Sahabat...
Bagai bisikan angin nan lembut
Suara mesin itu kudengar..
Bagai nyanyian jangkrik
Deru kendaraan itu kudengar..
Bagai kicauan burung-burung
Jerit tangis dan canda riang bocah-bocah..kudengar
Aku terhempas di rimba kesunyian
Jiwaku kembali terbingkai sepi..
Sahabat...
Langkahku tertatih di sela rimbunnya onak berduri
Terlalu banyak nista yang kuhirup
Terlalu banyak dusta yang kutelan
Meracuni darahku..menyayat urat-urat nadiku
Aku limbung..aku terhuyung..aku terhempas
Di lumpur hidup kehampaan
Berontak hanya kan membuatku makin tenggelam
Kucoba bertahan dalam diam
Sahabat...
Ijinkan penaku menyapamu
Ijinkan hatiku bernyanyi dalam penjara sepi
Ijinkan aku tenggelam dalam senyuman
Hujan Lentik di akhir Desember
4 tahun yang lalu
5 komentar:
dan biarkan aku mampir untuk mengusir sepimu dg komentarku ini. he he he...
makasih mba, dah mau mampir..
singgah lagi. meresapi arti puisi ini.
selagi kita masih normal (makhluk sosial), maka sahabat memang sangat berharga bagi kita, tanpanya pasti ada yang kurang!!!
Ya..! pastinya memang begitu. saya senang dapat sahabat walaupun lewat media ini. Paling tidak saya dapat tersenyum melalui tulisan
Posting Komentar