" Hei..Aldi !, selamat ya..! laki-laki atau perempuan...?," sapa temannya Randy saat mereka berpapasan di pintu masuk.
* * * * * * * * * *
" Hei...!, bagaimana kabar anakmu..? sudah bisa apa sekarang..!?," tanya Yuda suatu pagi dan sedikit mengagetkan Aldi.
" Oh..kau Yud..!, ya alhamdulillah..sekarang sudah mulai belajar merangkak..,"
" Wah..cepat juga ya..!, eh..ngomong-ngomong aku mau membicarakan sesuatu, sibuk..nggak..?".
"Oh..nggak..!, tapi ada apa sih..sepertinya serius bener..?,"
" Serius sih..nggak, cuma setelah kupikir-pikir aku merasa ingin mencoba usul yang pernah kau utarakan beberapa waktu lalu, " ujar Yuda setengah berbisiksambil menarik tangan Aldi sedikit menjauh dari teman-temannya.
" Usul yang mana Yud..!?,"
" program bayi tabung..!,"
" Oh..yang itu, baguslah..!, tapi bagaimana dengan istrimu..?," tanya Aldi
" Dia sih..setuju-setuju saja, bahkan cukup antusias..," tapi sekarang aku butuh bantuanmu, masalahnya aku juga istriku belum mengerti benar proses dalam menjalani program bayi tabung itu. Bagaimana..kau bisa bantu..?"
" Wah..sebenarnya aku juga nggak tahu banyak tentang itu, bagaimana kalau kita cari tahu langsung di rumah sakit yang mempunyai fasilitas untuk program tersebut..!?" usul Aldi.
" Ya..aku setuju..!" ujar Yuda, dan merekapun sepakat sepulangnya dari kantor mereka akan singgah ke sebuah rumah sakit.
Dengan diantar Aldi, Yudapun akhirnya mengunjungi sebuah rumah sakit yang cukup ternama di ibukota untuk konsultasi dan mengetahui lebih jauh mengenai program bayi tabung seperti yang ingin mereka ketahui. Saat konsultasi dengan dokter yang menangani program bayi tabung, mereka mendapat penjelasan secara terperinci dan mendetail mengenai langkah-langkah yang harus dijalani dalam pelaksanaan program tersebut. Pada kesempatan itu, dokter juga mengatakan bahwa program ini belum menjamin seratus persen berhasil. Untuk itu dokter menganjurkan Yuda untuk menjaga kesehatan jasmani maupun rohani terutama kesiapan mental, dijelaskan pula bahwa langkah pertama yang akan dilakukan pihak rumah sakit yaitu mengadakan pemeriksaan untuk mengetahui tingkat kesuburan pasangan suami istri yang melaksanakan program tersebut, hal itu penting dilakukan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Karena sudah berada di rumah sakit maka segera saja ia memeriksakan tingkat kesuburannya tanpa menunggu istrinya yang mungkin baru akan diajaknya esok hari. Sedangkan Aldi yang semula berniat hanya untuk mengantar Yuda, entah iseng atau hanya dorongan untuk memenuhi rasa keingin tahuannya saja iapun ikut-ikut mendaftarkan diri untuk memeriksa tingkat kesuburannya juga.
Beberapa hari kemudian Aldi kembali mengantar Yuda beserta istrnya kembali ke rumah sakit tersebut selain untuk memeriksakan istrinya Yuda tapi juga ingin mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan beberapa hari yang lalu. Hari mulai beranjak siang, Yuda dan istrinya duduk di ruang tunggu setelah menyelesaikan sesi pemeriksaan dan kemudian menunggu Aldi yang saat itu mendapat giliran untuk bertemu dokter. Tak lebih dari setengah jam Aldipun keluar dari ruang dokter namun ada yang aneh dengan Aldi, wajahnya terlihat pucat pasi, raut mukanya seperti baru saja melihat sesuatu yang mengerikan dan kini ia terlihat seperti orang yang linglung. Tanya dan teguran dari Yuda dan istrinya seperti tak ia hiraukan, hanya menoleh sebentar lalu kemudian berlalu dengan langkah gontai namun sebentar kemudian Aldi melangkah lebih cepat dan setengah berlari meninggalkan Yuda dan istrinya yang saling berpandangan kebingungan. Dengan wajah muram Aldi meninggalkan rumah sakit itu dan kemudian tancap gas menuju ke rumah sakit besar lainnya, entah apa yang ia lakukan.
Keesokan harinya, dikantor perangai Aldi berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak seperti biasanya, ia menjadi seorang yang pemurung dan mudah tersinggung sehingga sama sekali tidak bisa diajak bergurau. Hal itu membuat teman-temannya di kantor menjadi bertanya-tanya apa sesungguhnya yang telah terjadi dengan Aldi, Yudapun bungkam saat ditanyakan perihal Aldi dan hanya mengangkat bahunya sambil menggeleng tidak tahu, bahkan Yuda sendiripun terlihat sekali berusaha menjaga jarak dengan Aldi sekalipun hanya untuk sekedar tegur sapa karena Yuda tahu betul sifat Aldi dan saat-saat seperti itu tak ada gunanya mendekati Aldi. Sedangkan Aldi terlihat lebih banyak membisu, hanya sepatah..dua patah kata keluar dari mulutnya itupun hanya seputar pekerjaan dan tak lebih dari itu. Keadaan seperti itu berlangsung beberapa hari, hingga sampai hari keempat tak seperti biasa Aldi datang agak pagi dan kemudian terlihat mengerjakan tugas kantor dengan tergesa-gesa. Setelah satu persatu teman kerjanya datang dengan segera ia merapikan berkas-berkas di meja kerjanya lalu iapun beranjak dari tempat duduknya dan pergi. Belum genap sepuluh langkah ia berpapasan dengan Yuda dan iapun pamit keluar kantor.
" Yud..aku keluar dulu..!", ujarnya
" Mau kemana Al..?, tanya Yuda tanpa sedikitpun mendapatkan jawaban. Yuda sebenarnya tak mau ambil pusing dengan sikap Aldi namun ia merasa ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba menjadi khawatir. Yuda tak tahu Aldi akan pergi kemana, rupanya Aldi menuju rumah sakit yang beberapa hari lalu ia kunjungi dan sengaja ia datang agak pagi karena ia ingin mengetahui lebih cepat apa yang ingin ia ketahui. Ternyata ia melakukan pemeriksaan ulang dan dirumah sakit lain tentang tingkat kesuburan dirinya, hasil pemeriksaan di rumah sakit pertama yang ia lakukan bersama Yuda membuatnya jengkel dan marah. " Tidak masuk akal..!?", pikirnya saat itu. Kini ia ingin pemeriksaan yang kedua hasilnya seperti yang ia harapkan dan menganggap hasil dari pemeriksaan yang pertama adalah bohong belaka.
Saat tiba gilirannya keruangan dokter, dadanya berdegup kencang. Kakinya tiba-tiba menjadi berat untuk melangkah, rasanya ia tidak siap mendengar kemungkinan terburuk dari hasil pemeriksaan yang sebenarnya ia tunggu-tunggu sejak beberapa hari yang lalu. Namun seperti halnya pada saat menerima hasil pemeriksaan yang pertama, sekeluarnya Aldi dari ruang dokter terlihat wajahnya memerah, samar-samar terlihat air mata menggenangi pelupuk matanya lalu iapun berlalu meninggalkan ruang dokter. Sejenak ia berhenti dan duduk di bangku ruang tunggu, matanya menerawang kelangit-langit entah apa yang ia pikirkan. Sebentar kemudian ia meremas-remas rambut dikepalanya, terlihat sekali ia menahan geram, sesal serta amarah yang meluap-luap lalu ia beranjak dan melangkah gontai menyusuri lorong rumahsakit. Sambil melangkah ia mengeluarkan handphonenya dan menghubungi Yuda. Yuda yang memang sedari tadi terlihat gelisah menunggu kabar dari Aldi segera mengangkat handphonenya.
" Yud..aku minta maaf.., sampaikan juga maafku ke temen-temen yang lain..!", ucap Aldi dengan nada agak tersenggal menahan sesak didadanya.
" Maaf..?, tunggu..tunggu..! apa yang harus dimaafkan Al..!?", tanya Yuda bingung. Tapi Aldi meneruskan ucapannya tanpa menghiraukan apa yang ditanyakan Yuda.
" Sampaikan juga pada istriku dan katakan padanya bahwa aku tak siap dan tidak bisa menjadi ayah dari anak-anaknya..", ujar Aldi lagi. Sesaat Yuda sempat terperangah mendengar ucapan Aldi itu.
" Lho..maksudmu apa Al ?, anaknya..anakmu juga kan..!?".
" Tidak Yud..!, mereka bukan anakku..!".
" Eh..tunggu Al..!, apa..?", terlambat..Aldi sudah mematikan handphonenya, Yuda mencoba menghubungi kembali tapi tak dijawab. Yuda sedikit agak panik, hatinyapun kembali was-was dan kegelisahan Yuda sempat terbaca oleh teman-teman sekantor, merekapun bertanya-tanya dan ingin tahu apa yang sebenarnya dialami Aldi karena mereka sempat menguping pembicaraannya tadi namun Yuda masih berusaha menutupinya.
Tepat pukul 11.00 siang, disalah satu sudut ruang kantor beberapa karyawan terlihat serius menyaksikan breaking news dari salah satu stasiun televisi swasta yang menayangkan langsung berita kecelakaan mobil dari tempat kejadian. Kecelakaan menimpa sebuah mobil Toyota corona yang jatuh terguling dari atas jalan tol Tanjung Priuk. Menurut beberapa saksi mata yang diwawancarai, mobil melaju sangat kencang dari arah Tanjung Priuk ke arah cawang. Sebelum jatuh dan terguling, mobil sempat menyerempet sebuah truk didepannya lalu mobil oleng kekiri dan kemudian mobil berguling-guling beberapa kali hingga akhirnya melompati pagar beton jalan tol dan meluncur deras kebawah jalan tol dan jatuh persis ditengah jalan protokol. Yuda terkesiap menyaksikan tayangan itu, dilihatnya mobil itu persis sekali dengan mobil milik Aldi walaupun tak terlihat lagi bentuknya karena sudah dalam kondisi rusak parah. Dengan berdebar-debar ia menunggu kamera memperlihatkan plat nomer kendaraan itu untuk memastikan bahwa itu benar-benar mobil Aldi.
" Astaga..!!, itu Aldi..!", ujarnya setengah berteriak. Teman-teman yang lainpun terperangah, lalu tanpa basa-basi Yudapun berlari keluar kantor.
" Aku ikut Yud..!", ujar salah satu temannya, dan dalam sekejap ruang kantor menjadi ramai dengan isak tangis teman-teman Aldi setelah mereka juga yakin bahwa yang mengalami kecelakaan itu adalah Aldi teman sejawat mereka. Selang beberapa menit kemudian, Yuda dan Budi sampai ditempat kejadian yang kebetulan letaknya tak begitu jauh dari kantor mereka di daerah Tebet. Di sekeliling tempat kejadian sudah banyak orang berkerumun menyaksikan kecelakaan tragis itu, arus kendaraanpun menjadi macet karena kendaraan itu jatuh persis di tengah jalan protokol. Terlihat beberapa petugas berusaha keras mengeluarkan pengendara mobil dengan memotong badan mobil karena pengemudinya dalam keadaan terjepit didepan kemudinya dan sulit untuk ditarik keluar. Yuda mencoba merangsek kedepan mendekati mobil itu namun di halang-halangi seorang petugas.
" Itu teman saya pak..!" ujar Yuda sedikit histeris.
1 komentar:
hallo nur...
cerpennya bagus... saya ga' nyangka lho bahwa yang mandul itu aldi...
klo bisa kapan2 cerpennya dikirim ja ke media, percaya deh... ni bagus, jangan minder sebelum mengirimnya, ok!
salam hangat
Radinal Mukhtar Harahap
Kontributor menuliskreatif.osolihin.com
Posting Komentar