Priambodo duduk termenung didepan kamar bungalow yang disewanya. Memandangi wanita cantik yang masih tergolek ditempat tidur tak mampu menghapus segala kegundahan yang ada dihatinya. Asap rokok yang menggulung-gulung diatas kepalanya, mengingatkan dia akan percakapannya dengan Dudi sahabatnya. Entahlah...mengingat itu ia tak kuasa menahan air mata yang merambat pelan menelusuri pipi...
" Sabar Pri...ini mungkin hanya cobaan buatmu " Ujar Dudi dengan nada pelan.
" Sabar katamu...!? tidak semudah itu Dud. Kamu tidak merasakannya..tapi aku, aku yang merasakannya. Coba kau bayangkan...mawar yang kutanam, kusiram dan kurawat dengan begitu saja membiarkan duri-durinya luruh lalu runtuh dan kemudian membiarkan tangan-tangan lain menjamahnya...menikmatinya. Tidak-tidak..! bagiku itu bukan cobaan. Aku lelaki...! dia bukan saja menghianati kepercayaanku tapi dia juga menginjak-injak harga diriku..." Balas Priambodo sambil berusaha menahan amarahnya.
" Aku mengerti Pri...siapapun akan sakit bila merasakan hal itu, bukan hanya kamu. Tapi segala sesuatunya telah terjadi, mungkin ini suatu kesempatan buatmu instrospeksi diri...memperbaiki kekurangan "
" Ya..kuakui, memang begitu banyak kekurangan yang ada pada diriku. Tapi pantaskah kekurangan-kekurangan yang ada itu dijadikan alasan dan pembenaran atas penghianatan yang ia lakukan ? Bukankah sebagai pasangan harus saling melengkapi ?"
" Kamu benar Pri...kamu benar. Aku juga tak tahu harus bicara apalagi, tapi sebagai sahabat aku ingin yang terbaik buatmu. Namun melakukan perselingkuhan untuk membalas perselingkuhan aku kira bukan jalan yang terbaik dan aku rasanya juga ngga yakin, apakah dengan jalan itu kamu bisa merasa puas ? apakah dengan itu kamu merasa dendammu dapat terbalas. Lagipula aku khawatir, suatu saat anakmulah yang akan menjadi korban perbuatan kalian ?"Sambung Dudi. Priambodo terdiam, ia merasa apa yang diucapkan Dudi ada benarnya. Sampai saat ini rasa sakit hatinya tak jua terobati, walau beberapa wanita silih berganti menemani pelarian hatinya. Dendam ini tak jua terbalas !. Priambodopun tersentak saat ingat anaknya. Hanya karena dia, belahan jiwanya...ia masih mempertahankan bahtera yang kini telah rapuh. Hanya karena dialah ia masih mau berpeluh mengayuh bahtera yang layarnya telah compang-camping.
" Coba sholat Pri...aku yakin, hanya berkomunikasi denganNYA lah...hatimu akan menjadi tenang. Bertobatlah...sebelum terlambat " Ujar Dudi lagi sambil menepuk-nepuk bahunya.
Air mata kembali mengalir dipipinya " Maafkan aku... ! aku belum bisa. Entah sampai kapan...dendam ini akan kubawa. Aku tak tahu....."
13 komentar:
serem...dendam terus ih.
Tumben singkat postingannya...?
hihihihihihihi,,,,
dendam yg ga ada abisnya itu ga baek....
Daripada dendam mending nge game.. :p
di hianati,emang sangat melukai.Tapi kalau balas menghianati ya gak tahu ya?jadinya saling menghianati dong...
Dendam yg tak juga berakhir...
Ternyata..., upaya balas dendam kesekian kalinya tak juga membuatnya merasa puas ya..?
dendam itu itu ga akan ada habisnya
bukan kepuasan yg didapet tp malah penyesalan
met malam. bawain kue bolu keju
Ga sabar nunggu cerita baru....
@ Mas Radithya : Lagi ngga ada ide nih mas, bisa bantu...? he..he
cerita ini agk serem, tp inspiratif bgt. so meaningful dah. award bwt bang Noor...
thanx, bang. iya, lg siap2, n harus bner2 siap nih... mohon doanya... semoga diterima di TNI-AL tahun ini...
dendam itu gak baik lho. bawain kue pastel.
Posting Komentar