AKU LELAH

Jumat, 04 November 2011

Aku lelah menjadi matahari...
karena kau slalu sembunyi di balik rimbunnya pepohonan hindari cahyaku
Aku lelah menjadi angin...
Karena aku tak mampu padamkan api yang kau mainkan
Aku lelah menjadi sungai...
Karena aku tak mampu enyahkan limbah-limbah dusta yang kau buang dalam airku yang mengalir

Aku tak sanggup memandangi daun-daun asa yang perlahan mulai mengering dan jatuh berguguran
Aku tak sanggup menghadapi kenyataan begitu banyak rahasia dibalik hamparan daun-daun kering di halaman kita
Haruskah kusudahi saja perjalanan ini, karena ku tahu pada akhirnya aku kan tetap jatuh dalam jurang keputusasaan yang teramat dalam
Haruskah kurebahkan rapuh tubuh ini di tepi jalan berdebu hingga malam berganti dan embun pagi membangunkanku esok hari Selengkapnya...

KU TERHEMPAS...LAGI

Senin, 10 Oktober 2011

Biduk itu pernah terhempas dan karam ditengah pekik riang camar-camar yang iri hati.
Gemetarku menahan luka yang teramat perih, tambal dinding asa yang mulai menganga dan selamatkan tunas kelapa dari amuk samudera.
Beruntung angin bertiup ramah, bujuk air mata dan keringat darah untuk tetap bersemayam di raga.
Walau hembusnya pada layar terkoyak, bawa biduk menembus samudera tak tentu arah.

Ah, gelombang itu kembali hempaskanku...
Di hamparan pasir hitam penuh kerikil dan beronak.
Kuyup menggigil menahan dingin dan perih dalam jiwa.
Mengapa samudera tak jua ramah? bahkan jejak langkah tertatihkupun hilang tersaput riak.

Kini, rasanya biduk itupun enggan kukayuh
Tinggalkan ku termenung menatap mentari jingga tenggelam di garis samudera.
Biarkanku sendiri kumpulkan buih-buih asa di hari yang mulai pekat dan..gelap. Selengkapnya...

DI PENGHUJUNG HADIRMU

Senin, 19 September 2011

Selalu ada permulaan dari setiap peristiwa, itu yang pernah kudengar dari seseorang. Masih ingatkah kau, bagaimana kita bertemu? Masih ingatkah kau, bagaimana ke dua pasang mata kita menangkap getar-getar kegelisahan dari dinding hati? Dan masih ingatkah kau, kapan kedua ujung jemari kita bertukar enerji ceria, suka dan cita? Ah...sesungguhnya aku yang tak ingat, bagaimana kedekatan kita berawal dan kapan dimulai.

Yang pasti tak pernah ada kesengajaan saat kita bertemu. Karena hadirmupun begitu tiba-tiba mengetuk daun pintu dari ruang hati yang kosong. Aku tak pernah sengaja mencari seseorang untuk berkeluh kesah. Akupun tak pernah sengaja mencari seseorang yang dapat menghapus debu-debu di kusamnya dinding hati. Namun hadirmu tetaplah berarti..

Kesahku kesahmu menyatu bagai aksara yang terangkai satu persatu, lalu menjelma jadi sesuatu yang indah dan berarti. Jadi puisi, syair dan lagu mendayu, meninabobokan hati dilembutnya peraduan mimpi. Kesahku kesahmu tak lagi patut ditangisi...kini kesah menjadi tawa, dukapun menjadi suka. Seiring rintik hujan basahi bumi kerontang, sisakan pelangi indah diawan.

Tapi..selalu ada akhir dari sebuah perjalanan, bukan? Walau pasti kan terasa begitu menyakitkan. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, atau...kita nikmati saja sisa waktu yang ada sampai saat itu menjelang. Kapan? Masih kutunggu angin sepoi membawa jawaban..
Selengkapnya...

HIDAYAH

Selasa, 02 Agustus 2011

Sayup-sayup terdengar suara azan Maghrib berkumandang disela-sela keramain dan macetnya jalan raya. Sebagian pengendara menepikan atau membelokkan kendaraan mereka menuju mesjid yang ada tidak jauh dari  pinggir jalan raya. Selain untuk memenuhi panggilan Allah dan melaksanakan sholat, mereka juga memanfaatkannya untuk beristirahat dari penat mengendarai kendaraan di tengah jalan yang macet. Tapi sebaliknya dengan Andi, ditengah azan yang berkumandang dia malah bersiap-siap pergi untuk menemui temannya. Dengan jaket hitam kesayangan dan jins belel yang melekat dikakinya, Andipun melangkah sambil bersiul-siul…
“Heh..mau kemana kamu?” Tanya Mba Ira, kakaknya.
“Biasalaaah…cari angin. Kelamaan dirumah bikin otak buntu, sumpek! Lagipula apa urusanmu tanya-tanya?” ujar Andi dengan nada sinis.
“Memang bukan urusanku kamu mau pergi kemana tapi pakai otak dong…! suara azan belum juga berhenti, tunggu dulu sampai azan selesai atau sholat dulu kek...”
“Sholat..? Heh, buat apa?” Andi sambil tersenyum sinis.
“Lho…kok buat apa! Sholat itu tiangnya agama…”
“Lalu apa…?” potong Andi.
“Apa yang dikatakan kakakmu itu benar Di. Paling tidak, dengan sholat kamu telah menjalankan apa yang menjadi perintah Allah. Dengan menjalankan perintahNya, itu akan bisa membantumu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang salah dan mana yang benar” sambung Ibu Andi.
“Maaf Bu, bukan Andi nggak mau melaksanakan sholat. Tapi Andi cuma tidak ingin jadi orang yang munafik, yang menjalankan sholat atau menjalankan perintahNya tapi juga sekaligus melanggar laranganNya. Andi masih ingin senang-senang juga berbuat sesuka hati, dan aku tidak mau mencampur adukkan keduanya. Sholat ya sholat….lalu jauhkan diri dari segala maksiat, itu yang benar!”
“Maksud kamu apa, bicara seperti itu…?” Tanya Kak Ira.
“Heh...dengar ya!Aku tidak mau sholat cuma karena takut sama Ibu, aku juga tidak mau sholat kalau cuma ingin menjadikannya kedok untuk menutupi perbuatan hina dan nista  seperti yang kau lakukan.”
“Astagfirullah…Andi!!” teriak Kak Ira.
“Apa…? Makanya ngaca dulu kalau mau ceramahin orang…” ujar Andi sambil menstarter motornya. Ia sempat melihat Ibunya terisak dan menitikkan air mata namun kebenciannya akan Kak Ira membuatnya tidak perduli. Dan iapun langsung tancap gas meninggalkan derum knalpotyang memekakkan telinga. Seperti yang sepintas dilihat Andi, Ibunya memang hanya bisa terdiam menahan isak tangis. Air mata mulai menggenangi pelupuk mata lalu perlahan mulai mengalir membasahi pipi…
“Ya Allah ampunilah hambaMu ini. Ampuni aku yang tidak mampu membimbing anak yang Kau titipkan padaku. Kumohon ampunilah dia, berikanlah dia hidayah agar kembali hidup di jalanMu, jalan yang Kau ridhoi. Ya Allah…hanya kepadaMu-lah aku berserah diri dan hanya kepadaMu-lah aku mengadu dan berkeluh kesah…” sebait doa terucap disela isaknya.


*****

Selepas meninggalkan rumahnya, Andi mulai mengurangi kecepatan motornya. Masih terbayang wajah ibunya yang sedih, walau seringkali mengabaikan perkataan ibunya namun ia tetap tidak sampai hati melihat ibunya menangis. Dalam keadaan apapun, ibu selalu lemah lembut dalam berkata-kata. Memarahi, menasehati dan juga mengingatkan untuk selalu menjalani perintah Allah, semua dilakukannya dengan penuh kelembutan. Lain halnya dengan Kak Ira, belum sebulan tinggal kembali bersama ibu sudah kelihatan banyak tingkah. Meminta bantuan atau menyuruhnya melakukan sesuatu bagai memerintah anak kecil yang tidak mengerti apa-apa. Berteriak, membentak bahkan tidak jarang mengucapkan kata-kata kotor. Andi juga sudah muak dengan sikap Kak Ira yang berlagak sok suci dan alim, apalagi Andi selalu merasa Kak Ira hanya melaksanakan itu cuma untuk formalitas saja alias cuma menyenangkan hati ibu  padahal implementasinya dalam kehidupan sehari-hari sungguh bertolak belakang. Contohnya sekarang ini, gara-gara kepergok berzinah dengan orang lain, sekarang Kak Ira diusir dan diceraikan suaminya. Oleh sebab itu sekarang dia kembali tinggal dirumah ibu dan mulai merecoki kehidupannya. Bagaimana dia bisa melakukan hal nista seperti itu bila ia benar-benar sholat? Apakah dia pikir sholat itu cuma untuk main-main saja? Andi menggeleng-gelengkan kepala karena tidak mengerti jalan pikiran Kak Ira.

Selepas Isya Andi sampai di rumah Yanwar, tempat ia dan kawan-kawannya biasa berkumpul, berpesta juga mabuk-mabukkan. Didalam sudah ada beberapa kawannya juga dua orang wanita yang baru dilihatnya tapi kali ini ia kurang berminat. Diambilnya sebotol black label lalu iapun keluar rumah dan duduk diteras, wajah ibunya masih saja membayang dalam benaknya walau alkohol perlahan mulai meracuni aliran darah ditubuh. Keasyikannya terusik saat matanya menangkap gerakan tidak wajar di sekeliling rumah Yanwar ini, ia merasa beberapa pasang mata sedang mengawasi. Perlahan ia bangkit dari duduknya, masuk kedalam dan mengingatkan kawan-kawannya. Andi segera berlari ke pintu belakang dan menghambur keluar lalu berlari sekencang-kencangnya, tidak diperdulikannya lagi apakah kawannya mengikuti atau tidak yang penting dirinya aman.

Dugaan Andi memang tidak salah. Beberapa warga dan satuan polisi memang sedang mengepung rumah Yanwar karena sudah lama dicurigai sebagai tempat pesta miras, narkoba bahkan sex bebas. Apalagi sudah mendekati bulan suci ramadhan, dan biasanya para petugas lebih giat memberantas penyakit-penyakit masyarakat. Tidak berapa lama kemudian, kawan-kawan Andi ditangkap tanpa ada perlawanan karena mereka sudah terlalu mabuk untuk bisa melarikan diri. Sedangkan Andi masih terus berlari walau harus tersandung-sandung digelepan malam juga perih menusuk telapak kaki karena ia tidak sempat memakai alas saat kabur tadi. Ia menggapai tembok yang tingginya kira-kira 2 meter lalu meloncatinya, namun untung tidak dapat diraih malang tidak dapat ditolak. Ternyata dibalik tembok itu, permukaan tanahnya tidak rata dan agak menurun sehingga saat Andi mendarat tubuhnya terhempas lalu jatuh terguling. Rasa sakit luar biasa tiba-tiba dirasakan Andi di pangkal paha kanannya. Rasanya seperti patah saja dan ia tidak tahu apa yang tertabrak kakinya, batu, kayu atau akar pohon? Entahlah, ia tidak tahu pasti. Ia hanya bisa teriak dan mengerang kesakitan lalu tidak sadarkan diri.

Entah berapa lama Andi pingsan namun kini terlihat tubuhnya mulai sedikit bergerak. “Terima kasih Tuhan…” desisnya ketika menyadari ia masih hidup. Andi mencoba bangkit namun ia kembali merintih kesakitan dan merasa kaki kanannya benar-benar tidak bisa digerakkan, bergerak sedikit saja sudah menyisakan nyeri yang amat sangat. Sambil meringis, matanya nanar menatap dalam gelap. Samar-samar dilihatnya sebuah titik cahaya lampu dari kejauhan dan ia berpikir barangkali disanalah ia akan bisa mendapat pertolongan, tapi bagaimana?

“Ya Allah tolonglah aku. Ibu….ibu…maafkan aku” desahnya sambil menitikkan airmata. 

Lalu sambil menahan rasa sakit, Andi merangkak perlahan menyusuri tanah dengan sisa-sisa tenaganya. Namun penderitaannya tidak sampai disitu saja, ketika cahaya lampu itu mulai terlihat jelas tiba-tiba saja hujan turun cukup deras. “Mampus gua…” umpat Andi dalam hati. Iapun coba bersandar di  bawah pohon sambil coba menutupi kepala agar tidak langsung terkena air hujan. Wajah ibunya kembali terbayang dan iapun sesegukkan menahan tangis tapi segera ia menghentikan tangisnya saat sayup-sayup terdengar seseorang membaca ayat-ayat Alquran dan bagai irama yang mengalun dengan indahnya. Dan suara itu terdengar dari gubuk dimana cahaya lampu itu terlihat. Tiba-tiba saja semangatnya bangkit, iapun kembali merangkak ditanah becek untuk segera sampai ke cahaya lampu yang ternyata cahaya lampu dari gubuk seorang pemulung. Dengan nafas tersenggal-senggal dan tubuh berlepotan lumpur, akhirnya Andi sampai juga di depan gubug itu. Andi menengadahkan wajahnya keatas langit dan tersenyum…lalu jatuh tidak sadarkan diri kembali.

*****

Alunan ayat-ayat Alquran keluar dari mulut Andi, dihadapannya duduk seorang laki-laki yang sekali-sekali membetulkan ucapan Andi dalam membaca ayat Alquran tersebut. Andi sudah kembali mendekatkan diri kepada Allah, mulai kembali menjalankan perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Andi tidak merasa karena ia sakit, barulah mendekatkan diri kepada Allah. Tapi itu semua semata-mata karena ia merasa bahwa Allah telah menunjukkan kuasaNya. Dan peristiwa yang dialami menyadarkannya bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga ia masih diberi kesempatan untuk hidup juga dipertemukan dengan orang yang bisa membimbingnya meniti jalan yang di ridhoiNya. Mendalami makna dari isi Alquran dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari juga selalu bersyukur atas semua berkah dan rahmat yang telah diterimanya adalah menjadi tujuan hidupnya kini. Ibu Andi tersenyum bahagia melihat perubahan dari anaknya...
”Alhamdulillah…terima kasih ya Allah, Kau telah menurunkan hidayahMu dan kini anakku telah kembali…” sambil meneteskan airmata bahagia. 
Selengkapnya...

BLOGGING : BELAJAR MENULIS DAN SILATURAHMI

Sabtu, 16 Juli 2011

Dibeberapa kesempatan saya pernah mengutarakan bahwa saya termasuk orang yang super duper gaptek dan berselancar di dunia maya termasuk blogosphere adalah dunia baru bagi saya. Mengenal blogpun bermula dari melihat teman yang sedang blogging kemudian saya tertarik dan bertanya bagaimana membuatnya. Dan ketika blog telah dibuat, terus terang hati ini terlonjak kegirangan bagai anak kecil yang mendapatkan mainan baru, norak banget ya!? hehe. Namun bukan tanpa alasan saya bertingkah seperti itu...

1.  Sejak kecil saya memang hoby membaca walau yang dibaca cuma buku-buku cerita atau sejenis novel. Biasanya buku-buku tersebut saya dapat dari perpustakaan sekolah atau tempat penyewaan buku. Dan kebiasaan membaca itu ternyata membuat saya tertarik juga untuk bisa menulis, sehingga sejak SMP sayapun mulai belajar menulis berupa cerita-cerita pendek.

2.  Menulis ternyata memberi keasyikan tersendiri buat saya, karena terus terang saya termasuk orang yang tidak pandai bersosialisasi dengan orang lain sehingga terkesan agak tertutup dan tak banyak bicara . Dengan menulis seakan saya menemukan wadah untuk bisa mencurahkan apa yang ada di benak saya, pikiran saya dan semua yang rasakan tanpa harus menunggu seseorang yang mau mendengarkan. Dari beberapa cerpen atau puisi asal-asalan yang telah saya buat, beberapa diantaranya memang benar-benar merupakan sarana bagi saya untuk mengutarakan perasaan dan selebihnya merupakan hasil dari menghayal, melamun atau ide yang datang mendadak.


Sehubungan dengan hoby menulis itu, setelah membuat blog sayapun mencari blog dengan tema-tema untuk belajar menulis. Sehingga sayapun terdampar di blog Rafi Azmillah Menulis (Radinal Mukhtar Harahap) dan Sang Cerpenis Bercerita (Fanny Fredlina) . Dua nama ini telah saya anggap guru saya dalam hal tulis menulis, karena dari keduanya saya termotivasi untuk terus belajar dan terus semangat untuk menulis. Silaturahmi terus berlanjut, dan sayapun mulai menjalin pertemanan dengan beberapa blogger lain yang isi atau konten blognya berbeda.

Buka dasbor blog, bagaikan masuk dalam restaurant kemudian duduk dan disodori  pilihan menu yang beraneka ragam. Saat sedang bersusah hati, saya bisa mampir ke blog yang berisi puisi mendayu-dayu. Saat ingin tertawa, saya bisa mampir ke blog sahabat yang berisi postingan kocak dan gokil. Saat hati sedang galau, saya bisa mampir ke blog sahabat yang berisi postingan yang menyejukkan, penuh siraman rohani, pencerahan dan juga motivasi seperti yang salah satunya saya dapatkan di blog Djangan Pakies (Pak Ies). Ada kepuasan tersendiri saat mampir ke blog sahabat dan meninggalkan jejak walau dengan komentar sekenanya. Menjalin silaturahmi dengan sahabat blogger, hidup terasa lebih berwarna dan kadang merasa tak sendiri saat menghadapi beban yang kian menghimpit. walaupun semua itu hanya sebatas berkomunikasi  dalam dunia maya, tak pernah saling berbicara apalagi bertatap muka. 

Aktivitas blogging terus terang lebih sering saya lakukan di kantor karena kebetulan saya dapat fasilitas komputer untuk pribadi walaupun cuma abal-abal. Tapi lumayanlah, dapat melakukan aktivitas  internetan secara gratis, hehe. Namun begitu, biasanya saya melakukan aktivitas berinternet ria hanya pada saat baru masuk kantor lalu pada saat jam istirahat dan terakhir pada jam akan pulang, kalaupun ada sahabat yang memergoki saya sedang OL diluar jam itu berarti saya sedang kebablasan, hehe. Maklumlah, sayapun manusia yang tak lepas dari khilaf dan dosa, hehe. Tapi saya tetap mencoba menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas blogwalking disaat jam kerja walau sesekali mencuri waktu disaat  senggang atau tak ada pekerjaan. Untuk mensiasati agar tak terlalu lama blogging, seringkali dan memang sudah jadi kebiasaan draft untuk posting sudah saya buat dirumah. Sehingga kalaupun blogging di kantor, saya hanya mampir ke blog sahabat, membacanya postingannya dan meninggalkan komentar. Atau melihat postingan saya lalu senyum-senyum sendiri membaca komentar dari sahabat.


Photobucket


Yah, kira-kira begitulah sedikit cerita bagaimana aktivitas blogging saya dimulai, kemudian coba menikmatinya sebagai sarana untuk mengasah kemampuan dalam menulis juga untuk memperbanyak dan mempererat tali silaturahmi dengan sahabat dari seluruh penjuru tanah air.

Postingan ini sengaja dibuat untuk ikut berpartisipasi dalam acara Suit Sepentin Giveaway yang diadakan Djangan Pakies (Pak Ies). Acara yang diadakan dalam rangka menyongsong 17 tahun pernikahan beliau. Semoga harapan Pak Ies agar pernikahannya tetap menjadi hal yang terindah hingga akhir nanti, Insya Allah akan terkabul dan semoga beliau diberi kekuatan dalam menjalani kewajiban juga tanggung jawabnya sebagai suami, mengawal keluarga dan menjadikannya sebagai keluarga yang sakinah mawadah warohmah, Amin.
Selengkapnya...

BUNDA DIANA : MENCINTAI TANPA MELUKAI

Jumat, 15 Juli 2011

Sebenernya agak berat juga nih kalau bicara soal cinta, apalagi cinta antara 2 makhluk berlainan jenis yaitu antara pria dan wanita. Bagi saya, cinta itu suatu hal yang abu-abu. Cinta bukanlah ilmu pasti, bukan seperti matematika 1 + 1 = 2. Walau sebenarnya cinta itu bukan untuk dibicarakan tapi untuk dirasakan namun cinta tetaplah hal yang menarik untuk dibicarakan karena sudah jutaan kata, jutaan kalimat, jutaan kisah dan jutaan puisi telah tercipta, telah terucap juga telah tersurat untuk ungkapkan makna cinta. Dan masing-masing orang punya jawaban sendiri dengan arti dan makna cinta itu. Seperti yang diungkapkan Bunda Diana dalam puisinya :

Sebab, cinta adalah saat angin menggoda dedaun dan bebungaan
saat ia menerpa wajahmu dengan kelembutan
Ia tak kan pernah banyak kata dalam kehadirannya
Di mana pun, kapan pun, dan bagaimana pun caranya ia kan menyentuhmu serupa cahaya, tak terlihat namun terekam indera lainnya



Terlepas dari benar atau salah, saya berpendapat : Ketika seorang Pria memilih seorang wanita untuk menjadi pacarnya, kekasihnya atau istri untuk dicintainya. Ia akan mewujudkan bentuk cintanya itu dengan kasih sayang, perhatian, pengertian dan sebagainya kepada sang wanita. Dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, ketika keduanya mewujudkan rasa cinta mereka dengan saling kasih mengasihi, saling memberi perhatian, saling pengertian, saling berbagi, menyatukan perbedaan, menghilangkan rasa ego masing-masing. Nah, disitulah letak makna cinta itu sesungguhnya.

Lalu jika ada pertanyaan...Dapatkah kau mencintai tanpa menyakiti?
Terus terang saya agak sulit mendapatkan jawabannya. Mencintai tapi menyakiti itu yang seperti apa? Apakah seperti over protective, cemburu yang berlebihan atau tidak boleh ini, tidak boleh itu dan sebagainya. Rasanya bohong besar bila keadaannya seperti itu masih bisa bilang cinta atau mencintai. Bila ada yang tersakiti, sepertinya telah rusak atau tersakiti pula makna cinta yang sebenarnya. Karena sekali lagi, cinta itu saling kasih mengasihi, saling memberi perhatian, saling pengertian, saling berbagi, menyatukan perbedaan, menghilangkan rasa ego masing-masing

Duh, pusing juga kalau bicara soal cinta. Tapi tak apalah, ini semata-mata untuk ikut berpartisipasi dalam acara giveaway yang diadakan oleh Bunda Diana : Mencintai Tanpa Menyakiti. Mudah-mudahan postingan yang rada ngawur dan sedikit kabur ini masih nyambung.
Selengkapnya...

AKU TERDIAM

Selasa, 21 Juni 2011

Pada akhirnya aku harus menghentikan langkah lalu terdiam. Ku kerjap-kerjapkan mata karena pandangan mataku mulai kabur. Aku tak tahu dan tak mengerti, apakah mataku mulai rabun ataukah karena memang suasana tempatku berdiri mulai berkabut. Entahlah...

Kau hanya selangkah saja didepanku tetapi aku tak mampu menatap wujudmu sesungguhnya, yang kudengar hanya suaramu. Ingin aku menggapai tubuhmu tapi aku kembali terdiam, saat kudengar tawamu. Tawa yang menggema di dinding-dinding sunyi hatiku. Tawa  riang yang tak pernah terdengar saat kau ada disisiku, tawa merdu yang tak pernah terdengar saat kau ada dipelukku.


Aku kembali terdiam... Haruskah kuurai kabut didepanku untuk mencari tahu apa yang membuatmu begitu gembira? Haruskah kugapai tubuhmu lalu menghentikan tawa riangmu? Tidak...tidak... Aku tak akan melakukan itu! Kan kubiarkan kau menikmati tawa riangmu. Kan kubiarkan kau nikmati bahagiamu. Karena mungkin aku tak pernah mampu untuk memberikannya padamu.

Aku bahagia mendengar tawamu. Tapi perlahan, aku mulai merasa kehilanganmu walau kau berada disisiku.
Selengkapnya...

DISIMPANG JALAN

Sabtu, 09 April 2011

Tak pernah kusesali jalan yang kupilih
Walau kutahu jalan itu terjal dan berbatu
Walau kutahu jalan itu berliku
Menurun dan mendaki...
Pikirku...
Jalan itu kan membuat tapak kaki kuat mencengkeram jalan tak rata
Pikirku...
Jalan itu kan membuat lututku tak gentar menahan beban di pundak
Ternyata tidak... aku salah
Setiap langkah bagai menghujam tapak kaki pada permadani onak berduri
Lututpun kian bergetar dengan beban yang bertambah tak henti
Aku mulai mencium aroma kekalahan
Aroma yang meracuni pendirianku, membuatku limbung

Pandanganku kabur...
Tak tahu lagi arah yang kutuju, tak tahu lagi kemana kaki ini melangkah
Disimpang jalan ini aku terdiam, terpekur dan terduduk menatapi duri yang tertanam di tapak kaki
Rasanya tak sanggup lagi melangkah ditemani pedih dan perih
Dan aku terdiam, sambil berharap ilalang menari menghiburku

Selengkapnya...

SURAT UNTUK ADIK DIJA

Rabu, 23 Maret 2011

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarrokatuh

Teruntuk
Adik Dija yang manis

Tanpa terasa waktu terus berjalan begitu cepatnya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Rasanya sulit untuk melukiskan rasa haru dan bahagia yang Om Noor rasakan saat menyadari bahwa adik Dija yang Om kenal sejak bayi, yang imut-imut, lucu serta menggemaskan, kini tumbuh dan menjelma menjadi seorang remaja putri yang manis, cantik dan juga cerdas.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala rahmat dan karuniaNya, yang telah mengantar perjalanan adik Dija menapaki waktu sehingga kini telah genap menginjak usia yang ke 17 tahun. Usia dimana adik Dija siap membuka cakrawala baru menuju gerbang kedewasaan. Om Noor yakin dan tahu benar bahwa limpahan kasih sayang dan juga perhatian dari Mama Elsa dan keluarga, telah menuntun dan mengarahkan langkah adik Dija menjadi seorang anak yang sholehah, cerdas, mandiri serta berbudi luhur.


Adik Dija tersayang

Suatu kebahagiaan yang tak terkira bila Om Noor mengetahui bahwa adik Dija sudah membaca surat yang Om tuliskan ini. Anggaplah ini sebagai ungkapan kasih sayang dan turut merasa bahagia di hari ulang tahun adik Dija yang ke 17. Tak lupa Om Noor juga mendoakan Mama Elsa dan keluarga agar selalu mendapat cucuran rahmat serta perlindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar dapat selalu mendampingi adik Dija dalam menggapai cita-cita, sehingga dapat menjadi anak yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa dan negara. Amin Ya Robbal Alamin.

Salam sayang dari Om Noor dan keluarga

Wassalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarrokatuh



Postingan ini dibuat untuk berpartisipasi dalam Dija's Firts Give Away yang diadakan oleh Mba Elsa untuk memperingati hari ulang tahun adik Dija yang pertama. Sempat bingung bagaimana menulisnya karena sudah lama sekali tidak surat menyurat dan ketawa sendiri membaca postingan ini, "Ini surat atau teks pidato ya? hehe". Tapi tak apalah, yang penting bisa berpartisipasi. Ya kan Mba Elsa?

Selamat Ulang Tahun Dik Dija
Selengkapnya...

KUE SUDAH TERASA PAHIT ?

Rabu, 09 Maret 2011

Hari itu telah terpilih seorang kepala kampung yang baru dikampung SAUDAGAR. Dan sesuai adat yang sudah turun temurun, sang kepala kampung yang baru akan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam atau bila perlu sebulan penuh, tergantung seberapa banyak upeti yang diterima dari para pendukung. Disetiap pesta akan dihadiri oleh seluruh penduduk kampung dan sang kepala kampung yang barupun tak perduli siapa pendukung dan siapa yang tidak mendukung, semuanya diundang pesta tanpa terkecuali.

Namun tetap ada perbedaan yaitu tempat duduk para tamu saat pesta. Kelompok saudagar-saudagar yang mendukungnya ditempatkan disebuah meja besar sebelah kanan, kelompok saudagar bukan pendukung menempati meja besar disebelah kiri, sedangkan rakyat jelata duduk beralaskan tikar yang letaknya agak jauh dari kedua meja besar tadi. Sengaja ditempatkan agak jauh karena kepala kampung tak ingin mereka tahu makanan apa yang dihidangkan untuk para saudagar, "mencegah kecemburuan sosial," katanya. Padahal sebenarnya para rakyat jelata  tetap tahu walau hanya mencium dari baunya saja.


Dimeja besar dimana para saudagar bukan pendukung berkumpul, duduk seorang saudagar wanita yang selalu saja bermuka masam. Dia memang masih kesal dengan sang kepala kampung yang baru, dan dia merasa sang kepala kampung tak tahu berterima kasih, menusuk dari belakang. Padahal saudagar wanita itu merasa dialah yang telah mengangkat derajat sang kepala kampung tetapi kini malah menjadi pemimpinnya. Saudagar wanita itu masih tak rela jika posisinya sekarang lebih rendah, dan dia pun selalu menggerutu walau akan tetap menyantap makanan yang disediakan sampai habis.

Pesta sudah dimulai dan makananpun sudah dihidangkan, rakyat jelata bersuka cita mendapat porsi makanan berupa ikan asin, sayur asem, tahu serta tempe. Sedangkan para saudagar mendapat jatah porsi makanan berupa daging ayam, sapi, kerbau, sate kambing, kambing guling serta makanan yang serba wah lainnya. Semua saudagar mendapat jatah yang sama, baik yang mendukung maupun yang tidak. Namun yang berbeda adalah setiap saudagar yang mendukung mendapat satu porsi kue lezat sebagai makanan penutup sedangkan kelompok saudagar yang tidak mendukung tak mendapatkannya.

Hari ini sudah menjadi hari ke tujuh sejak pesta dimulai namun pesta masih meriah saja. Tetapi ada yang aneh dengan kelompok para saudagar pendukung, tiba-tiba saja ada sebagian dari mereka yang berpindah tempat duduk ke meja besar tempat para saudagar bukan pendukung dan mulai ngerumpi di sana.  Apa yang telah terjadi? Apakah porsi kue yang diberikan kurang besar? Apakah kue lezat yang diberikan sang kepala kampung sudah mulai terasa pahit? Ataukah mereka iri karena mereka selalu mendapat kue kering sedangkan yang lain mendapat kue basah?

Rakyat jelata hanya bisa menonton apa yang terjadi dan tak sedikitpun berharap mendapat jatah kue karena itu tidak mungkin. Mereka hanya berharap, nasi putih, ikan asin, sayur dan juga tahu tempe yang menjadi jatah mereka tak akan berkurang sedikitpun. Duhai...alangkah indahnya negeri ini.
Selengkapnya...

Hmm.......

Senin, 28 Februari 2011




All alone tonight, I'm calling out your name
Somewhere deep inside this part of you remains
Images of love take me back in time
I don't know how it started or why it ever had to end
But something deep inside we didn't let it in
It's keeping us apart, where are you now

*Where are you now?
Is someone there tonight
Holding what was mine?
Where are you now?
Do you wonder where I am,
Are you really feelin fine?

Goin through my life without you by my side
You're the only thing keeps goin through my mind
And nothin that I do can take the place of you

Back to *

Oooh, thinkin about you, girl,
Theres gotta be a place for me
Somewhere in your heart
All alone tonight, I'm calling out your name
Somewhere deep inside this part of you remains
Images of love, where are you now?

Where are you now? Is someone there tonight
Holding what was mine?
Where are you now?
Do you wonder where I am,I need you here tonight
Selengkapnya...

SELEMBAR KISAH

Jumat, 18 Februari 2011

Angin dingin berhembus perlahan, usik kesunyian malamku. Bintang malam kerlipkan cahaya, tawarkan cerita tentang kisah lama yang tak bisa kutolak. Kisah yang tertulis rapih dalam buku kebersamaan kita, berlembarkan ketulusan hati, putih, bersih tak bernoda. Bersama kita rangkai kalimat-kalimat bersyairkan cinta lalu kita tulis dan ukir dengan aksara yang indah lagi elok.

Namun semua tinggal kisah yang tersimpan dalam almari sanubari, semua tak sama saat kau tak ada disisi. Kita telah terpisah...ruang, jarak dan waktu. Akupun t'lah terhempas dalam lubang pengap dan gelap. Mencoba merangkak walau tertatih, mencari celah diantara lubang berbatu. Pasrah sempat terbersit dalam benakku namun kuyakin mampu menggapai cahaya yang menungguku walau tubuh lebam membiru.

Buku kebersamaan kita menyisakan lembar-lembar kosong. Masih kuingin walau tak kuharap, kita masih bisa menuliskannya lagi bersama.
Selengkapnya...

TERLENA

Kamis, 10 Februari 2011

Tak kuasa menanti.. terlalu lama
Hasrat hatiku semakin membara
Ingin berjumpa denganmu
Meskipun sekejap...

Lihatlah hatiku... terlanjur jatuh
Tidurpun gelisah tanpa mimpi
Gairah senyumku musnah
Ceritaku hampa...

Sering.... ingin berpaling
Dari indah bayangmu
Namun ketika lari menjauh
Semakin terasa menyiksa

Lalu.... anganku sesat
Langkahpun hilang arah
Dihati ini lekat hatimu
Aduhai jiwaku..
Terlena...


( Ramona Purba )
Selengkapnya...

NGGAK NGERTI......

Kamis, 03 Februari 2011

Jujur..masuk kedunia maya adalah hal yang baru bagi saya, apalagi sampai membuat blog. Ketertarikan saya membuat blog berawal ketika melihat blog yang dibuat oleh teman dan karena saya merasa dengan blog saya bisa menyalurkan hobby saya menulis, akhirnya sayapun minta dibuatkan blog yaitu blog ini. Setelah agak mengerti sedikit, sayapun mencoba blog baru dengan konten yang berbeda yaitu http://nhasan-capri.blogspot.com. Bisa dikatakan, blog yang ini sedikit serius sedang yang satunya sama sekali tidak serius...hehe. Barangkali disitulah tempatnya saya mengutarakan sisi childish , humoris atau bahkan kekonyolan saya..hehe. By the way...dengan 2 blog yang miliki itu, tak pernah sedikitpun berpikir hal-hal yang lain seperti pagerank, domain, paypal atau semacamnya ( Memang nggak ngerti...hehe ). 

Nah...belum lama ini saya iseng-iseng mampir ke rumahnya Om google dengan keyword nhasan-capri. Ternyata disitu ada beberapa web site yang saya anggap mengulas mengenai blog saya yang kedua itu, dan salah satunya yang membuat saya tertarik adalah http://nhasan-capri.blogspot.com.webmasterworld.com
Isinya sebagai berikut :

 NHASAN-CAPRI.BLOGSPOT.COM
Nhasan-capri.blogspot.com is the 671,378th most visited site on the internet. The top incoming anchor texts for nhasan-capri.blogspot.com are uneg-uneg, Noor's Blog, and Bang Pendi. There are 13 homepages that link to a page on nhasan-capri.blogspot.com, 6 of which are two-way reciprocal links between domains. There are also 3 three-way links between sets of domains. The homepage of nhasan-capri.blogspot.com links out to 43 other websites. The website's IP address is 74.125.45.191, and there are 44,058 other websites hosted at the same IP address. Nhasan-capri.blogspot.com attempts to set one cookie named blogger_TID. Nhasan-capri.blogspot.com gets about 1,630 pageviews per day, and earns an estimated $4.89 daily. The server location of nhasan-capri.blogspot.com is Mountain View, CA, United States ( US ).

Nah...masalahnya saya kurang mengerti kira-kira maksudnya apa ya ? Kalaupun mengerti, mau berbuat apa ? Ada yang bisa bantu kasih sedikit penjelasan ? :). Tapi satu hal yang pasti, bagi saya menulis adalah menulis kalau soal lain urusan belakang. Ya toh...!?
Selengkapnya...

SELINGKUH

Jumat, 21 Januari 2011

Ini hanya antara kau dan aku
Jangan sampai ada yang tahu...
Aku telah berselingkuh dengan malam
Detik demi detik tak bosan-bosan aku menikmati cumbunya yang gelap dan pekat
Hasratku menggelegak, tumbuh dari rasa getir dan pahitnya hidup
Kini kularungkan semua rasa itu padanya

Ini hanya antara kau dan aku
Jangan sampai ada yang mendengar....
Cumbunya bagai candu yang memabukkanku
Hembusan dingin nafasnya menggelitik di setiap jengkal tubuhku
Tak ingin kulepas....
Tak ingin kuakhiri....
Sampai kokok ayam membangunkan pagi

Ini hanya antara kau dan aku
Jangan sampai ada yang melihat....
Aku tak perduli walau angin bersiul mengolok ketidak mampuanku
Aku tak perduli walau ilalang menari dan bersorak menertawai kerapuhanku
Aku tak perduli walau burung-burung mengejek kebodohanku dengan kicaunya yang tak pasti
Jadi.... biarkan aku terlelap di pagi dan siangku
Siapkan hasrat untuk mencumbunya lagi selepas petang

Duhai malam...... Selengkapnya...

MEMANG HARUS BERAKHIR

Kamis, 06 Januari 2011

Diatas tanah curam dekat bibir pantai dan ditemani semilir angin yang berhembus perlahan, dua insan duduk dalam diam. Andi menatap resah gumpalan awan-awan hitam yang kemudian menyelimuti langit biru menjadi kelam, ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada Widya namun ia khawatir hari-harinya akan menjadi kelam seperti langit itu. Andi menarik napas dalam-dalam.....
" Aku mulai merasa aneh dengan hubungan kita Wid. Hati kecilku mengatakan kita harus segera menyudahinya " Ujar Andi sambil menatap mentari jingga yang mulai turun perlahan.
" Kamu serius Mas.?" Tanya Widya dengan nada pelan. sepertinya ia tak terkejut dengan apa yang barusan diucapkan Andi, ia masih sibuk mencabuti bunga-bunga liar lalu membiarkannya terbang terbawa hembusan angin.
" Entahlah...begitu banyak keraguan dalam benakku, disatu sisi aku sangat membutuhkanmu namun disisi lain aku merasa berdosa dan amat bersalah "
" Maksudmu bersalah karena menghianati kekasihmu...?"
" Tidak..tidak Wid, tidak sama sekali. Kamu pasti ingat mengapa kita jadi dekat, kamu juga pasti masih ingat apa yang telah menyatukan kita berdua. Aku merasa bersalah bukan karena dia tapi kamu...selama ini kamu telah membantuku membalut luka hati, kamu begitu baik....begitu pengertian tapi aku tak pernah bisa berjanji dapat memberi lebih dari yang kau harapkan " Widya berhenti mencabuti bunga-bunga liar, memandang wajah Andi lamat-lamat lalu tersenyum dan kemudian mengalungkan kedua belah tangannya di leher Andi.
"  Mas ku yang baik....Aku mengerti kegundahan hatimu, tapi mengapa ? Bukankah aku tak pernah menuntut lebih dari apa yang telah kudapat darimu. Kita disatukan karena rasa yang sama, kekecewaan yang sama, sakit hati yang sama dan kitapun sepakat bahwa kita bersama hanya mengobati semua rasa sakit itu....tak lebih "
" Ya memang...Tapi tetap saja Wid perasaan bersalahku padamu tetap ada. Seringkali aku berpikir, barangkali bila kamu dengan seseorang yang lain, kamu bisa mendapatkan lebih daripada hanya sekedar tempat pelarian bagiku "
" Kau memang baik Mas....sangat baik malah. Terkadang aku heran mengapa ada orang yang tega membuat mu sakit hati, rasanya terlalu bodoh berbuat itu terhadap orang sebaik kamu. Saat ini aku belum memikirkan lelaki lain yang akan menjadi kekasihku atau mendampingi hidupku kelak, luka hatiku belumlah kering. Tapi bila memang saat itu datang, tentu aku bersedia menyudahi kebersamaan kita ini dengan baik-baik, aku janji  mengatakan kepadamu. Tapi tolong....please...! Jangan saat-saat ini, aku masih sangat membutuhkanmu....hanya kamu yang bisa membuatku tersenyum dipagi dan malamku " Andi menatap mata Widya yang mulai basah, tergurat kesedihan dibalik tatapannya. Keharuan mulai menyelimuti benak Andi, perlahan ia merengkuh tubuh Widya dan memeluknya erat-erat.
" Akupun begitu Wid, rasanya tak mudah berpisah denganmu....tak semudah itu " Bisik Andi.
Dan Andipun membiarkan satu episode dalam hidupnya terus berjalan tanpa tahu kapan lakon itu berakhir. Dan iapun tak pernah tahu apakah lakon itu berakhir dengan happy ending atau sebaliknya. Ia merasa hanya seorang pemain sandiwara dan menjalani peran  yang memang sudah digariskan untuknya.

* * * * * *

Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak tadi pagi menyisakan kemacetan di jalan-jalan utama ibukota akibat genangan atau banjir di mana-mana. Kendaraanpun merayap pelan dalam antrian beratus-ratus meter panjangnya. Andi duduk gelisah dibelakang kemudinya, biasanya ia begitu gusar dan kesal bila terjebak dalam kemacetan seperti ini. Klakson mobil tak henti berbunyi bila ia melihat kendaraan didepannya tak beranjak dari tempatnya, namun kali ini ia banyak termenung dan terlihat seperti menikmati kemacetan ini. Sejak berangkat tadi hatinya memang diliputi perasaan gundah, entah apa yang membuatnya seperti itu...iapun tak tahu. Pikirinnya melayang pada penggalan-penggalan episode dalam hidupnya dan tiba-tiba ia teringat Widya...Bagaimana dia ? Sehatkah dia ? Sedihkah dia ? Sudah beberapa hari ini ia memang tidak berhubungan dengannya walau sebatas telepon. Andi memang sengaja menahan diri untuk tidak menghubungi Widya, sejak pertemuan terakhir ia sudah merasakan sesuatu yang salah dengan hubungan mereka yang tak wajar itu. Hubungan itu terjadi memang akibat kekecewaannya yang mendalam terhadap Larasati ,kekasih yang menghianatinya. Pertemuan dengan Widya yang mempunyai masalah yang hampir sama, sakit hati yang sama membuat mereka lebih cepat akrab dan dekat. Namun perlahan Andi mulai sadar, kesalahan tak semestinya dibalas dengan kesalahan, balas dendam juga bukanlah suatu solusi namun ia tak mengingkari kedekatannya itu menumbuhkan benih-benih kasih disisi lain hatinya. Walau ia tak pernah mengakui itu secara terus terang dihadapan Widya. " Nggak usah terlalu dalam Wid...just be apart of our life, anggap saja hubungan kita salah satu episode dalam sandiwara kehidupan yang kita mainkan " Pinta Andi saat bersepakat dengan Widya untuk menjalani hubungan tidak terikat dengannya. Andi tersenyum kecut mengingat itu..." kata-kata itu hanya pantas keluar dari seorang bajingan...seharusnya bukan aku " pikirnya. Andi segera mengambil handphone yang berdering di sakunya....
" Hai...Apa kabarmu Mas ? Kok sombong sih...Dah lama nggak telepon-telepon aku..."
" Eh...Widya, apa kabar juga. Duh...maaf Wid, kamu kan tahu pekerjaanku...akhir-akhir ini aku sangat sibuk, jadi maaf bila aku tak sempat menghubungimu. Lagipula kamu sendiri mengapa tak menghubungiku ?"
" Ah..nggak enak sama kamu Mas, takut mengganggu..."
" Lho..kamu tahu kan kalau aku tak pernah merasa terganggu bila kamu yang telepon. Eh..kapan kita ketemu lagi ?"
" Mmm...sebenarnya aku memang ingin bertemu denganmu Mas tapi siang ini aku akan berangkat ke Surabaya untuk beberapa hari. Rasa-rasanya nggak tenang juga menunda apa yang ingin kubicarakan denganmu..."
" Ya sudah Wid..By phone it's oke aja kok ! Memangnya ada apa sih Wid ? Bicara saja...Kamu juga kan tahu kalau aku selalu siap mendengar kesahmu "
" Tapi yang ini lain Mas." Ucap Widya pelan seperti ada keraguan.
" Katakan saja Wid...aku siap mendengarkan...."
" Aku sudah punya seseorang Mas..."
" Seseorang..? Maksudnya..?"
" Yah...sesuai janjiku, aku ingin menyampaikan padamu bila aku kini mulai dekat seseorang. Aku merasa ia cukup baik walau aku belum tahu apakah ia sebaik kamu, namun aku merasa ia cocok untuk menjadi kekasih hatiku dan barangkali ia yang akan mendampingi hidupku kelak " Andi terhenyak.....Ucapan Widya dirasakannya bagai palu godam yang menghantam dada, sesak rasanya.
" Mas...kau dengar aku kan ? Semoga saja ini dapat menghapus semua kegundahan dihatimu..."
" Oh..i..iya Wid, maaf suaramu terputus-putus.." Ujar Andi menutupi keterkejutannya.
" Makasih Mas atas semua kebersamaan kita selama ini, waktumu juga perhatianmu tak pernah aku lupakan. Dan mungkin seperti yang pernah kamu ucapkan, kebersamaan kita akan menjadi episode yang paling manis dalam sandiwara hidupku. Itu tak akan bisa dan tidak akan pernah aku lupakan....Maafkan aku Mas, sebenarnya aku sayang kamu Mas " Ujar Widya terdengar sedikit terisak.
" Sudahlah Wid...tak perlu ada yang kamu risaukan. Aku yang seharusnya minta maaf karena aku  hanya dapat memberikan kebahagian semu selama ini, semoga kamu dapat menemukan kebahagian sesungguhnya dengan dia. Bahagiamu adalah bahagiamu juga..."
" Makasih Mas atas doanya. Ya sudah ya Mas... sampai ketemu di lain waktu...bye !"
" Bye Wid..."

Andi terpaku beberapa saat setelah nada sambung terputus, rasanya ia tak percaya dengan isi pembicaraan singkat itu. Seharusnya ia senang mendengar semua itu namun disisi lain ada rasa tak rela menggayut di benaknya, ia cemburu...." Mengapa secepat ini Wid ? " . Andi menarik napas panjang untuk meredam rasa gundahnya, rupanya ini yang membuat hatinya gelisah sejak tadi. Tapi rasanya ia tak pantas merasa kecewa, tak seharusnya juga ia merasa cemburu. Barangkali ini memang sudah digariskan, satu episode dalam sandiwara hidupnya harus berakhir sampai disini.



Selengkapnya...