Biduk itu pernah terhempas dan karam ditengah pekik riang camar-camar yang iri hati.
Gemetarku menahan luka yang teramat perih, tambal dinding asa yang mulai menganga dan selamatkan tunas kelapa dari amuk samudera.
Beruntung angin bertiup ramah, bujuk air mata dan keringat darah untuk tetap bersemayam di raga.
Walau hembusnya pada layar terkoyak, bawa biduk menembus samudera tak tentu arah.
Ah, gelombang itu kembali hempaskanku...
Di hamparan pasir hitam penuh kerikil dan beronak.
Kuyup menggigil menahan dingin dan perih dalam jiwa.
Mengapa samudera tak jua ramah? bahkan jejak langkah tertatihkupun hilang tersaput riak.
Kini, rasanya biduk itupun enggan kukayuh
Tinggalkan ku termenung menatap mentari jingga tenggelam di garis samudera.
Biarkanku sendiri kumpulkan buih-buih asa di hari yang mulai pekat dan..gelap.
Hujan Lentik di akhir Desember
4 tahun yang lalu
8 komentar:
aduh, kok aku jadi ikutan ngerasain perihnya terhempas ya..?
hmm...sedang menebak. apa lagi ada kata biduknya. hmm....'sok tau mode on'
hempasan itu selalu menyakitkan..tapi sinar mentari kan membangkitkan segala sakit dan perihnya
waduh lama gak kesini ... ternyata ada yg terhempas.... pengen bantuin tapi gimana caranyanya.... bantu do'a aja semoga semua nya cepat berlalu dan digantikan dengan yg membahagiakan
loh bang terhempas kemana
yoo bertahann bang hehe :D
hmmm....dingin terasa....
Akupun terhempas
Biarlah ku terhempas...
Posting Komentar