...lepaskan ! ‘’ teriak sang lelaki parau.
‘’ Tenang mas..tenang. Kami tak akan mengambil uangmu, kami hanya ingin mengajakmu pulang ‘’ Ujar orang itu untuk membujuknya.
‘’ Bohong.. ! pasti kalian bohong. Tolong…Tolong ! ada perampok…’’ Teriak sang lelaki sambil menangis. Lalu terjadi tarik menarik antara sang lelaki dengan orang-orang itu. Tak lama kemudian tas butut itupun putus dan robek menjadi dua, semua isinyapun berhamburan. Sang lelaki tak dapat menguasai keseimbangan saat tasnya putus, ia terhuyung-huyung dipinggir jalan raya. Brakkk..!! Tiba-tiba sebuah mobil truk menghantam tubuh sang lelaki dan orang-orang itu hanya bisa terpana.

* * * * * * * * * *

 Tubuh sang lelaki terbujur kaku di ruang tamu rumahnya. Disekelilingnya beberapa orang sedang khusyuk mengaji, seorang wanita terlihat menangis sesegukkan karena telah di tinggalkan suaminya pergi ke alam baka. “ Kita memang susah mas.., tapi mengapa harus berakhir seperti ini..” Gumam sang istri disela tangisnya. Sang istripun sangat menyesal bila ingat ia tak bisa membantu meringankan beban suaminya saat terkena PHK di kantornya. Begitu berat beban yang ditanggung suaminya, sehingga sejak dua bulan lalu suaminya jadi orang yang sangat pendiam, suka bicara sendiri dan tertawa sendiri. Tingkahnyapun semakin tak waras, semalam suntuk ia menggunting lembar-lembar kertas koran menjadi lembar-lembar kertas berbentuk lembar uang. Dan sang lelaki hampir saja mengamuk saat istrinya memintanya tidur. Sesal memang tak akan mengembalikan suami ke pelukannya, ia hanya berharap semoga suaminya kini menjadi lebih tenang. Karena kini suaminya tak lagi menanggung beban hidup.


Kampung sawah
13 Oktober 2009






Selengkapnya...

AWARD DARI BECCE LAWO

Jumat, 13 November 2009

Becce Lawo memang gokil
Gaya anak muda yang jail juga usil
Membuat award begitu terampil
Aku jadi mikir sambil korek-korek upil





Terima kasih sahabatku
Award spesial membuatku terpaku
Hati rasa tersipu malu
Tak tahu kapan bisa membalas kebaikanmu
Thank's sob..!! 
Selengkapnya...

AKHIRNYA AKU BISA TENANG

Jumat, 06 November 2009

Aku duduk diatas sebuah batu besar yang teronggok di pinggir jalan. Aku tercenung, tatapan mataku kosong dan jiwaku terasa hampa. Dalam kepala terasa dipenuhi berlaksa pikir, Namun aku tak tahu apa yang aku pikirkan. Didalam benak ada berjuta tanya namun akupun tak tahu apa yang aku pertanyakan. Aku juga tak mengerti mengapa akhir-akhir ini jiwaku selalu dirundung sepi, aku merasa terbuang..terasing dari kehidupanku sendiri. Tak ada seorangpun yang menghiraukan aku, tak ada seorangpun yang perduli akan diriku. Bukan hanya ayah ibuku, kakakku, adikku, temanku dan bukan hanya sahabatku. Semuanya seakan menghindariku, jangankan menjawab sapaku..menolehpun seakan-akan mereka enggan. Apa salahku ?

Apakah mereka sudah muak dengan segala tingkah lakuku yang bejat, apakah mereka sudah muak dengan perbuatan-perbuatanku yang mendustai agama. Apakah…?
“ Hei..bung ! mengapa kau termenung…!?” Tiba-tiba seorang lelaki sebayaku datang menyapa. Aku tak mengenalnya, namun wajahnya tampak begitu berseri-seri dan pakaian yang dikenakannyapun tampak begitu bersih.
“ Maaf, anda siapa ?” Tanyaku
“ Aku..? “ Dia balik bertanya, lalu tersenyum. “ Bung..mungkin kau tak mengenal aku, tapi sebenarnya kita sama “
“ Sama ? apa maksudnya..?” Lagi-lagi aku tak mengerti.
“ Kita ada disini karena suatu kepentingan, walau kepentinganku dan kepentinganmu berbeda. Ah..sudahlah, nanti kau juga akan tahu mengapa kau ada disini. Mumpung kita masih di beri kesempatan, ayo..segera kita selesaikan kepentingan kita “. Aku makin tak mengerti, saat lelaki itu mengucapkan salam dan berlalu..aku hanya bisa mengangguk. Dan akupun kembali terhempas dalam sepi, namun kini beberapa tanya mulai menyesaki benakku karena ucapan lelaki tadi.

Dalam kegalauanku, aku melihat seseorang lelaki melintas di hadapanku. Sebenarnya aku tak perduli apakah ia menyapaku atau tidak tapi kehadirannya membuat aku terhenyak. Sosok lelaki itu bila dilihat dari perawakan juga wajahnya sepertinya mirip sekali denganku dan aku serasa sedang bercermin saat menatapnya. Kulihat lelaki itu berjalan agak terhuyung, dari mulutnya tercium jelas bau alkohol dari minuman yang seharusnya jadi campuran minum jamu. Tampaknya ia sedang menggerutu karena terlihat mulutnya komat-kamit, tak jelas apa yang sedang membuatnya kesal. Karena penasaran akupun mengikuti kemana kakinya melangkah. Lelaki itu terus berjalan menjauhi perkampungan dan tak seberapa lama sampailah ia ke tepi kampung dimana terletak beberapa pohon rimbun dengan sebuah jurang yang cukup dalam. Entah apa yang akan di lakukan lelaki itu, aku tak tahu. Tapi tiba-tiba terdengar suara minta tolong tak jauh dari tempat ia berdiri, lelaki itu segera berlari menghampiri asal suara dan akupun masih terus membuntutinya. Sesampainya di tempat asal suara terlihat seorang wanita tengah berupaya melepaskan diri dari tiga orang begundal yang akan memperkosanya.

“ Hei...lepaskan wanita itu !” Bentak sang lelaki yang sejak tadi aku ikuti. Para begundal itu sempat terkejut karena tak menyangka bahwa perbuatan mereka ada yang mengetahui, namun sebentar kemudian mereka tertawa terbahak setelah mengetahui siapa yang datang.
“ Ah...brengsek kau Min, aku kira siapa. Ayo sini bantu kita, nanti ada deh jatahmu tapi antri dulu ya.. ! ‘’ Ujar salah satu dari mereka dan kemudian tawa mereka kembali membahana.
‘’ Heh... ! kalian yang brengsek. Cepat kalian lepaskan wanita itu !’’ Ujar lelaki itu dengan nada keras. Para begundal itu menghentikan tawa mereka, dengan sedikit heran dan tak menyangka bahwa sang lelaki berkata seperti itu kepada mereka.
‘’ Hei..apa-apaan nih. Jangan berlagak sok alim kau Min...!’’ Ujar salah satu dari mereka.
‘’ Aku memang bejat, aku memang tak pernah sholat tapi aku tak akan pernah berbuat seperti kalian. Cuma orang-orang pengecut saja yang melakukan apa yang kalian lakukan ! ‘’
‘’ Brengsek kau Min, kurang ajar.. !’’ setelah saling berpandangan mereka langsung berbagi tugas, dua orang menyerang lelaki itu dan seorang lagi memegangi sang wanita. Kedua begundal mengambil sebatang kayu yang terserak di tanah lalu mulai menyerang lelaki itu dan lelaki itupun sekuat tenaga menangkis serangan mereka. Aku bergididk melihat perkelahian itu, tersirat niat untuk membantu lelaki itu tapi aku terlalu takut dan hanya berani menonton dari balik pohon sambil berharap sang lelaki dapat mengatasi lawannya.

Beberapa menit perkelahian terlihat masih seimbang namun ketika begundal yang ketiga turut mengeroyok lelaki itu barulah terlihat sang lelaki mulai terdesak. Beberapakali tubuhnya dihantam pukulan yang datang bertubi-tubi, tubuhnyapun mulai terhuyung mendekati bibir jurang.
“ Nah..baru tahu rasa kau, makanya jangan sok jadi pahlawan...” Ujar salah satu begundal.
“ Sudahlah, lemparkan saja ia ke jurang. Biar badannya busuk di dasar jurang “ sahut temannya, lalu mereka mulai mendorong tubuh lelaki itu.
“ Jangaaaann..!!” Tiba-tiba sang wanita berlari dan mencoba menahan tubuh sang lelaki yang mulai terguling. Namun tenaganya yang lemah malah membuatnya terbawa dan ikut terguling kedasar jurang. Para begundal sangat kaget dengan kejadian yang terjadi begitu cepat, sehingga mereka tak bisa berbuat apa-apa. Akupun tercekat melihat dua tubuh terguling dan meluncur kebawah lalu terhempas tak berdaya didasar jurang. Didasar jurang terlihat sang lelaki berusaha bangkit namun ia langsung mengaduh saat dirasakan kakinya patah, dengan beringsut ia mendekati tubuh sang wanita yang tergolek lemah namun masih hidup. Melihat kondisi wanita itu, lelaki itupun menangis. Dengan napas yang tersenggal-senggal ia berujar…
“ Ya Tuhan, barangkali ini adalah kesempatanku untuk melakukan satu-satunya perbuatan baik dalam hidupku. Tolong jangan cabut nyawaku sebelum aku dapat menyelamatkannya “ Ujar sang lelaki lirih.
Aku merasakan kesedihan yang mendalam saat mendengar ucapan lelaki itu, namun sayangnya Tuhan berkehendak lain. Ruh lelaki itu telah tercabut dari raganya.

Akupun mencoba membantu, tapi aku terlalu bingung arus berbuat apa. Tanpa sengaja kakiku menyeret langkah menuju perkampungan. Namun orang-orang yang kutemui dan kumintai tolong tak ada satupun yang menghiraukanku. Aku hampir menangis karena putus asa namun ditengah keputus asaanku, aku melihat seseorang yang mungkin dapat aku mintai tolong. Kulihat mas Aji sedang tertidur pulas di beranda depan rumahnya, akupun masuk ke alam mimpinya dan menceritakan kejadian yang kulihat tadi. Dan tak lama mas Aji terbangun dari tidurnya, keringat dingin bercucuran.
“ Ada apa pak ?” tanya istrinya ketika melihat suaminya bangun dengan tiba-tiba.
“ Sepertinya aku mimpi buruk bu..”
“ Ah..itukan salah bapak sendiri kenapa tidur siang-siang. Lagipula mimpi kan cuma kembang tidur “
“ Tapi ini seperti nyata bu. Si Parmin anak begundal itu minta tolong padaku karena jatuh ke jurang ‘’
‘’ Kalau memang benar seperti itu biarkan saja pak. Nggak ada untungnya menolong anak begundal seperti Parmin itu “ Mas Aji terdiam, tapi karena penasaran iapun beranjak lalu dengan ditemani mas Parjo mereka menuju jurang di pinggir hutan. Dan merekapun terkejut setelah melihat kenyataan bahwa mimpi mas Aji adalah benar-benar nyata. Seketika seluruh kampung menjadi geger dan akhirnya wanita yang bersama Parmin dapat diselamatkan nyawanya, sedangkan jasad Parmin sendiri di makamkan dengan layak di pemakaman kampung. Aku tersenyum puas, ternyata usahaku tak sia-sia.
“ Hei...tampaknya kamu sudah merasa gembira sekarang “ Ujar lelaki yang berpakaian serba putih menyapa sambil menepuk-nepuk bahuku.
“ Ya...aku sudah tenang sekarang ! ragaku akhirnya dapat di makamkan dengan layak dan keinginanku untuk menolong wanita itu akhirnya kesampaian. Aku tak tahu apakah itu berguna nantinya, tapi paling tidak kini aku mempunyai satu bekal kebaikan” Jawabku.
“ Baguslah...! Ayo...sang utusan telah menunggu kita” Ujar lelaki itulagi, akupun menyambut ajakannya dengan senyuman.  Lalu tubuhkupun melayang menuju sebuah titik cahaya yang makin lama makin terang benderang.



Cawang, 06 Nov 09 Selengkapnya...

BUKAN SKENARIO

Senin, 02 November 2009

" Hei Ton..! aku sudah sampai Pancoran nih. Kamu ada dimana ?" seru Raditya melalui handphonenya.
" Oh..kamu Dit, aku masih di kantor. Lebih baik kamu langsung saja kerumah. Awas..! kalau sampai menginap di hotel. Putus hubungan pertemanan kita " balas Anton sambil berseloroh.
" Oke bos ! beres..tapi bila aku menginap dirumahmu, nggak ganggu neraca keuangan kan ?"
" Sialan..! tenang aja deh. Bakalan aku servis abiss.." merekapun tertawa dan setelah menutup pembicaraan mereka, Raditya langsung mengarahkan kendaraannya ke arah Pejaten Pasar Minggu menuju kediaman Anton. Anton dan Raditya telah menjadi sahabat karib sejak bersekolah di salah satu SMA kota Cirebon, begitu akrabnya mereka sehingga dimana ada Anton disitu juga ada Raditya. Bolos sekolah, nongkrong bahkan tawuranpun mereka sama-sama. Dan kini setelah lulus merekapun sama-sama merantau, Anton ke Jakarta dan meniti karir di media televisi swasta sedangkan Raditya menjadi seorang pengusaha sukses di Bandung. Anton menikahi Tania gadis teman satu SMA mereka, sehingga Raditya tak canggung dengan keluarga Anton dan seringkali saat ada keperluan bisnis di Jakarta Raditya selalu bermalam di rumah keluarga Anton. Walau sebenarnya itu bukanlah keinginannya tapi semata-mata untuk menyenangkan sahabatnya saja. Sedangkan Anton memang punya kepentingan sendiri dengan meminta Raditya selalu menginap di rumahnya bila ke Jakarta, selain menunjukkan bahwa ia tak melupakan persahabatan mereka namun jauh dilubuk hatinya Raditya dianggapnya sebuah aset. Sebagai pengusaha yang sukses tentunya dari segi finansial Raditya adalah orang yang berkecukupan, dengan begitu Anton berharap Raditya dapat membantunya memecahkan masalah yang sering ia hadapi terutama bila menghadapi masalah kesulitan keuangan. Sekian tahun bekerja Anton merasa tak mengalami perubahan, jalan ditempat dan tak ada peningkatan dari segi karir maupun finansialnya. Raditya tentunya tahu hal itu sehingga ia tak segan-segan mengucurkan uang simpanan yang dimilikinya bila Anton sewaktu-waktu membutuhkan. Terakhir Raditya membantu biaya pengobatan ibu Anton yang sakit jantung akut, kini telah sembuh dan dibawa Anton ke Jakarta," agar lebih mudah mengawasinya " ujar Anton waktu itu. Padahal Anton membawa ibunya ke Jakarta karena ayahnya sendiri telah lama meninggal sedangkan adik-adiknya yang juga sudah berkeluarga merasa keberatan merawat ibu mereka yang sakit-sakitan. Waktu itu seluruh biaya pengobatan ibu Anton serta biaya membawanya ke Jakarta semua ditanggung Raditya tanpa mengharap pamrih walau Anton berjanji akan mengembalikannya dengan cara mencicil.

Setibanya di perempatan lampu merah Pasar Minggu Raditya membelokkan kendaraanya kekanan memasuki daerah Pejaten. Setelah melewati dua buah tikungan sempit sampailah ia di depan gerbang rumah Anton. Pintu gerbang dibuka oleh pembantu rumah tangga yang sudah ia kenal baik dan di beranda rumah sudah berdiri ibu Anton, Tania juga Sandra adik Tania. Ibu Anton sudah menganggap Raditya seperti anaknya sendiri, sehingga ia terlihat begitu gembira menyambut kedatangannya kembali. Raditya langsung mencium lengan ibu Anton dan kemudian memeluknya, lalu menjabat tangan Tania juga Sandra.
" Wah.. nak Adit, sudah lama sekali ya..tidak kesini. Kemana saja ?" sambut ibu Anton ramah.
" Ah..biasalah bu, dirumah banyak pekerjaan ".
" Istrimu ndak diajak toh..?"
" Ya nggak lah bu!, anak-anak kan masih sekolah. Lagipula saya kesini ada urusan pekerjaan bukan jalan-jalan " ujar Raditya sambil tertawa.
" Ya sudah sana..kamu istirahat dulu, biar Tania yang mengantarmu ".
" Biar saya saja bu..! mari..mas, saya antar !" ajak Sandra sambil melemparkan senyum.
Setelah merapihkan barang-barang bawaannya dan istirahat sejenak, Raditya kembali ke beranda depan bergabung dengan ibu Anton dan Tania yang sudah duduk disana. Merekapun berbincang diselingi senda gurau sambil menunggu Anton pulang dari kantornya. Satu jam berselang Anton pulang dan menemui mereka yang sedang asik ngobrol.
" Wah..! sedang membicarakan aku ya.." ujar Anton.
" Ihh..ge-er banget ! siapa yang membicarakan mas Anton, iya kan bu !?" balas Tania, ibu Anton hanya tersenyum-senyum saja. Raditya menghampiri Anton yang baru saja datang dan merekapun berpelukan layaknya sahabat yang lama tak jumpa.
" Sepertinya tambah gendut saja kau..Ton !" ujar Raditya sambil menepuk-nepuk perut Anton.
" Ah..bisa saja kau. Eh..bagaimana kabar mbak Silvi juga si bungsu ?" tanya Anton.
" Syukurlah..semua sehat-sehat saja "
" Oke Dit..! aku mau kebelakang dulu. Terusin deh..ngobrolnya " ujar Anton sambil berlalu ke dalam diikuti oleh Tania. Tinggal lah Raditya bersama ibu Anton meneruskan obrolan mereka.

Hari telah meninggalkan senja, selimut malampun telah terbentang menyelimuti hamparan langit. Cahaya temaram bulan sabit tak mampu menandingi cahaya-cahaya yang berpendar dari lampu-lampu jalan dan rumah-rumah yang cukup padat di selatan Jakarta itu. Dengan ditemani istrinya, Anton masih berbincang-bincang dengan Raditya di beranda depan itu sedangkan ibu Anton dan Sandra sudah pergi tidur sejak tadi. Topik yang mereka perbincangkan juga bermacam-macam, dari kenangan mereka selama di SMA lalu tentang pekerjaan juga soal rumah tangga. Seperti biasa obrolan mereka begitu hangat, akrab diselingi canda dan tawa.
" Eh..sorry Ton !, sebelumnya aku minta maaf. Mungkin aku hanya menginap satu malam saja disini " ujar Raditya tiba-tiba.
" Lho..memangnya kenapa Dit ?"
" Besok aku ada meeting di hotel Borobudur dengan beberapa kolegaku, dan kemungkinan sampai larut malam. Aku pikir daripada aku capek bolak-balik lebih baik sekalian saja aku menginap disana. Kamu nggak keberatan kan ?"
" Ya..nggak apa-apa sih. Berapa hari meetingnya ?"
" Tergantung !, bila agenda yang akan kami bahas bisa selesai besok berarti cuma satu hari. Tapi bila belum selesai pastinya dilanjutkan keesokan harinya ".
" Oh..begitu, ya..deh !".
Setelah rasa kantuk mulai menyerang dan mata mulai terasa berat mereka sepakat untuk beristirahat. Raditya menuju ruang tidur yang terletak di lantai dua bersebelahan dengan ruang kerja Anton yang biasa ia gunakan saat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kantor atau hanya sekedar membaca buku-buku yang memang cukup banyak dan tertata rapih di rak buku. Raditya membuka gorden jendela kamar lebar-lebar, kemudian memandangi kerlap-kerlip lampu dari beberapa rumah. Juga terlihat olehnya beberapa kendaraan yang lewat karena memang rumah Anton hanya beberapa meter saja dari jalan raya alternatif yang menghubungkan Pasar Minggu ke Kalibata atau Mampang Prapatan. Walau pemandangan yang ia lihat tak seindah jika dibandingkan dengan pemandangan yang ada di Bandung, tapi itu cukup membuatnya senang. Ia merebahkan tubuhnya perlahan dan mencoba memejamkan mata, sedang Anton dan istrinya masih menonton televisi di ruang tidur mereka. Jarum jam terus berdetak, malam pun mulai merambat menapaki ujung hari. Waktu telah menunjukkan hampir tengah malam, ketika sebuah bayangan keluar dari kamar dan menutup pintunya kembali perlahan. Dengan sangat hati-hati dan berusaha tidak menimbulkan suara, bayangan itu berjalan perlahan menuju sebuah kamar lain lalu mengetuk daun pintunya.
" Kok lama sayang..?" tanya seseorang di balik pintu, sedangkan yang ditanya tak menjawab, ia hanya tersenyum lalu tanpa berlama-lama merekapun bersatu dalam pelukan.


* * * * * * * * * *

Setelah berpisah di perempatan Tugu Pancoran, Anton dan Raditya berpisah. Anton melanjutkan perjalanan ke arah Grogol menuju tempat kerjanya sedang Raditya memilih jalan Tebet Raya untuk menuju ke Hotel Borobudur. Dalam perjalanan Anton bersiul-siul gembira, karena merasa skenario yang telah ia susun jalannya sudah terbuka, suatu rencana busuk yang telah ia rencanakan dengan matang. Sebenarnya rencana itu telah ia siapkan saat Raditya mengabarkan akan datang ke Jakarta, sayangnya saat ia basa-basi menawarkan untuk menginap di rumahnya Raditya mengiyakan. Padahal ia mengharapkan Raditya menolak, karena jika menginap di rumahnya rasanya mustahil menjalankan skenario yang ia inginkan. Saat ini Anton sedang dirundung masalah yang cukup membuatnya pusing tujuh keliling. Ia terlibat hutang yang cukup besar pada seseorang, karena hobinya bersenang-senang dan main judi membuatnya terperangkap dalam situasi yang ia sendiri tak sanggup menyelesaikannya. Anton sudah beberapakali didatangi oleh Debt Collector yang datang untuk menagih hutang-hutangnya.

Terinspirasi oleh berita-berita yang begitu gencar ditayangkan televisi yaitu tentang seseorang yang terbunuh dan melibatkan seorang pejabat negara, Anton mendapat ide gila, busuk dan keji. Ia merencanakan untuk memeras seseorang dan orang yang akan ia peras adalah Raditya, sahabatnya sendiri. Ia tahu betul akan pribadi Raditya, Anton yakin Raditya akan mengorbankan apapun yang ia miliki untuk menjunjung harkat dan martabat keluarga, satu kelebihan dari pribadi Raditya yang akan dijadikan titik lemah oleh Anton. Ia berencana mengumpankan seorang wanita pada Raditya dan berharap umpannya mengena. Kemudian ia akan mengabadikannya dengan foto ataupun video kamera. Dengan itulah Anton akan memeras Raditya dan tentunya Anton yakin Raditya akan memenuhi semua permintaannya karena tak ingin keharmonisan keluarganya hancur berantakan.

Sebenarnya Anton sempat ragu menjalankan rencana itu karena sempat terpikir olehnya bila meminta pertolongan secara baik-baikpun rasanya Raditya tak keberatan. Anton juga ragu karena ia tidak tahu persis apakah Raditya termasuk lelaki yang mudah terpesona oleh kecantikan dan kemolekan tubuh seorang wanita. Namun semua keraguan itu sirna karena sifat serakah dan rakus telah membutakan mata hatinya, skenario yang telah ia susun tetap akan dijalankan sesuai rencana. Hubungannya yang luas dengan dunia gemerlap membuat Anton tak menemui kesulitan untuk mendapatkan seorang wanita cantik untuk dijadikan umpan dan lingkungan kerja di dunia pertelevisian juga memudahkannya mendapat kamera video mini untuk merekam pertemuan wanita itu dengan Raditya. Dan terakhir, juru foto yang ditugaskan untuk mengabadikan rencana jahatnya itu ia temui atas rekomendasi seorang temannya. Semuanya direncanakan dengan hati-hati, wanita dan sang juru foto akan dibayar cukup besar karena ia tak ingin skenario yang ia buat justru berbalik padanya. Dia juga mengajak seoarang bawahannya yang loyal untuk di jadikannya kaki tangan dalam menjalankan skenarionya itu.

Di lain tempat Raditya juga merasa senang namun juga tak enak hati telah membohongi Anton. Karena sebenarnya ia tak punya agenda untuk mengadakan meeting dengan koleganya di hotel Borobudur, tujuan sesungguhnya adalah dapat dengan bebas bertemu dengan seseorang untuk menghabiskan waktu bersama. Menghembuskan buih-buih hasrat yang sekian lama terpendam dan bergejolak dalam dada, lama terpatri dan terkungkung dalam ikatan sakral perkawinan. Dering handphone membuyarkan lamunan Raditya..
" Eh..Dit, sudah sampai mana ?"
" Aku baru sampai Gondangdia Ton..!" bohong Raditya padahal ia masih di jalan Tebet Raya.
" Nanti kalau sudah dapat kamar, beritahu aku ya..! kabari juga kapan kembali ke Bandung, barangkali aku bisa menyempatkan waktu untuk berkunjung sebelum kamu pulang " ujar Anton sambil meyeringai licik. Padahal ia hanya perlu tahu di kamar mana Raditya akan tinggal demi memudahkannya menjalankan skenario. Sedangkan Raditya berpikir, " wah..jika kau datang, bisa buyar rencanaku Ton.." namun ia coba tetap bersandiwara.
" Ya! beres Ton, tapi jika mau datang kabari aku juga ya. Aku nggak enak jika kamu datang aku masih sibuk meeting "
" Oke..!" merekapun sama-sama tersenyum penuh kemenangan.
Setelah menutup pembicaraan mereka, Raditya segera menghubungi seseorang. Tak sampai setengah jam merekapun bertemu dan langsung meluncur ketempat tujuan. Hari masih pagi namun arus kendaraan sudah mulai terlihat padat, di beberapa titik malah sudah terjadi kemacetan yang memang sudah menjadi pemandangan lumrah di jalan-jalan ibukota. Luapan asap knalpot kendaraan serta kemacetan yang ada, dengan cepat menjadikan suhu udara menjadi panas, sepanas gelora hasrat kedua insan yang dimabuk asmara.

Anton mulai menjalankan skenarionya, melalui kaki tangannya ia mengirim juru foto ke hotel Borobudur dengan membekalinya satu foto close-up Raditya. Tujuannya untuk mensurvei tempat juga mengenali targetnya terlebih dahulu sebelum wanita yang akan dijadikan umpan ia kirim. Semuanya sudah ia perhitungkan dengan matang dan mencoba menghindari setiap celah yang sekiranya akan menggagalkan skenarionya.
Menjelang petang Anton terlihat tengah menikmati sebatang rokoknya, menghisap lalu menghembuskan asapnya perlahan. Hatinya sedang gelisah, sebentar-sebentar ia bangkit dari duduknya dan mondar-mandir didepan meja kerja. Dalam hati ia bertanya-tanya " apakah skenario yang telah ia susun rapi berjalan sesuai rencana ?". Namun kegelisahannya seakan terhapus dan mulai tersenyum saat membayangkan setumpuk uang dalam koper berada di hadapannya.
" Tok..tok..tok !" tiba-tiba ketukan pada daun pintu membuyarkan lamunannya.
" Masuk..!"
Perlahan daun pintu terbuka, Iwan seorang bawahan yang dijadikan kaki tangan dalam menjalankan rencananya masuk. Kepalanya tertunduk dan wajahnya terlihat pucat pasi, di tangannya tergenggam sebuah amplop coklat. Anton agak bingung melihat tingkah laku Iwan, sempat terpikir kalau skenarionya gagal.
" Ada apa dengan kamu ? rencana saya gagal ?"
" Ti..ti..tidak bos..!" jawab Iwan gugup.
" Lalu mengapa kamu terlihat gugup seperti itu ?" Tanya Anton lagi. Iwan tak menjawab, dengan tangan sedikit gemetar ia menyodorkan amplop coklat yang dipegangnya.
" Apa ini..?" tanya Anton sambil menerima amplop itu lalu segera membukanya, matanyapun terbelalak. Giginya gemeletuk menahan amarah yang meluap-luap. Tangannya dengan cepat membuka lembaran-lembaran foto yang ada ditangannya. Ia seakan-akan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, beberapa pose dari foto itu memperlihatkan kemesraan Raditya dengan seorang wanita.  Yang menyesakkan dadanya adalah Raditya bermesraan bukan dengan wanita yang sengaja ia umpankan, melainkan dengan Tania...istrinya !. Wajahnyapun merah padam, darahnya menggelegak, napasnya mulai sesak. Tangannya terkepal meremas foto-foto itu, lalu pukulannya mendarat keras di meja kerjanya. " Bruakkk...!!"
" Bangsaaaaat..!! bajingaaaaan....!!"

Sungguh..! bukan ini skenario yang ia inginkan.



Lenteng Agung' 08



Selengkapnya...

SURAU BAMBU

Kamis, 08 Oktober 2009

Pukul 02.00 dinihari, lalu lintas kendaraan terlihat sepi. Hanya sesekali saja terlihat kendaraan melintas seperti saat ini sebuah mobil BMW hitam metallic keluaran terbaru meluncur dengan kecepatan sedang. Jalan kendaraan terlihat sedikit oleng karena Ahmad si pengendara mobil itu cukup mabuk untuk dapat berkonsentrasi secara penuh dalam mengendarai mobilnya. Ya… memang dia baru saja keluar dari sebuah pub & diskotik seperti yang biasa ia lakukan di malam-malam sebelumnya. Mencari hiburan dan melarikan diri dari beban pikiran hidup juga beban pekerjaan yang tak ada habisnya dengan menenggak beberapa botol minuman keras. Malam ini ia cukup tahu diri dengan tidak membawa kendaraannya melaju kencang dan ugal-ugalan karena ia merasa cukup banyak menenggak minuman, entah karena memang dia ingin atau karena rayuan waitress cantik yang menemaninya tadi.

Ditengah perjalanan tiba-tiba Ahmad merasakan ada yang tidak beres dengan mobilnya, jalannya tersendat-sendat dan pedal gaspun seakan tak berfungsi. Iapun segera menepikan kendaraannya dijalan yang sangat sepi juga gelap karena tak ada lampu penerangan yang menerangi jalan, hanya cahaya bulan sabit yang cukup berbaik hati memberikan sedikit cahaya. Ahmad mengutuk dalam hatinya, sejenak ia terpekur didepan kemudi. Ahmad tidak tahu persis di daerah mana ia berhenti, jalan yang sepi dan gelap itu sedikit membuatnya jeri jangan-jangan ia akan jadi sasaran empuk para oknum kriminal. Keinginan untuk segera merebahkan dirinya dikasur empuk membuat Ahmad segera membuka pintu dan turun untuk memeriksa mesin mobil, sejenak ia memperhatikan lingkungan disekelilingnya. Ada perasaan aneh menyelimuti dirinya, ia merasa seakan-akan mengenali tempat ini.

Tiba-tiba terlihat olehnya cahaya berpendar dari kejauhan namun cahaya itu sebentar-sebentar menghilang dari pandangannya, cahaya apa..? darimana asalnya..? beberapa pertanyaan yangmenggayut di benaknya. Lalu seperti ada yang menuntun iapun melangkah untuk mencari dan mendekati cahaya yang ia lihat tadi. Pengaruh alkohol membuat langkahnya sedikit terhuyung, apalagi beberapakali kakinya terantuk gundukan tanah atau batu karena jalan yang gelap membuatnya kesulitan menatap jalan yang dilaluinya. Ahmad sendiri merasa cukup heran, di Jakarta yang penduduknya sangat padat dengan rumah yang berhimpitan ternyata masih ada daerah yang sepertinya belum terjamah. Karena tak dilihatnya sedikitpun tanda-tanda ada rumah didaerah itu, tak ada lampu penerangan walau lampu templok sekalipun. Ia melangkah hati-hati dan perlahan karena ia tak mau mengalami nasib konyol terperosok dan tersungkur ketanah. Dalam hatinya berharap mudah-mudahan tak ada parit atau sungai kecil ditengah jalannya.Cahaya rembulan samar-samar memperlihatkan bahwa saat ini ia berada ditengah hutan bambu. Hembusan angin yang berdesir seakan mengajak pohon-pohon bambu yang menjulang tinggi dihadapannya untuk menari, bergerak kekiri dan kekanan mengikuti irama angin. Suara berderak dari batang-batang bambu yang bergesekan juga gemerisik suara dedaunan yang tertiup hembusan angin bagai symponi yang membawanya pada ingatan akan masa lalu. Ahmad terus melangkah mendekati cahaya yang tadi dilihatnya walau terkadang langkahnya menggerus tumpukan-tumpukan daun bambu kering.

Cahaya itu masih saja terlihat ada dan hilang bergantian karena mungkin terhalang batang bambu yang terus bergerak. Semakin jauh Ahmad melangkah yang dirasa malah rumpun bambu semakin rimbun dan semakin lebat seakan tak celah diantaranya untuk menembusnya, bulu-bulu halus yang menempel pada batang bambu mulai membuat badannya sedikit merasa gatal namun tak mengurangi rasa penasarannya mendekati sumber cahaya. Ahmad mulai dihinggapi rasa putus asa namun disela-sela keputus asaannya itu tiba-tiba dilihatnya rumpun bambu didepannya bergeser dan mulai merenggang seakan memberinya jalan. Apa yang terjadi..? siapa yang berbuat..? pertanyaan-pertanyaan kembali mengusik, namun pertanyaan-pertanyaan itu tertahan dan tak mengharap jawaban karena cahaya terang benderang tiba-tiba menerpa dan menyapa ke dua bola matanya. Ahmad sempat berpaling karena matanya terlalu kaget dengan transisi dari gelap dan terang benderang yang begitu tiba-tiba, ia mengangkat kedua telapak tangannya dan diletakkan didepan matanya sebagai tameng.

Ketika matanya mulai bisa menyesuaikan diri dilihatnya sebuah bangunan yang hampir semua bagiannya terbuat dari bahan bambu terlihat nyata dihadapannya. Matanya juga menangkap sekumpulan anak-anak berpakaian muslim duduk berjejer rapih dihadapan seorang tua berpakaian serba dengan selembar sorban melilit dikepalanya. Duduk bersila sambil mendengar dan memperhatikan satu persatu anak dihadapannya melapalkan ayat-ayat suci alquran, terkadang ia menghentikan bacaan anak-anak itu untuk memperbaiki ucapan yang salah lalu memintanya untuk mengulang sampai ayat yang dibaca terucap dengan benar. Apa yang dilihat Ahmad seperti sebuah kegiatan belajar mengaji yang dilakukan anak-anak dengan orang tua itu sebagai guru mengajinya. Ahmad tertegun menyaksikan apa yang ada dihadapannya, ia berusaha mengumpulkan ingatan yang ada dikepalanya. Ia merasakan pernah mengalami apa yang dilihatnya itu dan orang tua itupun seakan-akan pernah dikenalnya, entah kapan dan dimana ? ia tak ingat sama sekali.

Walau kecakapan dan kemampuan murid-murid membaca ayat-ayat suci itu terdengar berbeda-beda namun terdengar lebih banyak yang masih kesulitan membaca dengan benar. Hanya segelintir saja yang sudah cakap dalam melapalkan ayat-ayat alquran itu dan alunannya pun meresap kedalam kalbu bagi yang mendengarnya. Salah satunya adalah anak murid laki-laki yang terlihat memakai baju koko warna coklat. Orang tua itu terlihat tersenyum bahkan sesekali menganggukkan kepalanya tanda senang mendengar kecakapan anak itu membaca namun begitu orang tua itu tetap memberi nasehat saat anak itu menyelesaikan bacaannya. Ada juga beberapa murid perempuan yang cakap dalam membaca, salah satunya yang berkerudung putih. Seperti saat mendengarkan murid laki-laki membaca, kali inipun ia tersenyum dan manggut-manggut juga memberi nasehat murid perempuan itu setelah selesai membaca. Tampaknya orang tua itu cukup puas mengetahui kemampuan murid-muridnya sudah mulai meningkat walau ia masih harus cukup bersabar dan tekun mengajari murid-murid yang tertinggal.
Sejenak orang tua itu melirik jam dinding yang menggantung di para-para bambu, ia menyelesaikan kegiatan mengaji untuk dilanjutkan esok hari.

Ia berbicara dengan anak laki-laki yang berkoko coklat tadi, entah apa yang di bicarakan. Orang tua itu bangkit dari duduk silanya lalu menuju sebuah bedug yang terletak sisi kiri surau itu, sebentar kemudian suara pukulan bedug itu berdentam lalu kemudian diikuti suara azan yang mengalun mengajak para muslimin dan muslimat menghentikan kegiatan sejenak untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Alunan suara azan mengalun merdu meresap ke dalam relung sukma dan begitu menggetarkan hati Ahmad ternyata di kumandangkan anak laki-laki itu. Ahmad tertunduk, alunan azan itu menyadarkan dirinya bahwa kini ia begitu kotor dan begitu nista. Telah lama ia mengabaikan suara panggilan itu, telah lama ia meninggalkan semuanya hingga perasaannya kini diliputi rasa penyesalan yang begitu mendalam. Satu persatu orang datang untuk sholat berjamaah yang kemudian dipimpin orang tua berjubah putih itu sebagai imamnya. Selesai sholat matanya tertuju pada anak laki-laki berkoko coklat itu, pastilah orang tuanya merasa amat bangga. Matanyapun tak lepas menatap saat anak itu melangkah pulang sampai kemudian lenyap dari pandangan mata.
“ Anak itu adalah kau Ahmad..!” sebuah suara yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang dan kemudian terasa seseorang menepuk bahunya. Ahmad terkejut bukan kepalang, ia langsung menoleh kearah suara itu datang dan dilihatnya orang tua berjubah putih itu tersenyum kepadanya. Mulutnya terasa terkunci, ia seakan tak sanggup mengucap satu patah katapun. Bukan karena takut tapi karena ia tiba-tiba mengenali betul siapa orang tua itu, segera tangannya meraih tangan orang tua itu lalu menciumnya.
“ Sudah lama kau tidak menyambangi suraumu ini nak, kemana saja kau selama ini..?”
“ Ya.. pak haji, sa..sa..saya !” Ahmad tak mampu meneruskan kata-katanya, air matanya menetes. Teguran lembut dari pak haji secara tak langsung seakan menghujam dadanya dan penyesalan yang begitu dalam kembali dirasakannya.
“ Saya tahu apa yang kau rasakan nak..! juga masalah-masalahmu. Tetapi seharusnya agama yang telah kau pelajari dan ayat-ayat alquran yang telah kau baca bisa menjadi pedoman dan mampu menuntunmu ke jalan yang diridhoi Tuhan, bukan jalan sesat yang kini kau ambil.. ‘’
‘’ Maafkan saya pak haji, saya tidak kuat.. !. Beban hidup saya terasa begitu berat ‘’
‘’ Beban yang kau rasakan itu ..hanya ujian nak !, Tuhan tak akan memberi ujian kepada hambanya bila hambanya itu tak mampu menghadapinya. Seharusnya kamu mampu.. ! ‘’ ujar pak haji masih dengan suara lembutnya. Ahmad hanya bisa tertunduk, air matanya mulai menetes saat menyadari bahwa dirinya begitu lemah dalam menghadapi cobaan hidup yang menderanya.
‘’ Sudahlah nak ! tak ada yang perlu kau sesali. Sekarang pulanglah, bersihkan dirimu dan kembalilah kesurau ini. Alunkanlah lagi ayat-ayat alquran dan dekatkanlah dirimu pada Allah niscaya segala ujian dan cobaan akan kamu hadapi dengan mudah. Satu lagi pesan saya, tolong kau rawat surau ini dan tolong kau jaga sebaik-baiknya “ ujar pak haji sambil menepuk-nepuk bahu Ahmad, ia hanya mengangguk perlahan kemudian mencium lengan pak haji saat orang itu beranjak kembali menuju surau. Sesaat kemudian alunan merdu ayat-ayat suci alquran kembali terdengar, meresap kedalam relung hati dan meninabobokan Ahmad.

“ Pak...bangun pak ! sedang apa bapak disini..?” ujar seseorang sambil mengguncang-guncangkan bahu Ahmad. Perlahan Ahmad membuka kelopak matanya namun ia begitu kaget saat mengetahui dirinya tertidur di sebuah pintu masuk komplek pertokoan. Yang membangunkannya ternyata security dari komplek itu dan Ahmad cukup beruntung karena masih memakai lengkap pakaian kerjanya dengan dasi yang melilit di leher sehingga security masih cukup sopan membangunkannya. Bila ia berpakaian gembel barangkali ia sudah dimaki, dibentak dan diusir layaknya anjing buduk yang di harapkan kehadirannya disitu. Matanya nanar menatap ke sekeliling, tak ada lagi surau, tak ada lagi rimbunnya pohon bambu dan tak ada lagi sosok pak haji terlihat. Yang ada hanya deretan ruko dan perkantoran yang gersang tak berpohon, di belakangnya berdiri rumah-rumah pemukiman yang berhimpit-himpitan. Sungguh begitu kontras dengan apa yang dilihatnya tadi malam atau sebelum ia jatuh tertidur.

Satu tahun kemudian Ahmad datang kembali ketempat itu, kali ini tempat itu telah berdiri sebuah masjid megah dengan beberapa rumpun bambu yang sengaja ditanam disisi kiri dan kanan masjid itu. Ahmad tersenyum puas, dari kejauhan dilihatnya sosok pak haji berdiri didepan masjid dan melambaikan tangan padanya sambil tersenyum walau sesaat kemudian menghilang. Sekali Ahmad memandangi masjid megah yang telah dibangunnya serta rumpun bambu yang melambai-lambai kearahnya. Ia kembali tersenyum, baginya masjid ini tetaplah surau bambunya.


Kampung Sawah
Minggu, 08 Juli 2009
Selengkapnya...

HARI MASIH MENDUNG

Senin, 05 Oktober 2009

Hari masih mendung pak...!
Turunkan layang-layang dari langit
Simpan...!, lindungi..! dan beri kehangatan
Tegakah..? melihat ia tercabik-cabik tetes hujan
Ibakah...? melihat ia luluh lantak lalu terhempas

Hari masih mendung bu...!
Tinggalkan telenovela picisan, angkat jemuran
Rapikan...!, simpan..! dan lindungi
Tegakah..? melihat ia basah kuyup dan kedinginan
Ibakah...? melihat ia terhempas angin dan jatuh berkubang lumpur kembali



Hari masih mendung pak..!
Hentikan menghitung amplop-amplop yang tak muat di saku
Hari masih mendung bu...!
Hentikan paduan suara sumbangmu, bila tak tahu kenapa..? dan mengapa..?

Jangan biarkan nasib bagai layang-layang yang bisa dimainkan sesuka hati
Jangan biarkan nasib bagai jemuran yang tak pernah kita tahu kedinginankah..? atau kepanasankah..?
Lihat...! lihatlah, wahai yang terhormat
Lihat...! and do something..!!
Selengkapnya...

I HAVE NO IDEA...!!

Selasa, 29 September 2009

Sehabis libur hari raya, pekerjaan yang ada malah bertumpuk. Mau tak mau harus pilih-pilih mana pekerjaan yang jadi prioritas untuk di selesaikan terlebih dahulu. Hal itu berdampak nggak mood untuk menulis ( ngga punya ide orisinil ), namun karena ingin hubungan dengan sahabat-sahabat tetap terjalin maka dengan " terpaksa " saya copas sebuah cerita untuk up date blog saya ini. Mudah-mudahan berkenan...

" SAYA AYAH KORBAN...!! "

Jatuhnya korban pada arus mudik tahun ini diperkirakan meningkat jika di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan berita terkini, seorang wartawan foto dari sebuah surat kabar dikirim ke titik rawan kecelakaan pada jalur Pantura.


Suatu saat sang wartawan melihat kerumunan orang memenuhi tepi jalan raya sehingga menimbulkan kemacetan arus lalu lintas, naluri jurnalistiknya tergerak.." pasti ada kecelakaan..!" pikir sang wartawan dalam hati. Namun sesampainya di tempat kejadian, sang wartawan kesulitan menerobos kerumunan orang-orang yang menonton walau ia sudah mengatakan bahwa ia wartawan. Diluar kerumunan sang wartawan berpikir keras bagaimana caranya untuk dapat menerobos kerumunan agar bisa mendapat foto sang korban.
Akhirnya ia mendapat ide...

" Minggir...minggir !! saya ayah korban...saya ayah korban, beri saya jalan..." teriak sang wartawan. Benar saja...orang-orang yang berkerumun dengan seketika memberinya jalan, dalam hati sang wartawan terkekeh.." he..he ideku ternyata manjur juga...!". Namun orang-orang yang memberinya jalan memandang sang wartawan dengan tatapan aneh..." Ah..masa bodoh orang mau bilang apa ! yang penting ideku berhasil..." pikir sang wartawan sambil tersenyum.

Ketika sampai ditengah kerumunan, sang wartawanpun terpana saat melihat seekor anak monyet tergeletak tak berdaya. Selengkapnya...

AWARD DARI SAHABAT

Minggu, 13 September 2009

Dari kisah Adam Dan Hawa yang kita tahu, sudah terlihat karakter sosial dari manuasi yaitu " tidak baik, bila manusia harus hidup sendirian ". Sebagian besar dari kita akan lebih senang bergaul atau bersosialisasi dengan orang lain jika dibandingkan harus hidup sendirian. Tak ada batasan bagi kita untuk bersahabat " dengan siapa kita bersahabat..?". Seorang filsup dari perancis ( Bacon ) berpendapat bahwa ada efek positif dari sebuah persahabatan yaitu efek kegembiraan, kesenangan atau bisa dibilang memotong kesedihan menjadi dua atau beberapa bagian. Dengan begitu seorang sahabat sebenar-benarnya sahabat dapat meringankan rasa sakit kita dan meringankan beban kita, juga dapat menguatkan kita, menjaga kita atau membantu kita. Dan tanpa kita tahu, seorang sahabat bahkan bisa menyelamatkan hidup kita.

Itu sekilas arti sahabat yang saya kutip dari beberapa sumber. Nah..bicara mengenai teman atau sahabat dari dunia maya, banyak yang menganggap itu hanya sebuah ilusi, tidak nyata atau hanya untuk kesenangan semata tapi bagi saya sahabat adalah sahabat tak perduli darimana dan dengan cara apa saya bersahabat.
Dan kali ini saya kembali dapat hadiah award dari sahabat Seti@wan Dirgant@ra ( pak Iwan )...







Ada juga hadiah award yang saya dapat secara tak sengaja karena mengikuti kuis iseng-iseng berhadiah dari mba Henny C Prasetya. Award yang imut, lucu dan cantik secantik yang buat...he..he..




Karena saya ingin punya banyak sahabat maka saya tak ingin memiliki award-award untuk disimpan sendiri maka award-award tersebut kembali saya hibahkan ke sahabat-sahabat antara lain :

Mba Fanny ( Sang Cerpenis Bercerita ) - Kabasaran Soultan - Bunda Elly ( New Soul ) - Mba Reni ( The Others ) - NURANURANIKU - Mba Dewi ( My Heart Soul Blog ) - AISHALIFE-LINE - BrenciA KerenS - Buwel - namaku Wendy - An4k SinGKonG - Pelangi Anak - A-chen - Gomel - Yudi WS - Neng Aia - Vie-three.

Khusus untuk Pak Iwan & Ibnu mas'ud saya hibahkan award kreasi dari mba Henny C Prasetya

Bagi yang namanya tercantum dan yang belum tercantum ( mohon maaf ) silahkan diambil award-award diatas bila berkenan. semoga tali silaturahim dan persahabatan dapat terus terjalin erat... Selengkapnya...

AWARD LAGI DARI MBA FANNY

Jumat, 04 September 2009

Wah..! beberapa hari ini blog saya " hanya ilusi & Uneg-uneg " di hujani award oleh sahabat ( untung belum kebanjiran..he..he ). Kali ini yang memberi award adalah duet penyanyi..eh..duet blogger kawakan yaitu mba Fanny & mba Fanda dengan F2 blognya. Namun ada PR yang harus saya kerjakan terlebih dahulu.
Nah..ini PR yang pertama yaitu puisi..

Ketika jari jemari menelusuri hamparan kertas..
Terpampang lekak-lekuk garis yang membentuk rupa berskala..
Kau pasti tahu kawan..
Terlihat gugusan-gugusan pulau terpampang..
Terlihat lautan-lautan luas membentang..
Terlihat dataran besar..dataran kecil terhampar
Begitu banyak..begitu luas..begitu besar..
Dengan hanya satu nama..INDONESIA..

Ayo kita rawat...!
Ayo kita pelihara...!
Ayo kita jaga...!
Jangan biarkan tangan-tangan kekar menjamahnya
Jangan biarkan tapak-tapak kotor menjelajahinya
Dan..
Jangan biarkan kita terpukul..baru kita memukul
Jangan biarkan kita terinjak..baru kita bertindak



Itu sekilas puisi yang terkesan asal tapi paling tidak sedikit menyuarakan isi hati..jiaaah.

Terlepas dari tindakan negara tetangga yang membuat keruh suasana, mungkin sebagai anak bangsa saya juga sedikit mengkritik kinerja aparat pemerintah dalam menjaga aset dan warisan budaya Indonesia, mengapa..? karena hanya baru-baru ini saja terdengar pemerintah pusat dan pemerintah daerah sibuk mendata warisan budaya kita..lho kemarin ngapain aja..?
Ah..sudahlah! terlalu berat bagi saya untuk bicara politik, namun barangkali lebih mudah bagi saya bila di buat sebuah perumpamaan..
" Saya bayangkan bila seseorang, taruhlah saya beri nama Pendi. Dia mempunyai
kekasih yang bernama Yuli. Barangkali banyak yang sudah tahu bila Yuli itu kekasihnya Pendi,tapi mungkin juga tak banyak yang tahu Yuli itu kekasihnya Pendi.
Dalam keseharian selama menjadi kekasih, perhatian Pendi terhadap Yuli terasa begitu kurang kalau boleh dibilang tak ada perhatian. Jangankan berkunjung di setiap malam minggu, untuk sekedar menelpon untuk menanyakan..bagaimana kabarmu..?, kamu sehat..?, kamu senang..? kamu sedih..?..itupun tak dilakukan. Suatu saat ada seseorang memberi perhatian lebih, entah sudah tahu atau belum tahu Yuli sudah punya kekasih..entah sengaja atau tidak sengaja merebut Yuli dari kekasihnya.
Lalu apakah Pendi mesti marah..? Ya mestilah..bahkan harus ? Namun apa yang harus Pendi jawab seandainya Yuli bertanya..pantaskah kamu marah..? "
Wadoh..jadi pusing sendiri nih..( ini gara-gara mba fan-fan nih..he..he )
Ya sudahlah..! itu PR yang no.1

PR no. 2 yaitu menghibahkan kembali award yang telah diterima ke blogger sahabat, dan kali ini untuk menguatkan tali silaturahmi saya kirimkan award ini untuk :
1. Mas Abd. Basid ( Pena Pagi )
2. Mas Seti@wan Dirg@ntara ( Fatamorgana )
3. Bang Kabasaran Soultan ( Kabasaran )
4. Bunda Elly ( Life With Your Own Vision )
5. Mba Aisha ( AISHALIFE-LINE )
6. Mba Dewi ( My Heart Soul Blog )
7. Mba Reni ( The Others ) )
8. BrenciA KerenS ( Brencia and her Thought )
9. Henny Y Caprestya ( Just ME, My Self, and I )
10. Nura ( NURANURANIKU )

Nah..bagi yang berminat silahkan di ambil... Selengkapnya...

SIAPA YANG GILA..?

Kamis, 03 September 2009

Ha..ha..ha..
Seorang lelaki setengah baya begitu menikmati tawanya
Tawa bagaikan stroberi merah ranum berselimut lelehan keju Swiss
Begitu lama ia tertawa sehingga tawanya kini terdengar mulai berirama
Kadang ha..ha..ha, kadang he..he..he, kadang hi..hi..hi

Seorang sahabat bertanya " Hai sahabat apakah kau begitu bahagianya, sehingga kau tidak bisa menghentikan tawamu..?"
Ha..ha..ha bahagia..? apakah tertawa itu hanya karena bahagia..? apakah karena bahagia aku harus tertawa..? ha..ha..ha
Tahukah kau kawan..aku tertawa karena kesedihanku, karena kegalauanku dan karena keresahanku..

Mengapa aku tertawa...?
Karena hanya ini yang bisa kulakukan..he..he..he..
Aku tak mampu mengusir kesedihanku karena istriku selingkuh...
Aku tak mampu menahan rasa galauku karena gajiku tak naik..naik..
Aku tak mampu mengabaikan keresahanku akan nasib anak-anakku kelak..

Sang sahabat berkata " Tapi kalau kau terus tertawa, kau bisa gila..!"
He..he..he gila..? apakah tertawa itu bisa membuat aku gila..? apakah aku bisa gila hanya karena aku tertawa..?
Tahukah kau kawan..aku tak bisa gila karena aku tertawa
Aku bisa gila bila kepalaku tak kuat berpikir..
Otakku terlalu kecil menampung pikiran yang sebenarnya tak perlu dipikir..

Sang sahabat berlalu pergi.." aku bisa gila dengarkan ocehanmu..!"
Dan sejak kepergian sang sahabat, tawa sang lelaki itupun berangsur pelan..
Sang sahabat ternyata membawa sebagian tawanya
Menjepit urat leher dan menyadarkannya dari candu tawa
Sang lelakipun mulai menata kesedihannya
Berkompromi dengan kegalauan dan keresahannya

Namun tiba-tiba sang sahabat tertawa, kakaknya tertawa, orangtuanya tertawa, gurunya tertawa, bosnya tertawa, anak buahnya tertawa...
Buat apa kau pikirkan istrimu yang tak setia..kuno..!
Diluar sana masih banyak gadis yang mengharap belaianmu..hi..hi..hi
Buat apa kau harus galau karena gajimu tak naik..kuno..!
Masih banyak uang yang bisa kau dapat dari korupsi..he..he..he
Buat apa kau resah memikirkan masa depan anakmu..kuno..!
Sebentar lagi kiamat akan datang..ha..ha..ha

Sang lelaki terpekur bingung..
" Sebenarnya siapa sih yang gila..!"
Selengkapnya...

AWARD LAGI

Sabtu, 22 Agustus 2009

Sebelumnya minta maaf sama mba Fanny..award pemberiannya baru hari ini di pajang. Tapi itu ngga disengaja ko..maaf ya mba. Nah..sekarang awardnya sudah dipajang, ada puisinya lagi..! mantab toh..

Sang Cerpenis dia bernama
Induk dari delapan jiwa
Tak pernah mati gaya
Tak pernah lelah bercerita



Sesuai wasiat dari yang punya award. Award ini juga aku kirimkan buat :
* Catatan Richard
* mpok Eny ( Catatan Eny )
* mba Dewi ( my heart soul blog )
* pemburuCINTAhakiki

Bila berkenan mohon diterima..
Selengkapnya...

PUING HATI

Jumat, 21 Agustus 2009

Puing-puing hati berserak tak berarah
Sisakan hampa dalam ruang berdinding kesunyian
Aku terduduk di kursi sepi dan terdiam dalam sunyi
Menggali berlaksa tanya tak terjawab

Dalam buta rasa merangkak tertatih
Menggapai-gapai puing hati dalam gelap
Satu persatu tersusun dalam bingkai asa temaram
Namun satu puing tak tergapai buramkan asa

Terbangkan layang-layang ingatan membumbung tinggi mencari jawab
Tapi angin enggan memberi petunjuk
Dan awan berarak mulai kaburkan ingatan
Akupun terlena dalam buai senandung kesunyian
Dengan cahaya asa yang mulai meredup..dan..meredup
Selengkapnya...

PARANORMAL

Jumat, 07 Agustus 2009

Saat itu Fandi sudah sedemikian marahnya, sehingga ia tak perduli lagi dengan siapa ia berhadapan..mau paranormal atau dukun " masa bodoh...!" pikirnya. Dan ia sama sekali tak takut..akan di teluh..di santet..

Itu salah satu penggalan cerita pendek yang saya buat, namun salah kamar. Seharusnya terpajang di blog ini tapi tersasar ke blog lain ( uneg-uneg ). Bila ada yang berminat membacanya silahkan baca disini..mangga atuh..! Selengkapnya...

MENGAPA KITA BIARKAN..?

Selasa, 04 Agustus 2009

Kawan..
Musim kemarau telah datang
Bulir-bulir air enggan menyapa akar-akar padi kita
Petak sawah kitapun retak-retak kering kerontang
Katak-katakpun enggan menemani dengan dendangnya
Daun-daun hijau padipun menangis lalu terdiam saat mulai mengering

Kawan..
Panggilan hati..panggilan jiwa..tangisan anak
Pandu langkah kita, singsingkan lengan..ambil cangkul dan garpu
Hentikan tangis daun-daun dan batang padi
Hapus dahaga mereka dengan curahan peluh-peluh kita

Lalu mengapa kita biarkan wereng-wereng cumbui lalu hisap sari padi kita
Lalu mengapa kita biarkan burung-burung gelatik patuki padi-padi kita yang mulai menguning
Lalu mengapa kita biarkan tikus-tikus menggerogoti lumbung padi kita

Mengapa kita biarkan..? Selengkapnya...

JUST MEMORY

Senin, 03 Agustus 2009

" Judul dan isi postingan saya ganti karena saya merasa bukan gaya saya mengungkapkan apa yang ada dalam benak secara vulgar " It wasn't me " namun lagu tetaplah lagu..siapapun pasti punya kenangan "

ONLY REMINDS ME OF YOU

I see you, beside me
It's only a dream
A vision of what used to be
The laughter, the sorrow
Pictures in time
Fading to memories

How could I ever let you go
Is it too late to let you know

I tried to run from your side
But each place I hide
It only reminds me of you
When I turn out all the lights
Even the night
It only reminds me of you

I needed my freedom
That's what I've thought
But I was a fool to believe
My heart lied while you cried
Rivers of tears
But I was to blind to see

Everything we've been through before
Now it means so much more

Only you
So come back to me
I'm down on my knees
Girl can't you see

How could I ever let you go
Is it too late to let you know

I tried to run from your side
But each place I hide
It only reminds me of you
When I turn out all the lights
Even the night
It only reminds me of you

you...you
It only reminds me of you Selengkapnya...

KAU LEBIH DARI ITU

Sabtu, 01 Agustus 2009

Kau bukan cahaya rembulan yang menerangi malam kelam
Kau bukan nyanyian merdu burung-burung yang berkicau
Kau bukan pelangi yang terlukis indah di kaki cakrawala

Bukan..! bukan aku tak mau memujimu
Bukan..! bukan aku tak mau menyanjungmu
Bukan..! kau bukan semua itu..

Tahukah kau..? kau lebih dari itu..
Namun ku tak tahu bagaimana mengungkapkannya..

Lembut parasmu..bangkitkan rembulan, pancarkan cahaya tuk terangi wajahmu
Merdu suaramu..mabukkan burung-burung, melonjak-lonjak riang nyanyikan nada-nada rayuan
Manis senyummu..inspirasikan hujan, lukiskan indahnya pelangi tuk manjakanmu

Tahukah kau..? kau lebih dari itu..
Namun lidahku begitu kelu..ucapkan semua itu.. Selengkapnya...

AWARD DARI BU GURU

Rabu, 29 Juli 2009



Wah..ngga nyangka dapat hadiah award dari mba Fanny. Makasih banyak..moga-moga nanti saya bisa buat award untuk membalas kebaikan bu guru. Selengkapnya...

DIMANA DIAN..?

Sabtu, 25 Juli 2009

Cerita ini dibuat beberapa hari setelah peristiwa ditemukannya korban mutilasi di Kebagusan. Sudah cukup lama..tapi tak apalah, sayang kalau cuma jadi file tak berguna.

Andi merenung di dalam kamar kostnya yang pengap. Sambil merebahkan badan matanya menerawang kelangit-langit kamar yang mulai menghitam dan berhiaskan satu dua sarang laba-laba kecil. Cahaya matahari menyeruak disela-sela tirai jendela yang sengaja tak dibukanya walau hari sudah menjelang siang. Sejak di PHK dari tempat kerjanya empat bulan yang lalu, tak banyak yang ia lakukan. Kebanyakan kerjanya hanya merenung da merenung, mau pulang kampung rasanya tak mungkin karena ia tahu persis tak banyak juga yang bisa dilakukan disana...Paling-paling jadi buruh tani seperti bapak yang penghasilannya tak seberapa. Lagipula ia akan merasa malu sekali bila harus kembali kekampung sedangkan seluruh teman-teman sepermainannya sudah merantau dan sukses di Jakarta. Dan iapun tak mau menanggung beban pikiran kedua orang tuanya yang sampai saat ini masih membanting tulang walau kulit telah berhias keriput.

Sesekali ia menyibukkan diri dengan mencorat-coret kertas untuk menulis puisi hanya sekedar mengisi waktu luang juga menyalurkan hobi yang memang sejak SMP ia lakoni.Bila sedang tak memiliki inspirasi, Andi menyambangi teman-temannya untuk sekedar berkumpul sakaligus mencari informasi barangkali ada lowongan kerja baru untuknya. Tapi hari ini rasanya ia begitu malas melakukan aktivitas apapun, tidak corat-coret puisi dan tidak juga berkumpul dengan teman-temannya.

Beban pikiran yang dipikulnya kian hari terasa kian berat saja, menganggur bagai hantu siang bolong yang membuat dengkul gemetar bagi seorang perantau seperti dirinya. Ia merasa seperti kehilangan jati diri saat dipaksa menanggalkan status karyawan yang telah disandangnya beberapa tahun. Dan kini beban pikirannya mulai bertambah saat orang tua Dian, kekasih yang telah dipacarinya selama dua tahun itu melarang mereka melanjutkan hubungan mereka. Masalahnya cuma satu..ia seorang penganggur. Sedih rasanya mendapati kenyataan bahwa orang tua Dian masih melihat materi sebagai ukuran layak atau tidaknya seseorang menjadi kekasih atau suami Dian kelak, walau dalam hati ia tak mengingkari orang tua mana yang ingin melihat anaknya sengsara. Padahal dua bulan sebelum dirinya mendapat surat PHK, orang tua Dian pernah mendesaknya untuk segera meresmikan hubungannya dengan Dian. Tapi kini sikap orang tua Dian berbalik tiga ratus enam puluh derajat dengan menolaknya mentah-mentah hanya karena ia seorang penganggur.

Sungguh menyakitkan..dan Andi hanya bisa menghela nafas panjang bila mengingat hal itu. Dari salah satu sisi hati nuraninya dan mengikuti egonya sebagai seorang lelaki barangkali akan bersorak atas penolakan orang tua Dian. Barangkali yang akan merasa lebih sakit adalah Dian karena dia telah menyerahkan segalanya pada Andi, kamar kost dan hotel murah yang banyak bertebaran di Jakarta adalah saksi bisunya. Tapi Andi bukanlah seorang pegecut, disisi hati nuraninya yang lain merasa tak mudah untuk melupakan Dian begitu saja. Hubungan yang ia jalin bukan hanya berlandaskan nafsu belaka, rasa cinta dan sayangnya pada Dian adalah tulus. Tapi bila Dian pada akhirnya mengikuti kemauan orang tuanya iapun hanya pasrah, ia tak mau memaksakan kehendaknya sendiri.

Pada kenyataannya Cinta dan kasih sayang Dianpun tak surut, ia membangkang dari keinginan orang tuanya. Sehingga hubungan mereka masih terjalin walau kini dijalani dengan sembunyi-sembunyi. Dering handphone membuyarkan lamunan Andi.
" Mas..! kamu dimana ?"
" Biasa...ditempat kost. Memang kenapa..?"
" Jangan kemana-mana ya..! aku mau kesana "
" Lho..! kamu nggak kerja..?"
" Ah...lagi malas mas"
" Ya..sudah, aku tunggu. Tapi bawain koran hari ini ya.." pinta Andi yang disanggupi Dian. Hati Andi kembali riang, benang-benang kusut dari pikirannya seakan telah terurai. Sambil bersiul-siul ia segera merapikan kamar kost dan tempat tidurnya karena kamar ini kembali akan menjadi saksi bisu ritual purba pertautan dua hati yang tak terpisahkan.

* * * * * *

" Orang-orang sudah banyak yang sinting ya mas.." ujar Dian.
" Lho.. memangnya kenapa ?"
" Coba baca deh..!" lanjut Dian sambil menyerahkan surat kabar yang tadi dibacanya kepada Andi. Mata Andi segera menangkap headline berita di halaman depan yang berhuruf besar dan tebal " KORBAN MUTILASI DALAM KOPER ". Andi menggeleng-gelengkan kepalanya saat membaca isi berita tentang ditemukannya mayat terpotong-potong korban mutilasi di daerah Kebagusan Jakarta Selatan. Juga ada berita yang tak kalah seramnya yaitu ditemukan sosok mayat wanita tersangkut pada tepi jurang di daerah Ciomas Bogor, kondisi mayat begitu mengenaskan. Selain tubuh tak tertutup sehelai benangpun, seluruh tubuhnya juga hangus terbakar sehingga hampir tak kelihatan wujud dan rupa dari jasad tersebut. Benar apa yang dikatakan Dian, orang-orang sudah mulai sinting...! karena begitu mudahnya mereka menghilangkan nyawa orang lain dengan cara keji dan sadis tanpa sedikitpun rasa kemanusiaan. Entah terbuat dari apa hati orang-orang itu...

Andi tercenung setelah membaca berita itu. Dalam pikirannya ia melihat dibalik semua itu ternyata pelaku-pelaku kriminal sudah sedemikian pintar. Mereka semakin tahu bagaimana caranya menghilangkan jejak dengan melenyapkan segala sesuatu yang bisa menjadi petunjuk bagi para aparat kepolisian untuk mengungkap suatu peristiwa pembunuhan. Dari barang-barang milik korban, kartu identitas juga ciri-ciri fisik dari korban sebisa mungkin dilenyapkan. Sehingga aparat kepolisian akan menemui kesulitan dan walaupun terungkap kemungkinan itu akan membutuhkan proses atau waktu yang cukup lama. Dan Andi kembali tercenung seperti ada sesuatu yang sedang ia pikirkan. Tak lama kemudian ia terlihat tersenyum-senyum sendiri sehingga membuat Dian yang sejak tadi memperhatikannya menjadi terheran-heran. Mengapa berita yang ia anggap menyeramkan justru membuat Andi tersenyum-senyum seperti itu..?

Berita-berita pembunuhan masih menghiasi media cetak maupun media elektronik, bahkan terkesan mereka saling berlomba-lomba menelusuri kasus-kasus tersebut sebagai komoditas yang membuat tiras media cetak bertambah ataupun menaikkan rating dan mengeruk iklan bagi televisi yang menayangkan berita-berita secara sporadis atau bahkan mengemasnya secara exklusif. Setiap hari berita-berita itu dikupas berulang-ulang, ada sebagian msyarakat yang muak dengan kondisi tersebut namun lebih banyak yang justru makin penasaran untuk mengetahui kelanjutan dari kasus-kasus tersebut. Diantara mereka juga bertanya-tanya apakah kasus tersebut segera terungkap atau malah aparat kepolisian tak sanggup untuk mengungkapnya.

Entah fenomena apa yang melanda negeri ini..apakah karena himpitan ekonomi yang kian berat ? sehingga membuat sebagian masyarakat mudah kehilangan akal sehatnya. Mudah marah..tersinggung dan sering mengambil jalan pintas dari permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. Atau malah pemberitaan yang gencar dari media cetak ataupun media elektronik secara tidak sengaja justru jadi pembelajaran bagi sebagian masyarakat yang imannya telah luntur.

Masyarakat Jakarta kembali geger, belum lagi terungkap kasus-kasus pembunuhan sebelumnya kini kasus yang sama terulang lagi. Kali ini peristiwa terjadi di kawasan Jakarta Timur tepatnya di sebuah hotel transit dekat terminal Pulo Gadung.Kondisi mayat sangat mengenaskan bahkan ini terkesan lebih sadis dari peristiwa pembunuhan sebelumnya. Bagaimana tidak..! mayat tersebut ditemukan dalam keadaan hangus terbakar dan yang lebih mengerikan lagi, sebelum dibakar mayat tersebut sudah dalam keadaan terpotong-potong. Sungguh biadab..! masyarakat yang mengetahui dan mendengar kejadian tersebut bergidik dan dipenuhi kengerian yang amat sangat. Merekapun dipenuhi rasa ketakutan, jangan-jangan mereka atau keluarga mereka akan jadi korban berikutnya bila pelaku dari kasus-kasus yang terjadi tak segera terungkap. Aparat kepolisian bergerak cepat, dari langkah awal penyelidikan di tempat kejadian ditemukan beberapa barang bukti yang mengarah pada indetitas korban. Dari barang-barang yang tertinggal serta kartu identitas yang ditemukan di tempat kejadian, aparat kepolisian menduga bila korban adalah Dian Maharani.

Sontak berita itu membuat geger keluarga Dian terutama ibunya, ia tak henti-hentinya meraung menangisi Dian anaknya. Walaupun mayat wanita tersebut belum tentu Dian tapi dari barang-barang yang ditemukan membuat keluarga yakin bila itu adalah Dian. Apalagi terhitung dua hari ini Dian tak kembali kerumah dan tidak diketahui keberadaannya. Seluruh pelosok Jakarta sudah ditelusuri diantaranya rumah teman-teman dekat Dian, kantor tempatnya bekerja dan terakhir menyambangi tempat kost Andi mantan kekasihnya.Sayangnya ditempat kost juga tak ditemukan Andi, karena menurut pemilik tempat kost..Andi beberapa hari lalu pamit untuk pulang kekampungnya.

Berita ditemukannya mayat wanita dengan identitas Dian Maharani seakan menjawab teka-teki hilangnya Dian selama dua hari ini. Betapa hancur hati orang tua, kerabat juga teman-teman dekat Dian. Walau hidup dan matinya semua makhluk yang ada dimuka bumi ini adalah Kuasa Tuhan namun rasanya siapapun tak mudah menerima dengan ikhlas dengan cara Dian menjemput ajalnya.

Sementara itu disebuah pelosok kampung di daerah Jawa Barat, dengan dibantu seorang aparat desa setempat yang berperan sebagai penghulu sepasang muda-mudi sedang dinikahkan secara siri. Mempelai wanita tidak menampakkan sedikitpun wajahnya karena ditutupi cadar hitam pekat, sedangkan mempelai pria tak henti-hentinya mengumbar senyum.... Selengkapnya...

Mengenai Saya

Foto saya
Hidup bagaikan air yang mengalir bagiku. Keinginan mungkin banyak tapi terkadang tak terlalu ambisi untuk menggapainya. Jadi ikuti saja kemana air yang mengalir, dimana suratan takdirku telah digariskan
Diberdayakan oleh Blogger.