tag:blogger.com,1999:blog-80703275316593288992024-03-13T20:03:45.872+07:00hanya ilusiGoresan-goresan dari kegalauan yang adaNOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.comBlogger96125tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-33600410316445365502011-11-04T15:44:00.000+07:002011-11-04T15:44:12.492+07:00AKU LELAHAku lelah menjadi matahari...<br />
karena kau slalu sembunyi di balik rimbunnya pepohonan hindari cahyaku<br />
Aku lelah menjadi angin...<br />
Karena aku tak mampu padamkan api yang kau mainkan<br />
Aku lelah menjadi sungai...<br />
Karena aku tak mampu enyahkan limbah-limbah dusta yang kau buang dalam airku yang mengalir<br />
<br />
Aku tak sanggup memandangi daun-daun asa yang perlahan mulai mengering dan jatuh berguguran<br />
Aku tak sanggup menghadapi kenyataan begitu banyak rahasia dibalik hamparan daun-daun kering di halaman kita<br />
Haruskah kusudahi saja perjalanan ini, karena ku tahu pada akhirnya aku kan tetap jatuh dalam jurang keputusasaan yang teramat dalam<br />
Haruskah kurebahkan rapuh tubuh ini di tepi jalan berdebu hingga malam berganti dan embun pagi membangunkanku esok hariNOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com47tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-73739996996462868592011-10-10T12:14:00.000+07:002011-10-10T12:14:26.376+07:00KU TERHEMPAS...LAGIBiduk itu pernah terhempas dan karam ditengah pekik riang camar-camar yang iri hati.<br />
Gemetarku menahan luka yang teramat perih, tambal dinding asa yang mulai menganga dan selamatkan tunas kelapa dari amuk samudera.<br />
Beruntung angin bertiup ramah, bujuk air mata dan keringat darah untuk tetap bersemayam di raga.<br />
Walau hembusnya pada layar terkoyak, bawa biduk menembus samudera tak tentu arah.<br />
<br />
Ah, gelombang itu kembali hempaskanku...<br />
Di hamparan pasir hitam penuh kerikil dan beronak.<br />
Kuyup menggigil menahan dingin dan perih dalam jiwa.<br />
Mengapa samudera tak jua ramah? bahkan jejak langkah tertatihkupun hilang tersaput riak.<br />
<br />
Kini, rasanya biduk itupun enggan kukayuh<br />
Tinggalkan ku termenung menatap mentari jingga tenggelam di garis samudera.<br />
Biarkanku sendiri kumpulkan buih-buih asa di hari yang mulai pekat dan..gelap.NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-60294863552414388972011-09-19T12:35:00.006+07:002011-09-19T14:06:42.700+07:00DI PENGHUJUNG HADIRMU<div style="text-align: justify;">Selalu ada permulaan dari setiap peristiwa, itu yang pernah kudengar dari seseorang. Masih ingatkah kau, bagaimana kita bertemu? Masih ingatkah kau, bagaimana ke dua pasang mata kita menangkap getar-getar kegelisahan dari dinding hati? Dan masih ingatkah kau, kapan kedua ujung jemari kita bertukar enerji ceria, suka dan cita? Ah...sesungguhnya aku yang tak ingat, bagaimana kedekatan kita berawal dan kapan dimulai.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang pasti tak pernah ada kesengajaan saat kita bertemu. Karena hadirmupun begitu tiba-tiba mengetuk daun pintu dari ruang hati yang kosong. Aku tak pernah sengaja mencari seseorang untuk berkeluh kesah. Akupun tak pernah sengaja mencari seseorang yang dapat menghapus debu-debu di kusamnya dinding hati. Namun hadirmu tetaplah berarti..</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;">Kesahku kesahmu menyatu bagai aksara yang terangkai satu persatu, lalu menjelma jadi sesuatu yang indah dan berarti. Jadi puisi, syair dan lagu mendayu, meninabobokan hati dilembutnya peraduan mimpi. Kesahku kesahmu tak lagi patut ditangisi...kini kesah menjadi tawa, dukapun menjadi suka. Seiring rintik hujan basahi bumi kerontang, sisakan pelangi indah diawan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi..selalu ada akhir dari sebuah perjalanan, bukan? Walau pasti kan terasa begitu menyakitkan. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, atau...kita nikmati saja sisa waktu yang ada sampai saat itu menjelang. Kapan? Masih kutunggu angin sepoi membawa jawaban..</div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-55630659874997363172011-08-02T11:06:00.037+07:002011-08-03T08:57:54.103+07:00HIDAYAH<div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">Sayup-sayup terdengar suara azan Maghrib berkumandang disela-sela keramain dan macetnya jalan raya. Sebagian pengendara menepikan atau membelokkan kendaraan mereka menuju mesjid yang ada tidak jauh dari pinggir jalan raya. Selain untuk memenuhi panggilan Allah dan melaksanakan sholat, mereka juga memanfaatkannya untuk beristirahat dari penat mengendarai kendaraan di tengah jalan yang macet. Tapi sebaliknya dengan Andi, ditengah azan yang berkumandang dia malah bersiap-siap pergi untuk menemui temannya. Dengan jaket hitam kesayangan dan jins belel yang melekat dikakinya, Andipun melangkah sambil bersiul-siul…<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Heh..mau kemana kamu?” Tanya Mba Ira, kakaknya.<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Biasalaaah…cari angin. Kelamaan dirumah bikin otak buntu, sumpek! Lagipula apa urusanmu tanya-tanya?” ujar Andi dengan nada sinis.<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Memang bukan urusanku kamu mau pergi kemana tapi pakai otak dong…! suara azan belum juga berhenti, tunggu dulu sampai azan selesai atau sholat dulu kek...”<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Sholat..? Heh, buat apa?” Andi sambil tersenyum sinis.<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Lho…kok buat apa! Sholat itu tiangnya agama…”<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Lalu apa…?” potong Andi.<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Apa yang dikatakan kakakmu itu benar Di. Paling tidak, dengan sholat kamu telah menjalankan apa yang menjadi perintah Allah. Dengan menjalankan perintahNya, itu akan bisa membantumu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang salah dan mana yang benar” sambung Ibu Andi.<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Maaf Bu, bukan Andi nggak mau melaksanakan sholat. Tapi Andi cuma tidak ingin jadi orang yang munafik, yang menjalankan sholat atau menjalankan perintahNya tapi juga sekaligus melanggar laranganNya. Andi masih ingin senang-senang juga berbuat sesuka hati, dan aku tidak mau mencampur adukkan keduanya. Sholat ya sholat….lalu jauhkan diri dari segala maksiat, itu yang benar!”<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Maksud kamu apa, bicara seperti itu…?” Tanya Kak Ira.<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Heh...dengar ya!Aku tidak mau sholat cuma karena takut sama Ibu, aku juga tidak mau sholat kalau cuma ingin menjadikannya kedok untuk menutupi perbuatan hina dan nista seperti yang kau lakukan.”<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Astagfirullah…Andi!!” teriak Kak Ira.<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;">“Apa…? Makanya ngaca dulu kalau mau ceramahin orang…” ujar Andi sambil menstarter motornya. Ia sempat melihat Ibunya terisak dan menitikkan air mata namun kebenciannya akan Kak Ira membuatnya tidak perduli. Dan iapun langsung tancap gas meninggalkan derum knalpot</span></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">yang memekakkan telinga. Seperti yang sepintas dilihat Andi, Ibunya memang hanya bisa terdiam menahan isak tangis. Air mata mulai menggenangi pelupuk mata lalu perlahan mulai mengalir membasahi pipi…</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Ya Allah ampunilah hambaMu ini. Ampuni aku yang tidak mampu membimbing anak yang Kau titipkan padaku. Kumohon ampunilah dia, berikanlah dia hidayah agar kembali hidup di jalanMu, jalan yang Kau ridhoi. Ya Allah…hanya kepadaMu-lah aku berserah diri dan hanya kepadaMu-lah aku mengadu dan berkeluh kesah…” sebait doa terucap disela isaknya.<o:p></o:p></span></div><span class="fullpost"><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">*****<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">Selepas meninggalkan rumahnya, Andi mulai mengurangi kecepatan motornya. Masih terbayang wajah ibunya yang sedih, walau seringkali mengabaikan perkataan ibunya namun ia tetap tidak sampai hati melihat ibunya menangis. Dalam keadaan apapun, ibu selalu lemah lembut dalam berkata-kata. Memarahi, menasehati dan juga mengingatkan untuk selalu menjalani perintah Allah, semua dilakukannya dengan penuh kelembutan. Lain halnya dengan Kak Ira, belum sebulan tinggal kembali bersama ibu sudah kelihatan banyak tingkah. Meminta bantuan atau menyuruhnya melakukan sesuatu bagai memerintah anak kecil yang tidak mengerti apa-apa. Berteriak, membentak bahkan tidak jarang mengucapkan kata-kata kotor. Andi juga sudah muak dengan sikap Kak Ira yang berlagak sok suci dan alim, apalagi Andi selalu merasa Kak Ira hanya melaksanakan itu cuma untuk formalitas saja alias cuma menyenangkan hati ibu padahal implementasinya dalam kehidupan sehari-hari sungguh bertolak belakang. Contohnya sekarang ini, gara-gara kepergok berzinah dengan orang lain, sekarang Kak Ira diusir dan diceraikan suaminya. Oleh sebab itu sekarang dia kembali tinggal dirumah ibu dan mulai merecoki kehidupannya. Bagaimana dia bisa melakukan hal nista seperti itu bila ia benar-benar sholat? Apakah dia pikir sholat itu cuma untuk main-main saja? Andi menggeleng-gelengkan kepala karena tidak mengerti jalan pikiran Kak Ira.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">Selepas Isya Andi sampai di rumah Yanwar, tempat ia dan kawan-kawannya biasa berkumpul, berpesta juga mabuk-mabukkan. Didalam sudah ada beberapa kawannya juga dua orang wanita yang baru dilihatnya tapi kali ini ia kurang berminat. Diambilnya sebotol black label lalu iapun keluar rumah dan duduk diteras, wajah ibunya masih saja membayang dalam benaknya walau alkohol perlahan mulai meracuni aliran darah ditubuh. Keasyikannya terusik saat matanya menangkap gerakan tidak wajar di sekeliling rumah Yanwar ini, ia merasa beberapa pasang mata sedang mengawasi. Perlahan ia bangkit dari duduknya, masuk kedalam dan mengingatkan kawan-kawannya. Andi segera berlari ke pintu belakang dan menghambur keluar lalu berlari sekencang-kencangnya, tidak diperdulikannya lagi apakah kawannya mengikuti atau tidak yang penting dirinya aman.<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;">Dugaan Andi memang tidak salah. Beberapa warga dan satuan polisi memang sedang mengepung rumah Yanwar karena sudah lama dicurigai sebagai tempat pesta miras, narkoba bahkan sex bebas. Apalagi sudah mendekati bulan suci ramadhan, dan biasanya para petugas lebih giat memberantas penyakit-penyakit masyarakat. Tidak berapa lama kemudian, kawan-kawan Andi ditangkap tanpa ada </span></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">perlawanan karena mereka sudah terlalu mabuk untuk bisa melarikan diri. Sedangkan Andi masih terus berlari walau harus tersandung-sandung digelepan malam juga perih menusuk telapak kaki karena ia tidak sempat memakai alas saat kabur tadi. Ia menggapai tembok yang tingginya kira-kira 2 meter lalu meloncatinya, namun untung tidak dapat diraih malang tidak dapat ditolak. Ternyata dibalik tembok itu, permukaan tanahnya tidak rata dan agak menurun sehingga saat Andi mendarat tubuhnya terhempas lalu jatuh terguling. Rasa sakit luar biasa tiba-tiba dirasakan Andi di pangkal paha kanannya. Rasanya seperti patah saja dan ia tidak tahu apa yang tertabrak kakinya, batu, kayu atau akar pohon? Entahlah, ia tidak tahu pasti. Ia hanya bisa teriak dan mengerang kesakitan lalu tidak sadarkan diri.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">Entah berapa lama Andi pingsan namun kini terlihat tubuhnya mulai sedikit bergerak. “Terima kasih Tuhan…” desisnya ketika menyadari ia masih hidup. Andi mencoba bangkit namun ia kembali merintih kesakitan dan merasa kaki kanannya benar-benar tidak bisa digerakkan, bergerak sedikit saja sudah menyisakan nyeri yang amat sangat. Sambil meringis, matanya nanar menatap dalam gelap. Samar-samar dilihatnya sebuah titik cahaya lampu dari kejauhan dan ia berpikir barangkali disanalah ia akan bisa mendapat pertolongan, tapi bagaimana?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">“Ya Allah tolonglah aku. Ibu….ibu…maafkan aku” desahnya sambil menitikkan airmata. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">Lalu sambil menahan rasa sakit, Andi merangkak perlahan menyusuri tanah dengan sisa-sisa tenaganya. Namun penderitaannya tidak sampai disitu saja, ketika cahaya lampu itu mulai terlihat jelas tiba-tiba saja hujan turun cukup deras. “Mampus gua…” umpat Andi dalam hati. Iapun coba bersandar di bawah pohon sambil coba menutupi kepala agar tidak langsung terkena air hujan. Wajah ibunya kembali terbayang dan iapun sesegukkan menahan tangis tapi segera ia menghentikan tangisnya saat sayup-sayup terdengar seseorang membaca ayat-ayat Alquran dan bagai irama yang mengalun dengan indahnya. Dan suara itu terdengar dari gubuk dimana cahaya lampu itu terlihat. Tiba-tiba saja semangatnya bangkit, iapun kembali merangkak ditanah becek untuk segera sampai ke cahaya lampu yang ternyata cahaya lampu dari gubuk seorang pemulung. Dengan nafas tersenggal-senggal dan tubuh berlepotan lumpur, akhirnya Andi sampai juga di depan gubug itu. Andi menengadahkan wajahnya keatas langit dan tersenyum…lalu jatuh tidak sadarkan diri kembali.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">*****<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;">Alunan ayat-ayat Alquran keluar dari mulut Andi, dihadapannya duduk seorang laki-laki yang sekali-sekali membetulkan ucapan Andi dalam membaca ayat Alquran tersebut. Andi sudah kembali mendekatkan diri kepada Allah, mulai kembali menjalankan perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Andi tidak merasa karena ia sakit, barulah mendekatkan diri kepada Allah. Tapi itu semua semata-mata karena ia merasa bahwa Allah telah menunjukkan kuasaNya. Dan peristiwa yang dialami menyadarkannya bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga ia masih diberi kesempatan untuk hidup juga dipertemukan dengan orang yang bisa membimbingnya meniti jalan yang di ridhoiNya. Mendalami makna dari isi Alquran dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari juga selalu bersyukur atas semua berkah dan rahmat yang telah diterimanya adalah menjadi tujuan hidupnya kini. Ibu Andi tersenyum bahagia melihat perubahan dari anaknya...</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 18px;"><span style="line-height: 115%;">”Alhamdulillah…terima kasih ya Allah, Kau telah menurunkan hidayahMu dan kini anakku telah </span><span style="line-height: 115%;">kembali…” sambil meneteskan airmata bahagia. </span></span></div></div></span>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-31653309218124558012011-07-16T12:48:00.003+07:002011-08-02T14:33:58.331+07:00BLOGGING : BELAJAR MENULIS DAN SILATURAHMI<div style="text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Dibeberapa kesempatan saya pernah mengutarakan bahwa saya termasuk orang yang super duper gaptek dan berselancar di dunia maya termasuk blogosphere adalah dunia baru bagi saya. Mengenal blogpun bermula dari melihat teman yang sedang blogging kemudian saya tertarik dan bertanya bagaimana membuatnya. Dan ketika blog telah dibuat, terus terang hati ini terlonjak kegirangan bagai anak kecil yang mendapatkan mainan baru, norak banget ya!? hehe. Namun bukan tanpa alasan saya bertingkah seperti itu...</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">1. Sejak kecil saya memang hoby membaca walau yang dibaca cuma buku-buku cerita atau sejenis novel. Biasanya buku-buku tersebut saya dapat dari perpustakaan sekolah atau tempat penyewaan buku. Dan kebiasaan membaca itu ternyata membuat saya tertarik juga untuk bisa menulis, sehingga sejak SMP sayapun mulai belajar menulis berupa cerita-cerita pendek.</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">2. Menulis ternyata memberi keasyikan tersendiri buat saya, karena terus terang saya termasuk orang yang tidak pandai bersosialisasi dengan orang lain sehingga terkesan agak tertutup dan tak banyak bicara . Dengan menulis seakan saya menemukan wadah untuk bisa mencurahkan apa yang ada di benak saya, pikiran saya dan semua yang rasakan tanpa harus menunggu seseorang yang mau mendengarkan. Dari beberapa cerpen atau puisi asal-asalan yang telah saya buat, beberapa diantaranya memang benar-benar merupakan sarana bagi saya untuk mengutarakan perasaan dan selebihnya merupakan hasil dari menghayal, melamun atau ide yang datang mendadak.</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><span class="fullpost"><br />
<div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sehubungan dengan hoby menulis itu, setelah membuat blog sayapun mencari blog dengan tema-tema untuk belajar menulis. Sehingga sayapun terdampar di blog Rafi Azmillah Menulis (Radinal Mukhtar Harahap) dan Sang Cerpenis Bercerita (Fanny Fredlina) . Dua nama ini telah saya anggap guru saya dalam hal tulis menulis, karena dari keduanya saya termotivasi untuk terus belajar dan terus semangat untuk menulis. Silaturahmi terus berlanjut, dan sayapun mulai menjalin pertemanan dengan beberapa blogger lain yang isi atau konten blognya berbeda.<br />
<br />
Buka dasbor blog, bagaikan masuk dalam restaurant kemudian duduk dan disodori pilihan menu yang beraneka ragam. Saat sedang bersusah hati, saya bisa mampir ke blog yang berisi puisi mendayu-dayu. Saat ingin tertawa, saya bisa mampir ke blog sahabat yang berisi postingan kocak dan gokil. Saat hati sedang galau, saya bisa mampir ke blog sahabat yang berisi postingan yang menyejukkan, penuh siraman rohani, pencerahan dan juga motivasi seperti yang salah satunya saya dapatkan di blog <a href="http://www.blogger.com/www.djanganpakies.com"><b>Djangan Pakies (Pak Ies)</b></a>. Ada kepuasan tersendiri saat mampir ke blog sahabat dan meninggalkan jejak walau dengan komentar sekenanya. Menjalin silaturahmi dengan sahabat blogger, hidup terasa lebih berwarna dan kadang merasa tak sendiri saat menghadapi beban yang kian menghimpit. walaupun semua itu hanya sebatas berkomunikasi dalam dunia maya, tak pernah saling berbicara apalagi bertatap muka. </div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Aktivitas blogging terus terang lebih sering saya lakukan di kantor karena kebetulan saya dapat fasilitas komputer untuk pribadi walaupun cuma abal-abal. Tapi lumayanlah, dapat melakukan aktivitas internetan secara gratis, hehe. Namun begitu, biasanya saya melakukan aktivitas berinternet ria hanya pada saat baru masuk kantor lalu pada saat jam istirahat dan terakhir pada jam akan pulang, kalaupun ada sahabat yang memergoki saya sedang OL diluar jam itu berarti saya sedang kebablasan, hehe. Maklumlah, sayapun manusia yang tak lepas dari khilaf dan dosa, hehe. Tapi saya tetap mencoba menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas blogwalking disaat jam kerja walau sesekali mencuri waktu disaat senggang atau tak ada pekerjaan. Untuk mensiasati agar tak terlalu lama blogging, seringkali dan memang sudah jadi kebiasaan draft untuk posting sudah saya buat dirumah. Sehingga kalaupun blogging di kantor, saya hanya mampir ke blog sahabat, membacanya postingannya dan meninggalkan komentar. Atau melihat postingan saya lalu senyum-senyum sendiri membaca komentar dari sahabat.<br />
<br />
<center><br />
<a href="http://s1204.photobucket.com/albums/bb410/djpakies/?action=view&current=djangan-pakies-17-1.gif" target="_blank"><img alt="Photobucket" border="0" src="http://i1204.photobucket.com/albums/bb410/djpakies/djangan-pakies-17-1.gif" /></a><br />
</center><br />
<br />
Yah, kira-kira begitulah sedikit cerita bagaimana aktivitas blogging saya dimulai, kemudian coba menikmatinya sebagai sarana untuk mengasah kemampuan dalam menulis juga untuk memperbanyak dan mempererat tali silaturahmi dengan sahabat dari seluruh penjuru tanah air.<br />
<br />
Postingan ini sengaja dibuat untuk ikut berpartisipasi dalam acara <a href="http://www.blogger.com/www.djanganpakies.com/2011/07/suit-sepentin-giveaway.html"><b>Suit Sepentin Giveaway</b></a> yang diadakan <a href="http://www.blogger.com/www.djanganpakies.com"><b>Djangan Pakies (Pak Ies)</b></a>. Acara yang diadakan dalam rangka menyongsong 17 tahun pernikahan beliau. Semoga harapan Pak Ies agar pernikahannya tetap menjadi hal yang terindah hingga akhir nanti, Insya Allah akan terkabul dan semoga beliau diberi kekuatan dalam menjalani kewajiban juga tanggung jawabnya sebagai suami, mengawal keluarga dan menjadikannya sebagai keluarga yang sakinah mawadah warohmah, Amin.</div></div></span>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-53802693683127652972011-07-15T13:49:00.008+07:002011-09-19T14:00:44.995+07:00BUNDA DIANA : MENCINTAI TANPA MELUKAI<div style="text-align: justify;">Sebenernya agak berat juga nih kalau bicara soal cinta, apalagi cinta antara 2 makhluk berlainan jenis yaitu antara pria dan wanita. Bagi saya, cinta itu suatu hal yang abu-abu. Cinta bukanlah ilmu pasti, bukan seperti matematika 1 + 1 = 2. Walau sebenarnya cinta itu bukan untuk dibicarakan tapi untuk dirasakan namun cinta tetaplah hal yang menarik untuk dibicarakan karena sudah jutaan kata, jutaan kalimat, jutaan kisah dan jutaan puisi telah tercipta, telah terucap juga telah tersurat untuk ungkapkan makna cinta. Dan masing-masing orang punya jawaban sendiri dengan arti dan makna cinta itu. Seperti yang diungkapkan <a href="http://meworldwords.blogspot.com/"><b>Bunda Diana</b></a> dalam puisinya :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 15px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Sebab, cinta adalah saat angin menggoda dedaun dan bebungaan</b></span></div><div style="line-height: 15px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;"><b>saat ia menerpa wajahmu dengan kelembutan</b></span></div><div style="line-height: 15px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Ia tak kan pernah banyak kata dalam kehadirannya</b></span></div><div style="line-height: 15px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue; font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun caranya ia kan menyentuhmu serupa cahaya, tak terlihat namun terekam indera lainnya</b></span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="fullpost"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Terlepas dari benar atau salah, saya berpendapat : Ketika seorang Pria memilih seorang wanita untuk menjadi pacarnya, kekasihnya atau istri untuk dicintainya. Ia akan mewujudkan bentuk cintanya itu dengan kasih sayang, perhatian, pengertian dan sebagainya kepada sang wanita. Dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, ketika keduanya mewujudkan rasa cinta mereka dengan saling kasih mengasihi, saling memberi perhatian, saling pengertian, saling berbagi, menyatukan perbedaan, menghilangkan rasa ego masing-masing. Nah, disitulah letak makna cinta itu sesungguhnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Lalu jika ada pertanyaan...Dapatkah kau mencintai tanpa menyakiti?</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Terus terang saya agak sulit mendapatkan jawabannya. Mencintai tapi menyakiti itu yang seperti apa? Apakah seperti over protective, cemburu yang berlebihan atau tidak boleh ini, tidak boleh itu dan sebagainya. Rasanya bohong besar bila keadaannya seperti itu masih bisa bilang cinta atau mencintai. Bila ada yang tersakiti, sepertinya telah rusak atau tersakiti pula makna cinta yang sebenarnya. Karena sekali lagi, cinta itu saling kasih mengasihi, saling memberi perhatian, saling pengertian, saling berbagi, menyatukan perbedaan, menghilangkan rasa ego masing-masing</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">Duh, pusing juga kalau bicara soal cinta. Tapi tak apalah, ini semata-mata untuk ikut berpartisipasi dalam acara giveaway yang diadakan oleh <a href="http://meworldwords.blogspot.com/2011/07/mencintai-tanpa-melukai.html">Bunda Diana : Mencintai Tanpa Menyakiti</a>. Mudah-mudahan postingan yang rada ngawur dan sedikit kabur ini masih nyambung.</span></div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-87513697572323727432011-06-21T14:25:00.005+07:002011-09-19T14:04:06.178+07:00AKU TERDIAM<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Pada akhirnya aku harus menghentikan langkah lalu terdiam. Ku kerjap-kerjapkan mata karena pandangan mataku mulai kabur. Aku tak tahu dan tak mengerti, apakah mataku mulai rabun ataukah karena memang suasana tempatku berdiri mulai berkabut. Entahlah...</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Kau hanya selangkah saja didepanku tetapi aku tak mampu menatap wujudmu sesungguhnya, yang kudengar hanya suaramu. Ingin aku menggapai tubuhmu tapi aku kembali terdiam, saat kudengar tawamu. Tawa yang menggema di dinding-dinding sunyi hatiku. Tawa riang yang tak pernah terdengar saat kau ada disisiku, tawa merdu yang tak pernah terdengar saat kau ada dipelukku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span></div><span class="fullpost"><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku kembali terdiam... Haruskah kuurai kabut didepanku untuk mencari tahu apa yang membuatmu begitu gembira? Haruskah kugapai tubuhmu lalu menghentikan tawa riangmu? Tidak...tidak... Aku tak akan melakukan itu! Kan kubiarkan kau menikmati tawa riangmu. Kan kubiarkan kau nikmati bahagiamu. Karena mungkin aku tak pernah mampu untuk memberikannya padamu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">Aku bahagia mendengar tawamu. Tapi perlahan, aku mulai merasa kehilanganmu walau kau berada disisiku.</span></div></span>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-64103419036317047382011-04-09T15:41:00.004+07:002011-04-09T18:28:58.580+07:00DISIMPANG JALAN<div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Tak pernah kusesali jalan yang kupilih</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Walau kutahu jalan itu terjal dan berbatu</div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Walau kutahu jalan itu berliku</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Menurun dan mendaki...</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Pikirku...</div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Jalan itu kan membuat tapak kaki kuat mencengkeram jalan tak rata</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Pikirku...</div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Jalan itu kan membuat lututku tak gentar menahan beban di pundak</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Ternyata tidak... aku salah</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Setiap langkah bagai menghujam tapak kaki pada permadani onak berduri</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Lututpun kian bergetar dengan beban yang bertambah tak henti</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Aku mulai mencium aroma kekalahan</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Aroma yang meracuni pendirianku, membuatku limbung</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><br />
</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Pandanganku kabur...</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Tak tahu lagi arah yang kutuju, tak tahu lagi kemana kaki ini melangkah</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Disimpang jalan ini aku terdiam, terpekur dan terduduk menatapi duri yang tertanam di tapak kaki</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Rasanya tak sanggup lagi melangkah ditemani pedih dan perih</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;">Dan aku terdiam, sambil berharap ilalang menari menghiburku</div></div></div></div><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><div style="text-align: left;"><br />
</div></div></div></div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-19273166781517668812011-03-23T17:10:00.003+07:002011-08-02T14:38:12.029+07:00SURAT UNTUK ADIK DIJA<div style="text-align: justify;">Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarrokatuh</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Teruntuk</div><div style="text-align: justify;">Adik Dija yang manis</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tanpa terasa waktu terus berjalan begitu cepatnya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Rasanya sulit untuk melukiskan rasa haru dan bahagia yang Om Noor rasakan saat menyadari bahwa adik Dija yang Om kenal sejak bayi, yang imut-imut, lucu serta menggemaskan, kini tumbuh dan menjelma menjadi seorang remaja putri yang manis, cantik dan juga cerdas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala rahmat dan karuniaNya, yang telah mengantar perjalanan adik Dija menapaki waktu sehingga kini telah genap menginjak usia yang ke 17 tahun. Usia dimana adik Dija siap membuka cakrawala baru menuju gerbang kedewasaan. Om Noor yakin dan tahu benar bahwa limpahan kasih sayang dan juga perhatian dari Mama Elsa dan keluarga, telah menuntun dan mengarahkan langkah adik Dija menjadi seorang anak yang sholehah, cerdas, mandiri serta berbudi luhur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="fullpost"><br />
<div style="text-align: justify;">Adik Dija tersayang</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suatu kebahagiaan yang tak terkira bila Om Noor mengetahui bahwa adik Dija sudah membaca surat yang Om tuliskan ini. Anggaplah ini sebagai ungkapan kasih sayang dan turut merasa bahagia di hari ulang tahun adik Dija yang ke 17. Tak lupa Om Noor juga mendoakan Mama Elsa dan keluarga agar selalu mendapat cucuran rahmat serta perlindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar dapat selalu mendampingi adik Dija dalam menggapai cita-cita, sehingga dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa dan negara. Amin Ya Robbal Alamin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Salam sayang dari Om Noor dan keluarga<br />
<br />
Wassalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarrokatuh</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 22px;"><span class="Apple-style-span" style="color: white;">Postingan ini dibuat untuk berpartisipasi dalam</span><span class="Apple-style-span" style="color: #444444;"> </span><a href="http://princessdija.blogspot.com/"><span class="Apple-style-span" style="color: yellow;">Dija's Firts Give Away</span></a><span class="Apple-style-span" style="color: #444444;"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: white;">yang diadakan oleh Mba Elsa untuk memperingati hari ulang tahun adik Dija yang pertama. Sempat bingung bagaimana menulisnya karena sudah lama sekali tidak surat menyurat dan ketawa sendiri membaca postingan ini, "Ini surat atau teks pidato ya? hehe". Tapi tak apalah, yang penting bisa berpartisipasi. Ya kan Mba Elsa?</span></span></span></div></div><div style="text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: white; line-height: 22px;"><br />
</span></span></div></div><div style="text-align: justify;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, Utopia, 'Palatino Linotype', Palatino, serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: white; line-height: 22px;">Selamat Ulang Tahun Dik Dija</span></span></div></div></span>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-72306603045703737962011-03-09T14:12:00.004+07:002011-08-02T14:41:25.954+07:00KUE SUDAH TERASA PAHIT ?<div style="text-align: justify;">Hari itu telah terpilih seorang kepala kampung yang baru dikampung SAUDAGAR. Dan sesuai adat yang sudah turun temurun, sang kepala kampung yang baru akan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam atau bila perlu sebulan penuh, tergantung seberapa banyak upeti yang diterima dari para pendukung. Disetiap pesta akan dihadiri oleh seluruh penduduk kampung dan sang kepala kampung yang barupun tak perduli <span class="Apple-style-span" style="color: blue;">siapa pendukung</span> dan <span class="Apple-style-span" style="color: red;">siapa yang tidak mendukung</span>, semuanya diundang pesta tanpa terkecuali.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun tetap ada perbedaan yaitu tempat duduk para tamu saat pesta. Kelompok saudagar-saudagar <span class="Apple-style-span" style="color: blue;">yang mendukungnya</span> ditempatkan disebuah meja besar sebelah kanan, kelompok saudagar <span class="Apple-style-span" style="color: red;">bukan pendukung</span> menempati meja besar disebelah kiri, sedangkan rakyat jelata duduk beralaskan tikar yang letaknya agak jauh dari kedua meja besar tadi. Sengaja ditempatkan agak jauh karena kepala kampung tak ingin mereka tahu makanan apa yang dihidangkan untuk para saudagar, "mencegah kecemburuan sosial," katanya. Padahal sebenarnya para rakyat jelata tetap tahu walau hanya mencium dari baunya saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="fullpost"><br />
<div style="text-align: justify;">Dimeja besar dimana para saudagar <span class="Apple-style-span" style="color: red;">bukan pendukung</span> berkumpul, duduk seorang saudagar wanita yang selalu saja bermuka masam. Dia memang masih kesal dengan sang kepala kampung yang baru, dan dia merasa sang kepala kampung tak tahu berterima kasih, menusuk dari belakang. Padahal saudagar wanita itu merasa dialah yang telah mengangkat derajat sang kepala kampung tetapi kini malah menjadi pemimpinnya. Saudagar wanita itu masih tak rela jika posisinya sekarang lebih rendah, dan dia pun selalu menggerutu walau akan tetap menyantap makanan yang disediakan sampai habis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pesta sudah dimulai dan makananpun sudah dihidangkan, rakyat jelata bersuka cita mendapat porsi makanan berupa ikan asin, sayur asem, tahu serta tempe. Sedangkan para saudagar mendapat jatah porsi makanan berupa daging ayam, sapi, kerbau, sate kambing, kambing guling serta makanan yang serba wah lainnya. Semua saudagar mendapat jatah yang sama, baik <span class="Apple-style-span" style="color: blue;">yang mendukung</span> maupun <span class="Apple-style-span" style="color: red;">yang tidak</span>. Namun yang berbeda adalah setiap saudagar <span class="Apple-style-span" style="color: blue;">yang mendukung</span> mendapat satu porsi kue lezat sebagai makanan penutup sedangkan kelompok saudagar yang <span class="Apple-style-span" style="color: red;">tidak mendukung</span> tak mendapatkannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hari ini sudah menjadi hari ke tujuh sejak pesta dimulai namun pesta masih meriah saja. Tetapi ada yang aneh dengan kelompok para <span class="Apple-style-span" style="color: blue;">saudagar pendukung</span>, tiba-tiba saja ada sebagian dari <span class="Apple-style-span" style="color: yellow;">mer</span><span class="Apple-style-span" style="color: white;">eka</span> yang berpindah tempat duduk ke meja besar tempat para saudagar <span class="Apple-style-span" style="color: red;">bukan pendukung</span> dan mulai ngerumpi di sana. Apa yang telah terjadi? Apakah porsi kue yang diberikan kurang besar? Apakah kue lezat yang diberikan sang kepala kampung sudah mulai terasa pahit? Ataukah mereka iri karena mereka selalu mendapat kue kering sedangkan yang lain mendapat kue basah?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rakyat jelata hanya bisa menonton apa yang terjadi dan tak sedikitpun berharap mendapat jatah kue karena itu tidak mungkin. Mereka hanya berharap, nasi putih, ikan asin, sayur dan juga tahu tempe yang menjadi jatah mereka tak akan berkurang sedikitpun. Duhai...alangkah indahnya negeri ini.</div></span>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-78458150672140448742011-02-28T16:55:00.004+07:002011-03-02T12:19:29.260+07:00Hmm.......<div style="text-align: center;"><br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="390" src="http://www.youtube.com/embed/nxDFjf3hJ_Q" title="YouTube video player" width="480"></iframe></div><br />
<br />
<div style="text-align: center;">All alone tonight, I'm calling out your name </div><div style="text-align: center;">Somewhere deep inside this part of you remains</div><div style="text-align: center;">Images of love take me back in time</div><div style="text-align: center;">I don't know how it started or why it ever had to end</div><div style="text-align: center;">But something deep inside we didn't let it in</div><div style="text-align: center;">It's keeping us apart, where are you now</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">*Where are you now?</div><div style="text-align: center;">Is someone there tonight</div><div style="text-align: center;">Holding what was mine?</div><div style="text-align: center;">Where are you now?</div><div style="text-align: center;">Do you wonder where I am,</div><div style="text-align: center;">Are you really feelin fine?</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Goin through my life without you by my side</div><div style="text-align: center;">You're the only thing keeps goin through my mind</div><div style="text-align: center;">And nothin that I do can take the place of you</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Back to * </div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Oooh, thinkin about you, girl,</div><div style="text-align: center;">Theres gotta be a place for me</div><div style="text-align: center;">Somewhere in your heart<br />
</div><div style="text-align: center;">All alone tonight, I'm calling out your name</div><div style="text-align: center;">Somewhere deep inside this part of you remains</div><div style="text-align: center;">Images of love, where are you now?</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Where are you now? Is someone there tonight</div><div style="text-align: center;">Holding what was mine?</div><div style="text-align: center;">Where are you now? </div><div style="text-align: center;">Do you wonder where I am,I need you here tonight </div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-68202976459393488862011-02-18T01:38:00.001+07:002011-02-18T06:30:48.777+07:00SELEMBAR KISAH<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Angin dingin berhembus perlahan, usik kesunyian malamku. Bintang malam kerlipkan cahaya, tawarkan cerita tentang kisah lama yang tak bisa kutolak. Kisah yang tertulis rapih dalam buku kebersamaan kita, berlembarkan ketulusan hati, putih, bersih tak bernoda. Bersama kita rangkai kalimat-kalimat bersyairkan cinta lalu kita tulis dan ukir dengan aksara yang indah lagi elok.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;">Namun semua tinggal kisah yang tersimpan dalam almari sanubari, semua tak sama saat kau tak ada disisi. Kita telah terpisah...ruang, jarak dan waktu. Akupun t'lah terhempas dalam lubang pengap dan gelap. Mencoba merangkak walau tertatih, mencari celah diantara lubang berbatu. Pasrah sempat terbersit dalam benakku namun kuyakin mampu menggapai cahaya yang menungguku walau tubuh lebam membiru.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Buku kebersamaan kita menyisakan lembar-lembar kosong. Masih kuingin walau tak kuharap, kita masih bisa menuliskannya lagi bersama.</span></div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-50926803818546931462011-02-10T13:11:00.000+07:002011-02-10T13:11:58.932+07:00TERLENA<div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">Tak kuasa menanti.. terlalu lama<br />
Hasrat hatiku semakin membara<br />
Ingin berjumpa denganmu<br />
Meskipun sekejap...<br />
<br />
Lihatlah hatiku... terlanjur jatuh<br />
Tidurpun gelisah tanpa mimpi<br />
Gairah senyumku musnah<br />
Ceritaku hampa...<br />
<br />
Sering.... ingin berpaling<br />
Dari indah bayangmu<br />
Namun ketika lari menjauh<br />
Semakin terasa menyiksa<br />
<br />
Lalu.... anganku sesat<br />
Langkahpun hilang arah<br />
Dihati ini lekat hatimu<br />
Aduhai jiwaku..<br />
Terlena...</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif; text-align: center;">( Ramona Purba ) </div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-25052167020469750532011-02-03T09:09:00.053+07:002011-02-03T14:58:42.366+07:00NGGAK NGERTI......<div style="text-align: justify;">Jujur..masuk kedunia maya adalah hal yang baru bagi saya, apalagi sampai membuat blog. Ketertarikan saya membuat blog berawal ketika melihat blog yang dibuat oleh teman dan karena saya merasa dengan blog saya bisa menyalurkan hobby saya menulis, akhirnya sayapun minta dibuatkan blog yaitu blog ini. Setelah agak mengerti sedikit, sayapun mencoba blog baru dengan konten yang berbeda yaitu http://nhasan-capri.blogspot.com. Bisa dikatakan, blog yang ini sedikit serius sedang yang satunya sama sekali tidak serius...hehe. Barangkali disitulah tempatnya saya mengutarakan sisi childish , humoris atau bahkan kekonyolan saya..hehe. By the way...dengan 2 blog yang miliki itu, tak pernah sedikitpun berpikir hal-hal yang lain seperti pagerank, domain, paypal atau semacamnya ( Memang nggak ngerti...hehe ). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Nah...belum lama ini saya iseng-iseng mampir ke rumahnya Om google dengan keyword nhasan-capri. Ternyata disitu ada beberapa web site yang saya anggap mengulas mengenai blog saya yang kedua itu, dan salah satunya yang membuat saya tertarik adalah http://nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworld.com</div>Isinya sebagai berikut :<br />
<br />
<a class="main_domain_link" href="http://nhasan-capri.blogspot.com.dnsptr.com/" rel="nofollow" target="new">NHASAN-CAPRI.BLOGSPOT.COM</a><br />
<div style="text-align: justify;"><b>Nhasan-capri.blogspot.com is the 671,378<span class="super">th</span> most visited site on the internet. The top incoming anchor texts for nhasan-capri.blogspot.com are <span class="i"><a href="http://www.nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworlds.com/#anchor_1">uneg-uneg</a></span>,<span class="i"> Noor's Blog</span>, and<span class="i"> Bang Pendi</span>. There are 13 homepages that <a href="http://www.nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworlds.com/#inbounds">link to</a> a page on nhasan-capri.blogspot.com, 6 of which are two-way <a href="http://www.nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworlds.com/#2_way">reciprocal links</a> between domains. There are also 3 <a href="http://www.nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworlds.com/#3_way">three-way links</a> between sets of domains. The homepage of nhasan-capri.blogspot.com <a href="http://www.nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworlds.com/#outbounds">links out</a> to 43 other websites. The website's IP address is <a class="ip_link" href="http://74.125.45.191.webmasterworlds.com/">74.125.45.191</a>, and there are 44,058 <a href="http://www.nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworlds.com/#reverse_ip">other websites</a> hosted at the same IP address. Nhasan-capri.blogspot.com attempts to set one cookie named blogger_TID. Nhasan-capri.blogspot.com gets about 1,630 pageviews per day, and earns an estimated $4.89 daily. The server location of nhasan-capri.blogspot.com is Mountain View, CA, United States <span class="nobr">( US <img src="http://www.nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworlds.com/flag/us.png" /> )</span>.</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Nah...masalahnya saya kurang mengerti kira-kira maksudnya apa ya ? Kalaupun mengerti, mau berbuat apa ? Ada yang bisa bantu kasih sedikit penjelasan ? :). Tapi satu hal yang pasti, bagi saya menulis adalah menulis kalau soal lain urusan belakang. Ya toh...!?</div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-17769190557662697772011-01-21T15:58:00.005+07:002011-01-25T16:08:57.845+07:00SELINGKUHIni hanya antara kau dan aku<br />
Jangan sampai ada yang tahu... <br />
Aku telah berselingkuh dengan malam<br />
Detik demi detik tak bosan-bosan aku menikmati cumbunya yang gelap dan pekat<br />
Hasratku menggelegak, tumbuh dari rasa getir dan pahitnya hidup<br />
Kini kularungkan semua rasa itu padanya<br />
<br />
Ini hanya antara kau dan aku<br />
Jangan sampai ada yang mendengar....<br />
Cumbunya bagai candu yang memabukkanku<br />
Hembusan dingin nafasnya menggelitik di setiap jengkal tubuhku<br />
Tak ingin kulepas....<br />
Tak ingin kuakhiri....<br />
Sampai kokok ayam membangunkan pagi<br />
<br />
Ini hanya antara kau dan aku<br />
Jangan sampai ada yang melihat....<br />
Aku tak perduli walau angin bersiul mengolok ketidak mampuanku<br />
Aku tak perduli walau ilalang menari dan bersorak menertawai kerapuhanku<br />
Aku tak perduli walau burung-burung mengejek kebodohanku dengan kicaunya yang tak pasti<br />
Jadi.... biarkan aku terlelap di pagi dan siangku<br />
Siapkan hasrat untuk mencumbunya lagi selepas petang<br />
<br />
Duhai malam......NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-81135426187746965902011-01-06T17:23:00.003+07:002011-01-07T10:36:30.989+07:00MEMANG HARUS BERAKHIR<div style="text-align: justify;">Diatas tanah curam dekat bibir pantai dan ditemani semilir angin yang berhembus perlahan, dua insan duduk dalam diam. Andi menatap resah gumpalan awan-awan hitam yang kemudian menyelimuti langit biru menjadi kelam, ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada Widya namun ia khawatir hari-harinya akan menjadi kelam seperti langit itu. Andi menarik napas dalam-dalam.....<br />
" Aku mulai merasa aneh dengan hubungan kita Wid. Hati kecilku mengatakan kita harus segera menyudahinya " Ujar Andi sambil menatap mentari jingga yang mulai turun perlahan.</div><div style="text-align: justify;">" Kamu serius Mas.?" Tanya Widya dengan nada pelan. sepertinya ia tak terkejut dengan apa yang barusan diucapkan Andi, ia masih sibuk mencabuti bunga-bunga liar lalu membiarkannya terbang terbawa hembusan angin.</div><div style="text-align: justify;">" Entahlah...begitu banyak keraguan dalam benakku, disatu sisi aku sangat membutuhkanmu namun disisi lain aku merasa berdosa dan amat bersalah "</div><div style="text-align: justify;">" Maksudmu bersalah karena menghianati kekasihmu...?"</div><div style="text-align: justify;">" Tidak..tidak Wid, tidak sama sekali. Kamu pasti ingat mengapa kita jadi dekat, kamu juga pasti masih ingat apa yang telah menyatukan kita berdua. Aku merasa bersalah bukan karena dia tapi kamu...selama ini kamu telah membantuku membalut luka hati, kamu begitu baik....begitu pengertian tapi aku tak pernah bisa berjanji dapat memberi lebih dari yang kau harapkan " Widya berhenti mencabuti bunga-bunga liar, memandang wajah Andi lamat-lamat lalu tersenyum dan kemudian mengalungkan kedua belah tangannya di leher Andi.</div><div style="text-align: justify;">" Mas ku yang baik....Aku mengerti kegundahan hatimu, tapi mengapa ? Bukankah aku tak pernah menuntut lebih dari apa yang telah kudapat darimu. Kita disatukan karena rasa yang sama, kekecewaan yang sama, sakit hati yang sama dan kitapun sepakat bahwa kita bersama hanya mengobati semua rasa sakit itu....tak lebih "</div><div style="text-align: justify;">" Ya memang...Tapi tetap saja Wid perasaan bersalahku padamu tetap ada. Seringkali aku berpikir, barangkali bila kamu dengan seseorang yang lain, kamu bisa mendapatkan lebih daripada hanya sekedar tempat pelarian bagiku "</div><div style="text-align: justify;">" Kau memang baik Mas....sangat baik malah. Terkadang aku heran mengapa ada orang yang tega membuat mu sakit hati, rasanya terlalu bodoh berbuat itu terhadap orang sebaik kamu. Saat ini aku belum memikirkan lelaki lain yang akan menjadi kekasihku atau mendampingi hidupku kelak, luka hatiku belumlah kering. Tapi bila memang saat itu datang, tentu aku bersedia menyudahi kebersamaan kita ini dengan baik-baik, aku janji mengatakan kepadamu. Tapi tolong....please...! Jangan saat-saat ini, aku masih sangat membutuhkanmu....hanya kamu yang bisa membuatku tersenyum dipagi dan malamku " Andi menatap mata Widya yang mulai basah, tergurat kesedihan dibalik tatapannya. Keharuan mulai menyelimuti benak Andi, perlahan ia merengkuh tubuh Widya dan memeluknya erat-erat.</div><div style="text-align: justify;">" Akupun begitu Wid, rasanya tak mudah berpisah denganmu....tak semudah itu " Bisik Andi.</div><div style="text-align: justify;">Dan Andipun membiarkan satu episode dalam hidupnya terus berjalan tanpa tahu kapan lakon itu berakhir. Dan iapun tak pernah tahu apakah lakon itu berakhir dengan happy ending atau sebaliknya. Ia merasa hanya seorang pemain sandiwara dan menjalani peran yang memang sudah digariskan untuknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">* * * * * *</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak tadi pagi menyisakan kemacetan di jalan-jalan utama ibukota akibat genangan atau banjir di mana-mana. Kendaraanpun merayap pelan dalam antrian beratus-ratus meter panjangnya. Andi duduk gelisah dibelakang kemudinya, biasanya ia begitu gusar dan kesal bila terjebak dalam kemacetan seperti ini. Klakson mobil tak henti berbunyi bila ia melihat kendaraan didepannya tak beranjak dari tempatnya, namun kali ini ia banyak termenung dan terlihat seperti menikmati kemacetan ini. Sejak berangkat tadi hatinya memang diliputi perasaan gundah, entah apa yang membuatnya seperti itu...iapun tak tahu. Pikirinnya melayang pada penggalan-penggalan episode dalam hidupnya dan tiba-tiba ia teringat Widya...Bagaimana dia ? Sehatkah dia ? Sedihkah dia ? Sudah beberapa hari ini ia memang tidak berhubungan dengannya walau sebatas telepon. Andi memang sengaja menahan diri untuk tidak menghubungi Widya, sejak pertemuan terakhir ia sudah merasakan sesuatu yang salah dengan hubungan mereka yang tak wajar itu. Hubungan itu terjadi memang akibat kekecewaannya yang mendalam terhadap Larasati ,kekasih yang menghianatinya. Pertemuan dengan Widya yang mempunyai masalah yang hampir sama, sakit hati yang sama membuat mereka lebih cepat akrab dan dekat. Namun perlahan Andi mulai sadar, kesalahan tak semestinya dibalas dengan kesalahan, balas dendam juga bukanlah suatu solusi namun ia tak mengingkari kedekatannya itu menumbuhkan benih-benih kasih disisi lain hatinya. Walau ia tak pernah mengakui itu secara terus terang dihadapan Widya. " Nggak usah terlalu dalam Wid...just be apart of our life, anggap saja hubungan kita salah satu episode dalam sandiwara kehidupan yang kita mainkan " Pinta Andi saat bersepakat dengan Widya untuk menjalani hubungan tidak terikat dengannya. Andi tersenyum kecut mengingat itu..." kata-kata itu hanya pantas keluar dari seorang bajingan...seharusnya bukan aku " pikirnya. Andi segera mengambil handphone yang berdering di sakunya....</div><div style="text-align: justify;">" Hai...Apa kabarmu Mas ? Kok sombong sih...Dah lama nggak telepon-telepon aku..."</div><div style="text-align: justify;">" Eh...Widya, apa kabar juga. Duh...maaf Wid, kamu kan tahu pekerjaanku...akhir-akhir ini aku sangat sibuk, jadi maaf bila aku tak sempat menghubungimu. Lagipula kamu sendiri mengapa tak menghubungiku ?"</div><div style="text-align: justify;">" Ah..nggak enak sama kamu Mas, takut mengganggu..."</div><div style="text-align: justify;">" Lho..kamu tahu kan kalau aku tak pernah merasa terganggu bila kamu yang telepon. Eh..kapan kita ketemu lagi ?"</div><div style="text-align: justify;">" Mmm...sebenarnya aku memang ingin bertemu denganmu Mas tapi siang ini aku akan berangkat ke Surabaya untuk beberapa hari. Rasa-rasanya nggak tenang juga menunda apa yang ingin kubicarakan denganmu..."</div><div style="text-align: justify;">" Ya sudah Wid..By phone it's oke aja kok ! Memangnya ada apa sih Wid ? Bicara saja...Kamu juga kan tahu kalau aku selalu siap mendengar kesahmu "</div><div style="text-align: justify;">" Tapi yang ini lain Mas." Ucap Widya pelan seperti ada keraguan.</div><div style="text-align: justify;">" Katakan saja Wid...aku siap mendengarkan...."</div><div style="text-align: justify;">" Aku sudah punya seseorang Mas..."</div><div style="text-align: justify;">" Seseorang..? Maksudnya..?"</div><div style="text-align: justify;">" Yah...sesuai janjiku, aku ingin menyampaikan padamu bila aku kini mulai dekat seseorang. Aku merasa ia cukup baik walau aku belum tahu apakah ia sebaik kamu, namun aku merasa ia cocok untuk menjadi kekasih hatiku dan barangkali ia yang akan mendampingi hidupku kelak " Andi terhenyak.....Ucapan Widya dirasakannya bagai palu godam yang menghantam dada, sesak rasanya.</div><div style="text-align: justify;">" Mas...kau dengar aku kan ? Semoga saja ini dapat menghapus semua kegundahan dihatimu..."</div><div style="text-align: justify;">" Oh..i..iya Wid, maaf suaramu terputus-putus.." Ujar Andi menutupi keterkejutannya.</div><div style="text-align: justify;">" Makasih Mas atas semua kebersamaan kita selama ini, waktumu juga perhatianmu tak pernah aku lupakan. Dan mungkin seperti yang pernah kamu ucapkan, kebersamaan kita akan menjadi episode yang paling manis dalam sandiwara hidupku. Itu tak akan bisa dan tidak akan pernah aku lupakan....Maafkan aku Mas, sebenarnya aku sayang kamu Mas " Ujar Widya terdengar sedikit terisak.</div><div style="text-align: justify;">" Sudahlah Wid...tak perlu ada yang kamu risaukan. Aku yang seharusnya minta maaf karena aku hanya dapat memberikan kebahagian semu selama ini, semoga kamu dapat menemukan kebahagian sesungguhnya dengan dia. Bahagiamu adalah bahagiamu juga..."</div><div style="text-align: justify;">" Makasih Mas atas doanya. Ya sudah ya Mas... sampai ketemu di lain waktu...bye !"</div><div style="text-align: justify;">" Bye Wid..."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Andi terpaku beberapa saat setelah nada sambung terputus, rasanya ia tak percaya dengan isi pembicaraan singkat itu. Seharusnya ia senang mendengar semua itu namun disisi lain ada rasa tak rela menggayut di benaknya, ia cemburu...." Mengapa secepat ini Wid ? " . Andi menarik napas panjang untuk meredam rasa gundahnya, rupanya ini yang membuat hatinya gelisah sejak tadi. Tapi rasanya ia tak pantas merasa kecewa, tak seharusnya juga ia merasa cemburu. Barangkali ini memang sudah digariskan, satu episode dalam sandiwara hidupnya harus berakhir sampai disini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-51580353568218457742010-12-30T20:36:00.002+07:002010-12-30T20:48:21.587+07:00DIMANA RASA ITU.....<div style="text-align: center;">Kubiarkan hembus angin petik dawai-dawai kerinduan</div><div style="text-align: center;">Jari jemariku terlalu letih mengais asa</div><div style="text-align: center;">Rasa ku telah terjerembab di sudut-sudut kematian</div><div style="text-align: center;">Pahit dan manis tak dapat lagi kukecap</div><div style="text-align: center;">Hambar selimuti dinginnya hati</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Kemana semua rasa itu....?</div><div style="text-align: center;">Bagai pudar tersapu badai nestapa</div><div style="text-align: center;">Bagai terbang terbawa angin sembilu</div><div style="text-align: center;">Bagai terlarung dalam lautan kenistaan</div><div style="text-align: center;">Bagai terkubur dalam lumpur keputus-asaan</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Dimana rasa itu......?</div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-76819173233537165062010-12-24T11:17:00.001+07:002010-12-24T11:18:29.488+07:00KATAMU........<div style="text-align: center;">Katamu......</div><div style="text-align: center;">Hembusan angin membawamu kepadaku </div><div style="text-align: center;">Membias dan telusuri lekuk wajah yang membeku</div><div style="text-align: center;">Mengetuk-ngetuk dinding hati yang membatu</div><div style="text-align: center;">Mengusap kalbu yang lebam membiru</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Katamu.....</div><div style="text-align: center;">Hadirmu bagai ungu dikala senja</div><div style="text-align: center;">Ikuti kehendak mentari hiasi cakrawala di penghujung hari</div><div style="text-align: center;">Tak kuasa undurkan diri perlahan menuju peraduan</div><div style="text-align: center;">Entah kapan walau kau berjanji tuk kembali</div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Katamu.....</div><div style="text-align: center;">Tunggu aku bila kau mau</div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-17415959820297516092010-12-11T17:45:00.000+07:002010-12-11T17:45:56.874+07:00MENGGALI POTENSI DIRI<div style="text-align: justify;"><b><i>" Kapanpun...Dimanapun..seseorang dilahirkan, orang itu dilahirkan sebagai pemenang. Tinggal bagaimana orang tersebut dapat menggali potensi yang ada pada dirinya "</i> </b>( Quote yang pernah saya lihat dan dengar dari TV One )</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada yang menarik ketika saya melihat acara itu, saya agak lupa tepatnya kapan tapi yang pasti di acara tersebut saya mendengar sebuah cerita yang sangat memotivasi, membuat saya termenung dan bertanya-tanya...Apakah saya punya potensi ? Lalu apakah potensi dalam diri saya sudah tergali ?.</div><div style="text-align: justify;">Nah cerita dalam acara itu sebagai berikut :</div><div style="text-align: justify;">Dikisahkan ada seorang pengemis di negara Perancis yang pekerjaan sehari-harinya hanya berharap dari belas kasihan dari orang lain, ia berjalan selalu menunduk karena berharap suatu saat menemukan barang berharga atau uang yang tercecer di jalan. Pada suatu hari dia datang ke sebuah Festival yang segala sesuatunya harus dibayar dengan uang, tapi ada sebuah tenda dimana seseorang bisa mendapakan ramalan secara gratis. Masuklah si pengemis ke dalam tenda dan kemudian sang peramal mengatakan bahwa seharusnya dia ( si pengemis ) bukanlah orang yang miskin karena garis tangan dan tanggal lahirnya sama dengan Napoleon Bonaparte. Si pengemis tidak percaya apa yang diucapkan sang peramal tapi ketika ada festival lain dan juga bisa mendapatkan ramalan gratis, sang peramalnya mengatakan hal yang sama dengan peramal sebelumnya. Sejak saat itu si pengemis mulai berubah, ia mulai memperbaiki sikapnya, pola pikirnya dan coba mengenali potensi yang ada dalam dirinya lalu berbuat sesuatu dengan potensi itu dan kemudian membuatnya menjadi orang yang lebih baik juga sukses. ( Entah benar atau tidak, saat itu sang narasumber dalam acara itu juga mengatakan bahwa si pengemis itu sempat menjadi orang terkaya ke 4 di Perancis )</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cerita tersebut rasanya bukan mengajarkan kita untuk percaya pada sebuah ramalan, tapi menganggap ramalan tersebut sebagai sebuah sugesti positif bagi diri kita untuk mengenali dan menggali potensi yang ada dalam diri lalu memanfaatkan potensi tersebut sebaik-baiknya.</div><div style="text-align: justify;">Bagaimana dengan sahabat, apakah potensi dalam diri anda sudah benar-benar tergali ?</div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-89022019692239830512010-11-05T12:54:00.009+07:002010-12-08T12:30:02.570+07:00HAMPA.............................Play and feel it....<br />
<iframe src="http://www.stafaband.info/embed-18529.html" width=100% height=70 scrolling="no" frameborder=0></iframe><br />
<br />
Sayangku...........<br />
<div style="text-align: justify;">Entah darimana aku memulai, lidahku begitu kelu untuk ungkapkan semua rasa, tanganku bergetar untuk bisa lukiskan perasaanku saat ini. Garam yang kautabur diatas lukaku kini mulai terasa perih menusuk walau kucoba menahan pekik namun tak bisa kuhindari air mata yang mulai menetes. Sayangku.....Aku tak mau lagi menghiasi bibirku dengan umpat dan cacimaki, akupun tak mau hanya karena ini aku meletakkan amarah pada ujung-ujung jari. Aku sudah lelah menghapus noda-noda di kanvas cinta kita, aku sudah letih simpan bara api amarah, dendam dan kebencian dalam lubuk hati. Rasanya sia-sia saja aku mencoba cairkan hati yang dulu sempat beku dan membatu....kini semuanya tak ada gunanya lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sayangku...........</div><div style="text-align: justify;">Rasaku padamu tak pernah mati dan tak akan pernah mati. Walau tiap detik lenguhan manjamu pada yang lain terus mengiang ditelingaku, racuni otakku dan bayangi langkah-langkahku. Selalu kuhindari tarian keputus asaan yang terus menggodaku tapi tak bisa kuhindari pasrah yang datang menyergap dengan nyanyian sendu dan mulai berharap malaikat datang menjemput kesendirianku. Lakukan saja apa yang mau...kejar apa saja yang kau inginkan dan tak perlu kauhiraukan aku. Aku kan dapat bertahan walau hati penuh sayat, namun pintaku...jauhkan kabut pekat beracunmu dari dahan dan kelopak bunga-bunga yang kita tanam. Mereka masih begitu rapuh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sayangku..............</div><div style="text-align: justify;">Dinding hati ini kembali buram dan hampa, namun tak akan kuhapus bercak bertuliskan namamu. Biarlah tetap bersemayam disitu. Apa yang telah kau lakukan dan apa yang akan kau lakukan kan kuanggap guratan pena pada nisan dari hati yang akan mati. Aku hanya berharap...kau masih mau bergandeng tangan merawat mawar-mawar yang kita tanam lalu saksikan mereka tumbuh dan berbunga...tebarkan harum yang menyejukkan jiwa. Sayangku....hanya itu yang kuinginkan.</div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-49112446380941840022010-10-13T11:33:00.001+07:002010-10-13T11:35:45.300+07:00ENTAH BAGAIMANA CARANYA...?Entah bagaimana caranya rasa itu datang kembali<br />
Entah bagaimana caranya kasih yang terkubur perlahan mulai bangkit<br />
Entah bagaimana caranya kenangan itu kembali mengusap dinding hati yang mulai kusam<br />
<br />
Tatapan matamu kembali menghujam jantungku<br />
Senyum manismu bagai tuak yang kembali memabukkanku<br />
Harum wangi tubuhmu kembali membiusku<br />
Kini kau hadir kembali di depan mataku<br />
Walau tubuhmu hanya bisa kupeluk dengan tatap dan senyuman<br />
Dadaku bertabuh ikuti irama langkah tertatihmu<br />
Hadirmu bagai lilin yang menerangi malam lalu perlahan mulai redup seiring langkahmu yang kian jauh<br />
<br />
Tak bisakah kau berhenti sejenak tuk genggam tanganku dan rasakan rapuh kulitku<br />
Tak bisakah kau berhenti sejenak tuk rasakan gemuruh didadaku<br />
Tak bisakah kau berhenti sejenak tuk dengarkan kata yang tak pernah terucap dari bibirku<br />
Aku mencintaimu....sangat mencintaimu<br />
Tapi kau telah berlalu<br />
Kini entah bagaimana kuungkapkan isi hati<br />
<br />
<br />
<i>" Kek....! Kok..bengong sih ? Nenek yang tadi lewat itu siapa ? "</i>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-19658187152250418372010-09-14T09:22:00.001+07:002010-09-14T09:48:58.314+07:00NURANI TIKUS<div style="text-align: justify;">Disebuah hutan rimba yang luas dan subur, para satwa terlihat mulai gelisah. Hal itu disebabkan karena wakil-wakil dari satwa yang mereka pilih untuk menyampaikan aspirasi mereka kini semuanya telah berubah jadi <b>tikus-tikus berkepala besar ( <i>mau menang sendiri</i> ), bertelinga tebal ( <i>tidak mau mendengar </i>) dan berhidung kecil ( <i>kepekaan sosialnya rendah</i> )</b>. Dari <b>gajah yang dulu bijaksana, kura-kura yang alim dan pendiam kemudian kancil yang pintar, kini semuanya berubah menjadi tikus-tikus yang rakus</b>. Tak ada yang berani menentang mereka tak terkecuali singa si raja hutan, para satwa jelata maklum dan berpikir " Barangkali sang singa takut bila mengusik tikus-tikus, mereka malah akan menggerogoti makanannya ". Dan kini, penguasa rimba seakan-akan bukanlah sang singa tetapi para tikus.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Para tikus mempunyai lubang ekslusif ditengah rimba. Disanalah mereka berkumpul, semula untuk membuat langkah-langkah mensejahterakan satwa-satwa yang telah memilih mereka tapi kini di lubang itu hanya menjadi tempat mereka mencicipi butir-butir upeti dari para satwa. Lubang itu terlihat begitu sepi saat membahas masalah-masalah yang dihadapi para satwa tetapi sekejap menjadi begitu ramai saat pembagian jatah upeti. Sering terdengar adu argumen, gontok-gontokan atau bahkan baku pukul untuk memperebutkan upeti atau menghujat kejelekan-kejelekan dari kelompok tikus yang lain. Para satwa jelata hanya bisa mengurut dada.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kini para tikus berencana membuat lubang baru yang lebih besar, lebih mewah serta dilengkapi fasilitas-fasilitas yang serba lux. Para satwa mulai menjerit, mengaduh, mengerang bahkan menghiba agar niat itu dibatalkan. Mereka khawatir, upeti-upeti yang diminta akan lebih besar dan banyak lagi. Tapi para tikus tak mau mendengar. Dikepala mereka sudah terbayang, datang kelubang bisa berleha-leha sambil berenang. Dalam kamar yang luas dengan diam-diam bisa juga memelihara gundik atau ruangan yang sejuk bisa melancarkan negoisasi dengan para koruptor. Bahkan satwa-satwa dari rimba tetangga yang telah menghina martabat dan secara agresif mulai merampas jengkal demi jengkal tanah rimba tak mereka hiraukan, tak satupun dari para tikus itu yang berteriak, berargumen seperti saat mereka membela kepentingan kelompok mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Para satwa jelata memendam amarah, bahkan ada yang berteriak...</div><div style="text-align: justify;">" <b>Jangan hanya lubang yang besar, perabot lengkap atau kolam renang ! <span style="color: red;">sekalian saja buat kompleks pemakaman</span>, biar kalau mati tak usah lagi merepotkan para satwa jelata !!</b>"<br />
<br />
Apakah para tikus-tikus itu masih punya nurani ? </div>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-83568804059270916672010-08-28T13:06:00.000+07:002010-08-28T13:06:44.119+07:00DITEPI WAKTUT'lah kuhirup selaksa debu di terik siang<br />
T'lah kuhisap manisnya temaram malam<br />
T'lah terjatuhku di jalan terjal berbatu<br />
T'lah terhempasku oleh ganasnya gelombang samudera waktu<br />
<br />
Saat terlihat aksara menari tanpa makna<br />
Saat mahkota mulai memudar dan memutih<br />
Masihkahku diijinkan menunggu mawarku tumbuh dan berbunga<br />
Masihkahku diijinkan menjaga kuncupnya yang mulai berbuah<br />
Masihkahku diijinkan menyapaMU lalu terpejam diharibaan dengan senyumanNOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-25480808023355915652010-08-05T13:15:00.000+07:002010-08-05T13:15:12.073+07:00TAK JUA SIRNAPenat kurasa, sirami benih-benih kasih yang tak jua tumbuh<br />
Lelah hati, cabuti gulma keraguan yang tumbuh subur<br />
Aroma yang kuhirup hanya hanya dendam dan kebencian<br />
Dusta dan kebohongan racuni air yang kuteguk<br />
<br />
Tak kuingkari kini kusetengah hati<br />
Duri yang tertancap dihati masih tersisa<br />
Luka tergores relakan tetes darah bawa serta empati larungi telaga sunyi<br />
Tak bisa kuelak debur ombak mengikis batu karang<br />
Tak bisa kuhapus aksara dalam kata<br />
Sakit yang kurasa tak jua sirna<br />
<br />
Tak kuharap keindahan hiasi mimpi malam<br />
Aku hanya ingin terpejam dan terlelap barang sejenak<br />
Bertukar pedih dengan kelembutan pembaringanNOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-8070327531659328899.post-1033497273202952372010-07-29T13:56:00.002+07:002010-08-02T12:31:26.373+07:00KURELAKAN DIA BAHAGIA<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CINAIN%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <br />
<div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="NL">Sore ini langit terlihat mendung, rintik-rintik hujan yang turun sejak siang hari masih saja menghiasi langit. Mataharipun seakan telah kembali ke peraduan yang berselimutkan awan gelap. Ferdi duduk terpaku diatas kursi rodanya, matanya menatap lurus ke arah kolam-kolam ikan yang letaknya tak jauh dari pondok kecilnya. Rintik-rintik hujan yang jatuh diatas permukaan kolam menimbulkan riak-riak kecil yang tak henti bergerak, terus memendar dan menyebar keseluruh permukaan kolam. Ferdi menaikkan resleting jaket yang dikenakannya sampai sebatas leher, coba menghindari semilir angin dingin yang coba menelusup dan mencari celah untuk bercumbu dengan pori-pori kulitnya. Lalu ia mengusap-usap pipinya untuk mendapat sedikit kehangatan namun saat mengusap bekas luka yang ada dipipi kanannya, Ferdi malah teringat peristiwa yang tak akan pernah bisa dilupakannya. Peristiwa yang kini membawanya duduk disini, diatas kursi roda ini. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="NL">Braaakkkkk....!!! Suara hantaman terdengar begitu keras dan menghentak warga yang ada disekitar. Sontak wargapun berhamburan mendekati asal suara dan mencari tahu apa yang terjadi. Rintik-rintik hujan gerimis yang mulai terasa bertambah deras tak menghalangi keingin tahuan mereka. Terlihat sebuah kijang Innova ringsek dan hampir tak berbentuk, teronggok dipinggir rel kereta api tak jauh dari pintu perlintasan kereta api. Bagian depannya hancur dan terlihat seorang pengemudi terkulai lemas dengan darah membasahi sekujur tubuhnya. Tubuh dan kakinya terhimpit bagian depan yang ringsek dan butuh hampir 2 jam untuk mengeluarkan tubuhnya dari dalam kendaraan. <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="NL">" Tidak..tidak, ini tidak mungkin. Tidaaaakkk...!!" Teriak Ferdi histeris sambil meronta-ronta, setelah mengetahui kedua belah kakinya diamputasi sampai sebatas lutut. Ibunya hanya bisa menangis sambil memeluk tubuh Ferdi. Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain, semua larut dalam kesedihan. Hanya ayah Ferdi yang terlihat lebih tabah dan terus mencoba menenangkan Ferdi dengan menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="NL">Waktu 3 bulan rasanya terlalu singkat bagi Ferdi untuk bisa menerima kenyataan pahit yang harus dialaminya. Ia begitu shock dan tak siap menerima semua itu, berjuta tanya selalu menghantui benaknya. Bagaimana kehidupannya kelak ? Bagaimana pekerjaannya juga masa depannya ?. Padahal dengan kerajinan serta ketekunannya dalam bekerja, ia baru saja menerima promosi jabatan di kantornya. Namun kini semua berantakan. " Ini semua gara-gara kamu Hen..!!" Umpat Ferdi saat pertama kali menyadari dirinya sudah cacat. Wajar jika Ferdi berpikir seperti itu karena sebelum kejadian ia sempat bertengkar hebat melalui telepon dengan Heni kekasihnya. Lalu iapun terburu-buru membawa kendaraan untuk menemui Heni dan dalam perjalanan ia tak menyadari telah menerobos pintu perlintasan kereta api sehingga terjadilah kecelakaan itu. Namun kini ia menyadari rasanya tak pantas menyalahkan Heni, ia sama sekali tak bersalah. </span>Barangkali pertengkaran dengan Heni hanya merupakan media untuk Ferdi menemui takdirnya dan barangkali pula memang sudah takdirnya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kedua kakinya buntung atau cacat. Sekarang, perlahan Ferdi mulai membangkitkan semangat hidupnya. Ia bertekad menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya. Ferdipun mencoba menghapus bayang-bayang keraguan akan masa depannya, menghapus bayang-bayang masa lalu. Mencoba melupakan cintanya dan melupakan Heni. " Biarlah..ia tak perlu tahu apa yang terjadi padaku. Rasanya aku sudah tak pantas dan layak untuknya dan biarlah ia menemukan kebahagiaan walau bukan aku yang ada disisinya kelak. Walau ia tahu, cinta tidak semata-mata diukur dari fisik seseorang namun ia tak mau berharap. "Barangkali lebih baik begini, baik untukku juga baik untuknya " Gumam Ferdi dalam hati.<br />
<br />
Dan kini Ferdi mencoba untuk mulai menikmati kehidupan barunya. Mencoba menyepi dan menjauh dari hiruk-pikuk ibukota dengan membeli sebidang tanah di suatu daerah yang sejuk nan asri. Sebenarnya ini sudah lama diidam-idamkannya, tinggal didaerah yang sejuk, sepi dan jauh dari keramaian. <span lang="NL">Mendengar gemericik air dari sungai yang mengalir begitu menentramkan jiwanya. Suasana seperti itu membantunya untuk mengeluarkan ide-ide yang ada dalam benak untuk dijadikan sebuah tulisan, satu hoby yang kini mulai mengisi hari-harinya. Selain itu, dengan dibantu beberapa karyawannya ia membuat beberapa kolam ikan sebagai sumber penghasilan. Bagi Ferdi, apapun akan dilakukannya dan cacat ditubuh tak akan menghalanginya untuk berbuat sesuatu.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; margin-left: 3pt; text-align: justify;"><br />
<span lang="NL">* * * * * * <o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; margin-left: 3pt; text-align: justify;"><br />
<span lang="NL">Sambil bersandar di jok mobilnya yang lembut, Heni memandangi pemandangan yang dilewatinya. sesekali ia tersenyum dan melirik Kusuma, suaminya yang sedang mengendarai mobil. </span>Heni memang terlihat begitu sumringah karena hari-harinya sebagai pengantin baru selalu diisi dengan kebahagiaan, setidaknya itu yang dirasakannya kini. Apalagi ia merasa sangat beruntung memiliki seorang suami yang lembut dan penuh perhatian seperti Kusuma. Barangkali memang pembawaan dari suaminya itu yang berprofesi sebagai seorang dokter yang kesehariannya harus bersikap sabar dan perhatian terhadap pasien-pasiennya. Hari ini Kusuma mengajak Heni memancing, padahal ia sendiri sama sekali tidak mempunyai hoby memancing. Kusuma hanya ingin menyenangkan hati Heni karena ia tahu istrinya itu sangat suka memancing. Sedangkan bagi Heni, sebenarnya memancing justru mengingatkannya pada sosok Ferdi. Mantan kekasih yang meninggalkannya begitu saja tanpa kabar juga pesan, dan karena Ferdilah ia menyukai dan mendapatkan kesenangan dari memancing. Tapi Heni tak mau larut dalam kenangan itu.</div><div style="line-height: 200%; margin-left: 3pt; text-align: justify;">" Memangnya mau memancing dimana sih mas, masih jauh ya ?" Tanya Heni sambil mencoba mengalihkan ingatannya.</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;">" Ooh..nanti kita memancing di tempat temanku, Mas Anton namanya. Tenang saja...ngga lama lagi sampai kok, tempatnya juga enak. Aku jamin kamu akan kerasan disana " Jawab Kusuma sambil tersenyum dan disambut senyum pula oleh Heni yang coba kembali menikmati pemandangan. Dan tak lama kemudian mereka pun sampai ditempat yang dituju.</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;">" Nah..kita sudah sampai ! coba kamu lihat, sudah banyak terlihat pemancing disana" Ujar Kusuma pada Heni. Heni tak langsung menjawab, matanya menatap beberapa pemancing yang duduk menghadapi jorannya bahkan ada yang terlihat sedang menarik jorannya karena kail telah mendapatkan ikan. Senyum Heni mengembang, rasanya ingin segera ia merasakan sensasi menarik ikan seperti yang pernah ia rasakan dulu.</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;">" Pagi pak..! <span lang="FR">bisa bertemu dengan Mas Anton..?" Tanya Kusuma pada seorang lelaki yang sedang berdiri mengawasi para pemancing.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;">" Oh..Pak Anton, beliau ada disana mas..! Nah..itu yang sedang memberi umpan ikan.." Ujar lelaki itu sambil mengarahkan jari telunjuknya. Heni menatap kearah yang ditunjuk, ia melihat seorang lelaki yang duduk diatas kursi roda sedang melemparkan sesuatu kearah kolam ikan.</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;">" Temannya Mas Kusuma, yang itu mas ?" Tanya Heni penasaran karena tak menyangka teman yang dimaksud adalah seorang yang cacat.</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;">" Ya..itu Mas Anton ! Anton Ferdiansyah lengkapnya. Dulu ia pasienku, kebetulan aku yang menanganinya saat ia mengalami kecelakaan. Dan kebetulan pula aku sangat kagum akan semangatnya karena dengan segala keterbatasan yang ada pada dirinya, ia tak putus asa dan gampang menyerah.." Jelas Kusuma sambil menggandeng tangan Heni untuk menghampiri orang yang dimaksud. Heni sedikit terkesiap dan hampir saja menghentikan langkahnya saat mendengar nama Anton Ferdiansyah, nama itu seperti akrab ditelinganya. <span lang="NL">Dan hatinya terus bertanya-tanya bahkan sampai mereka persis dibelakang lelaki itu.<o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
" <span lang="FR">Selamat pagi Mas Anton..!" Sapa Kusuma ramah. Lelaki yang disapa perlahan menolehkan kepalanya dan memutar kursi rodanya. Heni terkesiap dan terpaku, Ferdi...? rasanya tak percaya ia dapat melihat kembali wajah yang begitu dikenalnya. Iapun langsung bergidik ngeri melihat parut diwajahnya dan bertambah terkejut ketika melihat kedua belah kakinya buntung sebatas lutut. Mengapa Ferdi ? Apa yang terjadi ? Pertanyaan yang langsung menghiasi benaknya. Terkejut karena pertemuannya kembali dengan Ferdi dan juga shock melihat keadaannya, membuat Heni limbung dan kemudian tak sadarkan diri. Ferdi hanya bisa terpaku melihat itu karena iapun tak menyangka sama sekali bisa bertemu dengan Heni kembali, namun hanya satu yang diharapkannya.... " Semoga Kusuma hanya menganggap Heni pingsan karena shock melihat fisikku dan bukan shock karena bertemu kembali denganku mantan kekasihnya, dia tak perlu tahu itu. Aku tak mau merusak kebahagiaan mereka " Gumam Ferdi dalam hati.</span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 11" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CINAIN%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><style>
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
a:link, span.MsoHyperlink
{color:blue;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{color:purple;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
p
{mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0in;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0in;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Cerpen ini sengaja dibuat untuk mengikuti kontes yang diadakan oleh </i> <a href="http://just-fatamorgana.blogspot.com/">Sang cerpenis</a> <i>yang di dukung oleh</i> <a href="http://vixxiobukubekas.blogspot.com/">VIXXIO </a>, <i>untuk menyambut postingan mba Fanny yang kini hampir mencapai 1000 postingan</i>. </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Seandainya menang, saya pilih novel <b>Larasati ( Pramoedya Ananta Toer )</b>. Biar bisa belajar menulis yang baik dari seorang sastrawan hebat.</i></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span lang="FR">Bagi sahabat-sahabat yang ingin ikut, silahkan mampir </span><a href="http://just-fatamorgana.blogspot.com/2010/07/lomba-menulis-cerpen.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+SangCerpenisBercerita+%28SANG+CERPENIS+BERCERITA%29"><span lang="FR">Di Sini</span></a><span lang="FR">. </span> </i></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Selamat beraktivitas....salam hangat selalu.</i></div><span lang="FR"><br />
</span>NOOR'Shttp://www.blogger.com/profile/12350446119579545181noreply@blogger.com21