DIMANA RASA ITU.....

Kamis, 30 Desember 2010

Kubiarkan hembus angin petik dawai-dawai kerinduan
Jari jemariku terlalu letih mengais asa
Rasa ku telah terjerembab di sudut-sudut kematian
Pahit dan manis tak dapat lagi kukecap
Hambar selimuti dinginnya hati

Kemana semua rasa itu....?
Bagai pudar tersapu badai nestapa
Bagai terbang terbawa angin sembilu
Bagai terlarung dalam lautan kenistaan
Bagai terkubur dalam lumpur keputus-asaan

Dimana rasa itu......?
Selengkapnya...

KATAMU........

Jumat, 24 Desember 2010

Katamu......
Hembusan angin membawamu kepadaku
Membias dan telusuri lekuk wajah yang membeku
Mengetuk-ngetuk dinding hati yang membatu
Mengusap kalbu yang lebam membiru

Katamu.....
Hadirmu bagai ungu dikala senja
Ikuti kehendak mentari hiasi cakrawala di penghujung hari
Tak kuasa undurkan diri perlahan menuju peraduan
Entah kapan walau kau berjanji tuk kembali

Katamu.....
Tunggu aku bila kau mau
Selengkapnya...

MENGGALI POTENSI DIRI

Sabtu, 11 Desember 2010

" Kapanpun...Dimanapun..seseorang dilahirkan, orang itu dilahirkan sebagai pemenang. Tinggal bagaimana orang tersebut dapat menggali potensi yang ada pada dirinya " ( Quote yang pernah saya lihat dan dengar dari TV One )

Ada yang menarik ketika saya melihat acara itu, saya agak lupa tepatnya kapan tapi yang pasti di acara tersebut saya mendengar sebuah cerita yang sangat memotivasi, membuat saya termenung dan bertanya-tanya...Apakah saya punya potensi ? Lalu apakah potensi dalam diri saya sudah tergali ?.
Nah cerita dalam acara itu sebagai berikut :
Dikisahkan ada seorang pengemis di negara Perancis yang pekerjaan sehari-harinya hanya berharap dari belas kasihan dari orang lain, ia berjalan selalu menunduk karena berharap suatu saat menemukan barang berharga atau uang yang tercecer di jalan. Pada suatu hari dia datang ke sebuah Festival yang segala sesuatunya harus dibayar dengan uang, tapi ada sebuah tenda dimana seseorang bisa mendapakan ramalan secara gratis. Masuklah si pengemis ke dalam tenda dan kemudian sang peramal mengatakan bahwa seharusnya dia ( si pengemis ) bukanlah orang yang miskin karena garis tangan dan tanggal lahirnya sama dengan Napoleon Bonaparte. Si pengemis tidak percaya apa yang diucapkan sang peramal tapi ketika ada festival lain dan juga bisa mendapatkan ramalan gratis, sang peramalnya mengatakan hal yang sama dengan peramal sebelumnya. Sejak saat itu si pengemis mulai berubah, ia mulai memperbaiki sikapnya, pola pikirnya dan coba mengenali potensi yang ada dalam dirinya lalu berbuat sesuatu dengan potensi itu dan kemudian membuatnya menjadi orang yang lebih baik juga sukses. ( Entah benar atau tidak, saat itu sang narasumber dalam acara itu juga mengatakan bahwa si pengemis itu sempat menjadi orang terkaya ke 4 di Perancis )

Cerita tersebut rasanya bukan mengajarkan kita untuk percaya pada sebuah ramalan, tapi menganggap ramalan tersebut sebagai sebuah sugesti positif bagi diri kita untuk mengenali dan menggali potensi yang ada dalam diri lalu memanfaatkan potensi tersebut sebaik-baiknya.
Bagaimana dengan sahabat, apakah potensi dalam diri anda sudah benar-benar tergali ?
Selengkapnya...

HAMPA.............................

Jumat, 05 November 2010

Play and feel it....


Sayangku...........

Entah darimana aku memulai, lidahku begitu kelu untuk ungkapkan semua rasa, tanganku bergetar untuk bisa lukiskan perasaanku saat ini. Garam yang kautabur diatas lukaku kini mulai terasa perih menusuk walau kucoba menahan pekik namun tak bisa kuhindari air mata yang mulai menetes. Sayangku.....Aku tak mau lagi menghiasi bibirku dengan umpat dan cacimaki, akupun tak mau hanya karena ini aku meletakkan amarah pada ujung-ujung jari. Aku sudah lelah menghapus noda-noda di kanvas cinta kita, aku sudah letih simpan bara api amarah, dendam dan kebencian dalam lubuk hati. Rasanya sia-sia saja aku mencoba cairkan hati yang dulu sempat beku dan membatu....kini semuanya tak ada gunanya lagi.

Sayangku...........
Rasaku padamu tak pernah mati dan tak akan pernah mati. Walau tiap detik lenguhan manjamu pada yang lain terus mengiang ditelingaku, racuni otakku dan bayangi langkah-langkahku. Selalu kuhindari tarian keputus asaan yang terus menggodaku tapi tak bisa kuhindari pasrah yang datang menyergap dengan nyanyian sendu dan mulai berharap malaikat datang menjemput kesendirianku. Lakukan saja apa yang mau...kejar apa saja yang kau inginkan dan tak perlu kauhiraukan aku. Aku kan dapat bertahan walau hati penuh sayat, namun pintaku...jauhkan kabut pekat beracunmu dari dahan dan kelopak bunga-bunga yang kita tanam. Mereka masih begitu rapuh.

Sayangku..............
Dinding hati ini kembali buram dan hampa, namun tak akan kuhapus bercak bertuliskan namamu. Biarlah tetap bersemayam disitu. Apa yang telah kau lakukan dan apa yang akan kau lakukan kan kuanggap guratan pena pada nisan dari hati yang akan mati. Aku hanya berharap...kau masih mau bergandeng tangan merawat mawar-mawar yang kita tanam lalu saksikan mereka tumbuh dan berbunga...tebarkan harum yang menyejukkan jiwa. Sayangku....hanya itu yang kuinginkan.
Selengkapnya...

ENTAH BAGAIMANA CARANYA...?

Rabu, 13 Oktober 2010

Entah bagaimana caranya rasa itu datang kembali
Entah bagaimana caranya kasih yang terkubur perlahan mulai bangkit
Entah bagaimana caranya kenangan itu kembali mengusap dinding hati yang mulai kusam

Tatapan matamu kembali menghujam jantungku
Senyum manismu bagai tuak yang kembali memabukkanku
Harum wangi tubuhmu kembali membiusku
Kini kau hadir kembali di depan mataku
Walau tubuhmu hanya bisa kupeluk dengan tatap dan senyuman
Dadaku bertabuh ikuti irama langkah tertatihmu
Hadirmu bagai lilin yang menerangi malam lalu perlahan mulai redup seiring langkahmu yang kian jauh

Tak bisakah kau berhenti sejenak tuk genggam tanganku dan rasakan rapuh kulitku
Tak bisakah kau berhenti sejenak tuk rasakan gemuruh didadaku
Tak bisakah kau berhenti sejenak tuk dengarkan kata yang tak pernah terucap dari bibirku
Aku mencintaimu....sangat mencintaimu
Tapi kau telah berlalu
Kini entah bagaimana kuungkapkan isi hati


" Kek....! Kok..bengong sih ? Nenek yang tadi lewat itu siapa ? " Selengkapnya...

NURANI TIKUS

Selasa, 14 September 2010

Disebuah hutan rimba yang luas dan subur, para satwa terlihat mulai gelisah. Hal itu disebabkan karena wakil-wakil dari satwa yang mereka pilih untuk menyampaikan aspirasi mereka kini semuanya telah berubah jadi tikus-tikus berkepala besar ( mau menang sendiri ), bertelinga tebal ( tidak mau mendengar ) dan berhidung kecil ( kepekaan sosialnya rendah ). Dari gajah yang dulu bijaksana, kura-kura yang alim dan pendiam kemudian kancil yang pintar, kini semuanya berubah menjadi tikus-tikus yang rakus. Tak ada yang berani menentang mereka tak terkecuali singa si raja hutan, para satwa jelata maklum dan berpikir " Barangkali sang singa takut bila mengusik tikus-tikus, mereka malah akan menggerogoti makanannya ". Dan kini, penguasa rimba seakan-akan bukanlah sang singa tetapi para tikus.

Para tikus mempunyai lubang ekslusif ditengah rimba. Disanalah mereka berkumpul, semula untuk membuat langkah-langkah mensejahterakan satwa-satwa yang telah memilih mereka tapi kini di lubang itu hanya menjadi tempat mereka mencicipi butir-butir upeti dari para satwa. Lubang itu terlihat begitu sepi saat membahas masalah-masalah yang dihadapi para satwa tetapi sekejap menjadi begitu ramai saat pembagian jatah upeti. Sering terdengar adu argumen, gontok-gontokan atau bahkan baku pukul untuk memperebutkan upeti atau menghujat kejelekan-kejelekan dari kelompok tikus yang lain. Para satwa jelata hanya bisa mengurut dada.

Kini para tikus berencana membuat lubang baru yang lebih besar, lebih mewah serta dilengkapi fasilitas-fasilitas yang serba lux. Para satwa mulai menjerit, mengaduh, mengerang bahkan menghiba agar niat itu dibatalkan. Mereka khawatir, upeti-upeti yang diminta akan lebih besar dan banyak lagi. Tapi para tikus tak mau mendengar. Dikepala mereka sudah terbayang, datang kelubang bisa berleha-leha sambil berenang. Dalam kamar yang luas dengan diam-diam bisa juga memelihara gundik atau ruangan yang sejuk bisa melancarkan negoisasi dengan para koruptor. Bahkan satwa-satwa dari rimba tetangga yang telah menghina martabat dan secara agresif mulai merampas jengkal demi jengkal tanah rimba tak mereka hiraukan, tak satupun dari para tikus itu yang berteriak, berargumen seperti saat mereka membela kepentingan kelompok mereka.

Para satwa jelata memendam amarah, bahkan ada yang berteriak...
" Jangan hanya lubang yang besar, perabot lengkap atau kolam renang ! sekalian saja buat kompleks pemakaman, biar kalau mati tak usah lagi merepotkan para satwa jelata !!"

Apakah para tikus-tikus itu masih punya nurani ?
Selengkapnya...

DITEPI WAKTU

Sabtu, 28 Agustus 2010

T'lah kuhirup selaksa debu di terik siang
T'lah kuhisap manisnya temaram malam
T'lah terjatuhku di jalan terjal berbatu
T'lah terhempasku oleh ganasnya gelombang samudera waktu

Saat terlihat aksara menari tanpa makna
Saat mahkota mulai memudar dan memutih
Masihkahku diijinkan menunggu mawarku tumbuh dan berbunga
Masihkahku diijinkan menjaga kuncupnya yang mulai berbuah
Masihkahku diijinkan menyapaMU lalu terpejam diharibaan dengan senyuman Selengkapnya...

TAK JUA SIRNA

Kamis, 05 Agustus 2010

Penat kurasa, sirami benih-benih kasih yang tak jua tumbuh
Lelah hati, cabuti gulma keraguan yang tumbuh subur
Aroma yang kuhirup hanya hanya dendam dan kebencian
Dusta dan kebohongan racuni air yang kuteguk

Tak kuingkari kini kusetengah hati
Duri yang tertancap dihati masih tersisa
Luka tergores relakan tetes darah bawa serta empati larungi telaga sunyi
Tak bisa kuelak debur ombak mengikis batu karang
Tak bisa kuhapus aksara dalam kata
Sakit yang kurasa tak jua sirna

Tak kuharap keindahan hiasi mimpi malam
Aku hanya ingin terpejam dan terlelap barang sejenak
Bertukar pedih dengan kelembutan pembaringan Selengkapnya...

KURELAKAN DIA BAHAGIA

Kamis, 29 Juli 2010


Sore ini langit terlihat mendung, rintik-rintik hujan yang turun sejak siang hari masih saja menghiasi langit. Mataharipun seakan telah kembali ke peraduan yang berselimutkan awan gelap. Ferdi duduk terpaku diatas kursi rodanya, matanya menatap lurus ke arah kolam-kolam ikan yang letaknya tak jauh dari pondok kecilnya. Rintik-rintik hujan yang jatuh diatas permukaan kolam menimbulkan riak-riak kecil yang tak henti bergerak, terus memendar dan menyebar keseluruh permukaan kolam. Ferdi menaikkan resleting jaket yang dikenakannya sampai sebatas leher, coba menghindari semilir angin dingin yang coba menelusup dan mencari celah untuk bercumbu dengan pori-pori kulitnya. Lalu ia mengusap-usap pipinya untuk mendapat sedikit kehangatan namun saat mengusap bekas luka yang ada dipipi kanannya, Ferdi malah teringat peristiwa yang tak akan pernah bisa dilupakannya. Peristiwa yang kini membawanya duduk disini, diatas kursi roda ini. 

Braaakkkkk....!!! Suara hantaman terdengar begitu keras dan menghentak warga yang ada disekitar. Sontak wargapun berhamburan mendekati asal suara dan mencari tahu apa yang terjadi. Rintik-rintik hujan gerimis yang mulai terasa bertambah deras tak menghalangi keingin tahuan mereka. Terlihat sebuah kijang Innova ringsek dan hampir tak berbentuk, teronggok dipinggir rel kereta api tak jauh dari pintu perlintasan kereta api. Bagian depannya hancur dan terlihat seorang pengemudi terkulai lemas dengan darah membasahi sekujur tubuhnya. Tubuh dan kakinya terhimpit bagian depan yang ringsek dan butuh hampir 2 jam untuk mengeluarkan tubuhnya dari dalam kendaraan.
" Tidak..tidak, ini tidak mungkin. Tidaaaakkk...!!" Teriak Ferdi histeris sambil meronta-ronta, setelah mengetahui kedua belah kakinya diamputasi sampai sebatas lutut. Ibunya hanya bisa menangis sambil memeluk tubuh Ferdi. Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain, semua larut dalam kesedihan. Hanya ayah Ferdi yang terlihat lebih tabah dan terus mencoba menenangkan Ferdi dengan menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi.

Waktu 3 bulan rasanya terlalu singkat bagi Ferdi untuk bisa menerima kenyataan pahit yang harus dialaminya. Ia begitu shock dan tak siap menerima semua itu, berjuta tanya selalu menghantui benaknya. Bagaimana kehidupannya kelak ? Bagaimana pekerjaannya juga masa depannya ?. Padahal dengan kerajinan serta ketekunannya dalam bekerja, ia baru saja menerima promosi jabatan di kantornya. Namun kini semua berantakan. " Ini semua gara-gara kamu Hen..!!" Umpat Ferdi saat pertama kali menyadari dirinya sudah cacat. Wajar jika Ferdi berpikir seperti itu karena sebelum kejadian ia sempat bertengkar hebat melalui telepon dengan Heni kekasihnya. Lalu iapun terburu-buru membawa kendaraan untuk menemui Heni dan dalam perjalanan ia tak menyadari telah menerobos pintu perlintasan kereta api sehingga terjadilah kecelakaan itu. Namun kini ia menyadari rasanya tak pantas menyalahkan Heni, ia sama sekali tak bersalah. Barangkali pertengkaran dengan Heni hanya merupakan media untuk Ferdi menemui takdirnya dan barangkali pula memang sudah takdirnya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kedua kakinya buntung atau cacat. Sekarang, perlahan Ferdi mulai membangkitkan semangat hidupnya. Ia bertekad menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya. Ferdipun mencoba menghapus bayang-bayang keraguan akan masa depannya, menghapus bayang-bayang masa lalu. Mencoba melupakan cintanya dan melupakan Heni. " Biarlah..ia tak perlu tahu apa yang terjadi padaku. Rasanya aku sudah tak pantas dan layak untuknya dan biarlah ia menemukan kebahagiaan walau bukan aku yang ada disisinya kelak. Walau ia tahu, cinta tidak semata-mata diukur dari fisik seseorang namun ia tak mau berharap. "Barangkali lebih baik begini, baik untukku juga baik untuknya " Gumam Ferdi dalam hati.

Dan kini Ferdi mencoba untuk mulai menikmati kehidupan barunya. Mencoba menyepi dan menjauh dari hiruk-pikuk ibukota dengan membeli sebidang tanah di suatu daerah yang sejuk nan asri. Sebenarnya ini sudah lama diidam-idamkannya, tinggal didaerah yang sejuk, sepi dan jauh dari keramaian. Mendengar gemericik air dari sungai yang mengalir begitu menentramkan jiwanya. Suasana seperti itu membantunya untuk mengeluarkan ide-ide yang ada dalam benak untuk dijadikan sebuah tulisan, satu hoby yang kini mulai mengisi hari-harinya. Selain itu, dengan dibantu beberapa karyawannya ia membuat beberapa kolam ikan sebagai sumber penghasilan. Bagi Ferdi, apapun akan dilakukannya dan cacat ditubuh tak akan menghalanginya untuk berbuat sesuatu.

* * * * * * 

Sambil bersandar di jok mobilnya yang lembut, Heni memandangi pemandangan yang dilewatinya. sesekali ia tersenyum dan melirik Kusuma, suaminya yang sedang mengendarai mobil. Heni memang terlihat begitu sumringah karena hari-harinya sebagai pengantin baru selalu diisi dengan kebahagiaan, setidaknya itu yang dirasakannya kini. Apalagi ia merasa sangat beruntung memiliki seorang suami yang lembut dan penuh perhatian seperti Kusuma. Barangkali memang pembawaan dari suaminya itu yang berprofesi sebagai seorang dokter yang kesehariannya harus bersikap sabar dan perhatian terhadap pasien-pasiennya. Hari ini Kusuma mengajak Heni memancing, padahal ia sendiri sama sekali tidak mempunyai hoby memancing. Kusuma hanya ingin menyenangkan hati Heni karena ia tahu istrinya itu sangat suka memancing. Sedangkan bagi Heni, sebenarnya memancing justru mengingatkannya pada sosok Ferdi. Mantan kekasih yang meninggalkannya begitu saja tanpa kabar juga pesan, dan karena Ferdilah ia menyukai dan mendapatkan kesenangan dari memancing. Tapi Heni tak mau larut dalam kenangan itu.
" Memangnya mau memancing dimana sih mas, masih jauh ya ?" Tanya Heni sambil mencoba mengalihkan ingatannya.
" Ooh..nanti kita memancing di tempat temanku, Mas Anton namanya. Tenang saja...ngga lama lagi sampai kok, tempatnya juga enak. Aku jamin kamu akan kerasan disana " Jawab Kusuma sambil tersenyum dan disambut senyum pula oleh Heni yang coba kembali menikmati pemandangan. Dan tak lama kemudian mereka pun sampai ditempat yang dituju.
" Nah..kita sudah sampai ! coba kamu lihat, sudah banyak terlihat pemancing disana" Ujar Kusuma pada Heni. Heni tak langsung menjawab, matanya menatap beberapa pemancing yang duduk menghadapi jorannya bahkan ada yang terlihat sedang menarik jorannya karena kail telah mendapatkan ikan. Senyum Heni mengembang, rasanya ingin segera ia merasakan sensasi menarik ikan seperti yang pernah ia rasakan dulu.
" Pagi pak..! bisa bertemu dengan Mas Anton..?" Tanya Kusuma pada seorang lelaki yang sedang berdiri mengawasi para pemancing.
" Oh..Pak Anton, beliau ada disana mas..! Nah..itu yang sedang memberi umpan ikan.." Ujar lelaki itu sambil mengarahkan jari telunjuknya. Heni menatap kearah yang ditunjuk, ia melihat seorang lelaki yang duduk diatas kursi roda  sedang melemparkan sesuatu kearah kolam ikan.
" Temannya Mas Kusuma, yang itu mas ?" Tanya Heni penasaran karena tak menyangka teman yang dimaksud adalah seorang yang cacat.
" Ya..itu Mas Anton ! Anton Ferdiansyah lengkapnya. Dulu ia pasienku, kebetulan aku yang menanganinya saat ia mengalami kecelakaan. Dan kebetulan pula aku sangat kagum akan semangatnya karena dengan segala keterbatasan yang ada pada dirinya, ia tak putus asa dan gampang menyerah.." Jelas Kusuma sambil menggandeng tangan Heni untuk menghampiri orang yang dimaksud. Heni sedikit terkesiap dan hampir saja menghentikan langkahnya saat mendengar nama Anton Ferdiansyah, nama itu seperti akrab ditelinganya. Dan hatinya terus bertanya-tanya bahkan sampai mereka persis dibelakang lelaki itu.

" Selamat pagi Mas Anton..!" Sapa Kusuma ramah. Lelaki yang disapa perlahan menolehkan kepalanya dan memutar kursi rodanya. Heni terkesiap dan terpaku, Ferdi...? rasanya tak percaya ia dapat melihat kembali wajah yang begitu dikenalnya. Iapun langsung bergidik ngeri melihat parut diwajahnya dan bertambah terkejut ketika melihat kedua belah kakinya buntung sebatas lutut. Mengapa Ferdi ? Apa yang terjadi ? Pertanyaan yang langsung menghiasi benaknya. Terkejut karena pertemuannya kembali dengan Ferdi dan juga shock melihat keadaannya, membuat Heni limbung dan kemudian tak sadarkan diri. Ferdi hanya bisa terpaku melihat itu karena iapun tak menyangka sama sekali bisa bertemu dengan Heni kembali, namun hanya satu yang diharapkannya.... " Semoga Kusuma hanya menganggap Heni pingsan karena shock melihat fisikku dan bukan shock karena bertemu kembali denganku mantan kekasihnya, dia tak perlu tahu itu. Aku tak mau merusak kebahagiaan mereka " Gumam Ferdi dalam hati.

Cerpen ini sengaja dibuat untuk mengikuti kontes yang diadakan oleh  Sang cerpenis yang di dukung oleh VIXXIO  , untuk menyambut postingan mba Fanny yang kini hampir mencapai 1000 postingan.

Seandainya menang, saya pilih novel Larasati ( Pramoedya Ananta Toer ). Biar bisa belajar menulis yang baik dari seorang sastrawan hebat.

Bagi sahabat-sahabat yang ingin ikut, silahkan mampir Di Sini.  
Selamat beraktivitas....salam hangat selalu.

Selengkapnya...

BIBI SUMIRAH ( 2 )

Rabu, 07 Juli 2010

Tidak seperti biasanya, malam ini selepas Maghrib para jamaah baik bapak-bapak atau ibu-ibu yang melaksanakan sholat berjamaah tidak langsung kembali ke rumah tak terkecuali bibi Sumirah.  Mereka duduk bersila berhadapan dengan pak haji Sunardi sesepuh kampung yang juga selalu menjadi Imam saat sholat berjamaah. Saat ini disisi pak Sunardi duduk seorang pemuda yang berhias jenggot dan brewok yang tercukur rapi diwajahnya, senyum yang selalu menghias dibibirnya mengesankan kalau dia adalah seorang yang ramah.

" Saudara-saudara, malam ini  kedatangan  tamu . Rasanya kita merasa beruntung karena saudara kita yang ada disamping saya ini adalah seorang ustaz, barangkali beliau juga tidak berkeberatan untuk berbagi ilmu  yang kita harapkan dapat meningkatkan kualitas keimanan kita. Silahkan pak ustaz.." Ujar pak haji Sunardi. Anak muda yang dipanggil ustaz itupun tersenyum.
" Terimakasih pak haji atas kesempatannya. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang saya hormati, saya amat tersanjung disebut sebagi ustaz tapi terus terang saya bukanlah ustaz seperti yang pak haji sebutkan. Ilmu agama saya rasanya belum cukup kuat untuk menyandang gelar seberat. Saya memang sempat mengenyam pendidikan di pesantren tapi sebenarnya belum selesai.." Ujar lelaki itu sambil mengumbar senyum. Para jamaahpun ikut tersenyum, kemudian ada beberapa diantara mereka yang saling berbisik. Entah apa yang mereka bisikkan ? mungkin cara lelaki itu berbicara, perawakan lelaki itu atau mungkin juga penampilannya.
 " Bapak-bapak...ibu-ibu, saya berada disini sekali lagi bukan untuk berceramah karena sekali lagi saya berterus terang kalau ilmu saya belumlah cukup untuk itu. Saya hanya ingin mencoba menyampaikan kisah hidup saya yang bagi saya itu terasa sangat pahit. Mudah-mudahan kisah yang saya sampaikan nanti dapat mengandung hikmah dan berguna untuk menambah nilai keimanan kita " sambung lelaki itu yang disambut amin oleh para jemaah dan lelaki itupun memulai kisahnya 

Ia mengisahkan kehidupannya sejak kecil sampai dewasa, mengisahkan siapa yang mengajarinya tentang nilai-nilai agama juga mengisahkan tentang kehilangan orang tua hingga pengembaraannya mencari seseorang yang ia yakini dapat memberikan kebahagiaan. Para jemaah mendengarkan  dengan tekun apa yang dikisahkan lelaki itu. Ada kesedihan  dari kisah yang disampaikannya dan sebagian ibu-ibu tak urung meneteskan airmata keharuan. Diantara ibu-ibu itu bibi Sumirah justru merasa bingung. Ia merasa ada bagian dari kisah yang  diceritakan lelaki itu hampir mirip dengan pengalaman hidupnya saat menjadi pembantu rumahtangga pada sebuah keluarga. Hatinya diliputi penuh tanda tanya. Sambil meneruskan kisahnya lelaki itu menyapu pandangan ke arah para jemaah, satu persatu ia pandangi hingga pandangannya jatuh pada sosok bibi Sumirah. Dadanya bergejolak dan terlihat airmata mulai menggenangi pelupuk matanya tapi ia tetap tersenyum dan melanjutkan kisahnya.

" Maaf..bukan saya bermaksud sombong  tapi kalaulah boleh saya katakan, dulu saya termasuk anak dari keluarga berada. Tapi setelah ayah  ibu saya melakukan kesalahan dan terakhir mengusir pembantu rumah tangga kami, keluarga kami bagai mendapat karma. Keluarga kami berantakan, ayah saya jatuh sakit dan kemudian meninggal karena perusahaan kami bangkrut. begitu juga dengan ibu saya, beliau hampir gila karena tak siap menerima kenyataan hidup dan kemudian juga jatuh sakit lalu menyusul ayah saya. Pembantu yang diusir itulah yang menanamkan dasar-dasar agama pada saya, yang menyayangi saya seperti anak sendiri juga yang melindungi saya. Dan ketika saya sebatangkara yang teringat  pertamakali oleh saya adalah beliau, kasih sayangnya amat saya rindukan. Kerinduan itu membawa langkah saya mengembara, sambil memperdalam ilmu agama saya mencarinya dan terus mencarinya bagai saya mencari ibu kandung saya sendiri " Airmata lelaki itu mulai menetes, kemudian ia bangkit dari duduknya dan melangkah perlahan sampai ia tepat berdiri di dekat bibi Sumirah. 

Berjuta tanya yang sejak tadi ada dibenak bibi Sumirah kini serasa mulai memenuhi dadanya, matanya hanya bisa menatap saat lelaki mulai bersimpuh dihadapannya.
" Maafkan saya ibu, apakah ibu bernama bibi Sumirah " Tanya lelaki itu dengan lembut. Bibi Sumirah tak langsung menjawab, ia merasa dadanya begitu sesak. Rasanya ia tak sanggup mengucapkan kata-kata dan iapun hanya bisa mengangguk lemah diiringi airmata yang terus menggenang dipelupuk matanya.
" Ibu...saya Dudi bu, ibu masih ingat ?" Tanya lelaki itu lagi masih dengan nada lembut. Dan kali ini bibi Sumirah benar-benar terkejut, matanya nanar menatap lelaki yang mengaku bernama Dudi itu.
" Dudi....benarkah kamu Dudi nak..?" Tanya bibi Sumirah lirih
" Ya..bu, saya Dudi..." Jawab lelaki itu seraya meraih tangan bibi Sumirah dan menciumnya. Dan seketika meledaklah tangis keduanya dalam pelukan. Suara tangis mereka menggema disemua sudut surau, para jemaah yang lain tak kuasa menahan tetes-tetes airmata keharuan seraya mengucapkan..." Alhamdulillah...Tuhan telah mempertemukan mereka kembali ".
Selengkapnya...

BIBI SUMIRAH ( 1 )

Selasa, 06 Juli 2010

Siang mulai terasa terik, sinar matahari sesaat lagi akan jatuh tepat diatas ubun-ubun kepala. Sekelompok anak bermain riang di petak sawah yang belum lama di panen. Mereka mencari keong, ikan ataupun berlomba menangkap capung yang beterbangan dan tak menghiraukan panas yang menyengat. Seorang wanita paruh baya duduk di bale-bale bambu pada sebuah gubuk yang tak jauh dari petak-petak sawah. Matanya nanar menatap anak-anak yang bermain, peluh terlihat disela-sela dahi dan pipinya yang mulai mengeriput. Ia merasa waktu yang dipinjamnya dari Sang Maha Pencipta rasa-rasanya mulai menipis namun tak setitikpun bahagia mengisi waktu-waktu yang ia pinjam. Duka dan nestapa bagai sarapan yang harus ia telan di setiap paginya, hidup yang ia tempuh bagai jalan yang berliku, licin dan berbatu juga penuh lubang yang siap menjerumuskannya. Terlihat wanita itu menghela napas pelan namun segera ia beristighfar, rasanya tak pantas ia mengeluh dan menyalahkan nasib karena ini hanyalah garis hidup yang harus dijalaninya walau pahit. " Seharusnya aku tabah dan tawakal menerima cobaan yang mendera walau seberat apapun " pikirnya. Matanya kembali menatap satu-persatu anak-anak yang bermain, ada setitik rasa kerinduan dalam hati akan kehadiran seorang anak disisinya. Walau ia sudah pernah menikah namun belum pernah dikaruniai seorang anak dan mungkin sudah ditakdirkan tidak akan punya anak. Satu-satunya anak yang pernah jadi bagian hidupnya adalah Dudi anak majikannya. Ah...iapun kembali terhempas dalam ingatan pada kperistiwa yang mengubah jalan hidupnya.

" Jangan mas...! jangan kau lakukan itu. Istighfar mas...istighfar, kita bisa masuk penjara !" Ujar Sumirah kepada suaminya yang hendak melakukan niat jahatnya.
" Sudahlah jangan kau halangi ! ini jalan satu-satunya agar kita punya uang.." Balas Kirno suaminya.
" Jangan mas...jangan !" Cegah Sumirah sambil memegangi tangan Kirno yang hendak masuk kekamar majikannya. Namun dengan seketika Kirno mengibaskan tangannya dan menampar pipi Sumirah, iapun terjerembab ke lantai.
" Sudah kubilang diaaam..! bila kamu tak mau membantuku, biar aku sendiri dan jangan ikut halangi aku !" Bentak Kirno sambil menunjuk-nunjuk wajah Sumirah. Lalu masuk kamar dan mengacak-acak isi lemari pakaian untuk mencari barang berharga. Sumirah hanya bisa menangis melihat tingkah laku suaminya.
" Biiiii..." Suara anak kecil yang kira-kira masih berumur 6 tahun memanggil dan lari menghampiri Sumirah yang menangis. Sumirah langsung memeluk anak itu karena rasa ketakutan lain dalam hatinya, ia langsung ingin mengajak anak itu menjauh tapi suaminya sudah keluar dari kamar sambil menggenggam beberapa perhiasan ditangannya.
" Kalau perlu anak itu akan aku bawa sekalian, biar bapaknya nanti menggantinya dengan uang tebusan !" Kata Kirno sambil menyeringai. Sumirah terkesiap, segera ia mengeratkan pelukannya pada anak itu untuk melindunginya. Ketakutan yang dirasakan anak itu kini mulai merayapi jantungnya namun belum sempat ia berkata apa-apa tiba-tiba terdengar suara kendaraan yang masuk pekarangan rumah majikannya. Kirno seketika panik, tanpa berkata apa-apa iapun langsung berlari keluar rumah. Sayangnya pengendara mobil yang ternyata bu Dewi sang pemilik rumah melihat Kirno yang lari tergopoh-gopoh.
" Hei...siapa itu ? berhenti...berhenti...!!" Teriak bu Dewi spontan. " Rampok....rampok...!!!" Seketika lingkungan rumah mulai gaduh, beberapa orang yang mendengar teriakan bu Dewi langsung mengejar Kirno. Dan tak lama kemudian Kirno tertangkap dan langsung dihakimi massa dengan barang bukti beberapa perhiasan berupa kalung, gelang emas juga cincin berlian di sakunya. Kemudian aparat kepolisianpun datang.
" Oh...jadi itu suamimu Sum ! rupanya kalian mau kerjasama ya menguras harta saya. Hebat sekali kamu, saya tidak menyangka sama sekali " Ujar bu Dewi sinis.
" Tidak bu...tidak, saya tidak seburuk yang ibu kira. Tak ada niat sedikitpun.." Jawab Sumirah namun langsung dipotong bu Dewi.
" Huh...ngga ada niat katamu !? maling mana ada yang mau mengaku. Sudahlah...bawa saja pak dan jebloskan saja ke penjara bersama suaminya " Kata bu Dewi ketus.
" Bu...jangan bu, kasihanilah saya.." Ujar Sumirah sambil menangis sesegukan. Namun ia hanya bisa pasrah saat 2 orang polisi menggamit lengannya.
" Biii...ikut bi ! ma....bibi mau kemana ? jangan ma...bibi ngga jahat " Ujar Dudi menangisi kepergian Sumirah. Ia menarik-narik baju ibunya namun tak dihiraukan. Sumirah yang melihat itu hanya bisa menangis dengan penuh rasa penyesalan. Dudipun meraung-raung saat mobil patroli polisi beranjak meninggalkan rumah dan membawa bi Sumirah. 

Tak terasa air mata meleleh dipipi Sumirah, ingatannya akan peristiwa itu bagai mengoyak luka yang tak pernah sembuh. Dan kini luka itu bertambah pedih....perih. Suara azan Zuhur yang berkumandang menyentak lamunan Sumirah, lalu disekanya air mata yang mengalir dan kemudian ia melangkahkan kaki menuju pancuran. Air wudhu yang mengusap wajah dirasakannya  bagai hujan yang membasahi ladang hatinya yang gersang dan perlahan mulai menentramkan jiwanya.

Bersambung....

Selengkapnya...

MASALAH = HINDARI ATAU HADAPI ?

Senin, 28 Juni 2010

Masalah, problem atau apapun istilahnya semua dari kita baik kaya atau miskin, tua atau muda pasti pernah mengalaminya. Namun tidak semua orang punya cara yang sama untuk menghadapi masalah dan tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara yang sama. Sehingga dalam pemecahan sebuah masalah perlu diketahui lebih dahulu akar dari setiap permasalahan yang ada, karena dengan begitu rasanya akan lebih mudah menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk memecahkan masalah. Bila perlu disiapkan langkah-langkah alternatif bila langkah yang disiapkan semula tidak berjalan/ berfungsi dengan baik.

Mengetahui akar permasalahan juga memberi kesempatan bagi kita untuk instropeksi diri dan menengok sejenak kebelakang, mengapa semua masalah itu terjadi ? Apa yang kita lakukan dan mengapa semua itu kita lakukan ?. Barangkali dengan begitu kita akan menjadi lebih hati-hati dalam melangkah atau melakukan sesuatu sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama untuk yang kedua kali. Bukankah kita terlalu pintar untuk tidak jatuh di lubang yang sama untuk kedua kali ?.

Bila boleh memilih, barangkali semua orang tidak akan mau mempunyai masalah. Setiap masalah selalu akan menguras tenaga, pikiran, uang dan perasaan. Namun dibalik itu semua ada sisi positif dan selalu ada hikmah yang bisa diambil saat dimana masalah itu datang. Dengan adanya masalah barangkali bisa diibaratkan sebuah ujian dan dari situ bisa terlihat apakah kita terlalu bodoh untuk bisa melewati ujian tersebut atau malah terlihat kuat dan pintar karena bisa melewati ujian itu dengan baik. Banyak yang bilang kalau orang-orang sukses dan berhasil dalam hidupnya adalah orang-orang yang mampu melewati masalah-masalah yang dihadapi, semakin banyak masalah yang dipecahkan semakin pintar dan semakin banyak ide-ide juga kreativitas yang muncul dari orang tersebut dalam menghadapi masalah.

Dengan adanya masalah, bisa juga terlihat kualitas diri kita. Apakah kita termasuk orang yang lemah dan pengecut karena kita hanya berusaha menghindar dan menghindar dari semua masalah yang ada atau kita adalah seorang pribadi yang kuat karena kita berani menghadapi masalah-masalah yang ada. Kalau saya, terus terang tak pernah memusingkan apakah saya termasuk seseorang yang mempunyai pribadi yang kuat atau lemah. Karena dalam pikiran sederhana saya, bila hasil akhirnya adalah sama untuk apa saya memilih jalan yang penuh masalah. Bila ada masalah...hadapi ! bila tak ada, untuk apa cari-cari masalah. Bagaimana dengan anda ?
Selengkapnya...

KESEPIAN SEORANG IWAN FALS

Sabtu, 26 Juni 2010

" Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku " Ujar Iwan Fals yang saya kutip dari hasil wawancara dengan sebuah majalah. Saya sempat tercenung membaca kalimat itu lalu saya bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat seorang Iwan Fals merasa kesepian ?.  Pertanyaan itu muncul karena rasanya aneh jika beliau merasa kesepian, bukankah disekelilingnya banyak sahabat ? Bukankah banyak pengagum atau fans yang selalu mengelu-elukannya ketika ia mulai bernyanyi ?. 

Saya pengagum Iwan Fals namun saya bukan pengagum sejati, sehingga saya tak tahu banyak tentang beliau tapi rasanya kesepian yang dimaksud bukanlah kesepian yang diartikan secara harafiah. Kalaulah boleh saya menerka, yang ia maksudkan kesepian itu adalah sebuah kegelisahan yang ada dalam dirinya ketika memandang sesuatu, melihat sesuatu atau mendengar sesuatu. Sehingga barangkali apa yang telah ia lihat dan ia dengar dari realita kehidupan sehari-hari membuatnya gelisah lalu timbul berjuta tanya, berjuta opini atau berjuta pemikiran yang membuatnya gelisah dan kesepian. Dan barangkali pula, dengan sebuah gitarnya ia mengungkapkan semua yang ada di benaknya untuk menciptakan sebuah lagu lalu kemudian ia berbagi dengan seseorang atau banyak orang sehingga iapun dapat mengusir kesepiannya.

Bila memang benar begitu, saya menganggap gitar adalah sebuah sarana bagi seorang Iwan Fals untuk menjawab rasa kesepian seperti yang ia ungkapkan diatas dan itu wajar karena  Iwan Fals adalah seorang seniman, pencipta lagu atau penyanyi. Lalu bagaimana dengan kita, saya atau anda yang bukan seorang pencipta lagu atau seniman. Apa sarana kita untuk mengungkapkan segala kegelisahan dan mengusir rasa kesepian ?
Nantilah jawabnya, mari kita bersenandung sejenak...


Kalau cinta sudah di buang
Jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan
Bagi mereka yang di perbudak jabatan 

 O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar
O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar

Sabar, sabar, sabar dan tunggu
Itu jawaban yang kami terima
Ternyata kita harus ke jalan
Robohkan setan yang berdiri mengangkang


Penindasan serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan
Hentikan jangan di teruskan
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan

O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar
O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar

Di jalan kami sandarkan cita-cita
Sebab dirumah tak ada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta
 


Belajar beropini dari sebuah ungkapan/kalimat yang saya baca.


Selengkapnya...

KASIH SAYANGMU TAK TERGANTIKAN

Rabu, 23 Juni 2010

Aku tak pernah dan tak akan bisa membandingkanmu dengan yang lain
Segala yang terindah adalah dirimu
Segala perbedaan hanya mentahbiskan wujud kasih sayangmu
Segala pertentangan hanya akan menambah rasa sayangmu padaku

Kini jalan lain telah kuambil
Bukan karena aku memilih tapi aku hanya meniti jalan yang sudah digariskan untukku
Bukan kuingkari kasih sayangmu karena itu tak akan tergantikan

Kini kuharap doamu
Lapangkan dan luruskan titian jalan yang kutempuh
Kini ku mohon doamu
Agar kubisa tunjukkan bhaktiku padamu


Sayangku untuk Ibu
Dari anakmu
Selengkapnya...

HARGA DARI SEBUAH KEPUASAN

Kamis, 17 Juni 2010

Banyak dari kita yang terkadang tidak mudah puas dengan apa yang telah kita raih dan dapatkan atau menginginkan lebih dari semua. Contoh kecil seperti seseorang yang sudah mempunyai rumah, kendaraan serta istri cantik tapi masih ingin mempunyai beberapa rumah lagi, ingin kendaraan yang lebih mahal atau malah ingin tambah istri ( yang ini jangan di tiru ), atau seseorang yang kini sudah jadi menteri tapi masih menyimpan obsesi untuk jadi presiden bisa juga menjadi contoh . Memang orang-orang seperti itu terkesan seperti tidak mensyukuri nikmat dari Tuhan yang telah ia dapatkan atau rasakan, tapi salahkah ? rasanya tidak. Karena ibarat suatu mimpi atau cita-cita, semua harus diperjuangkan untuk diraih. Asalkan dalam meraih semua itu dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar norma-norma rasanya masih wajar-wajar saja. Selain contoh diatas, contoh lain seperti melakukan pekerjaan dengan baik atau hasil jerih payahnya di hargai mahal dan banyak mendapat pujian juga bisa mendatangkan rasa kepuasan. Dari contoh-contoh diatas semua masih sesuatu hal yang wajar dan biasa.

Bagaimana dengan  melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan atau tidak dilakukan secara rutin demi meraih sebuah kepuasan. Misalnya seperti melakukan panjat tebing tanpa pengaman, mendaki gunung, menempuh perjalanan jauh untuk mencicipi makanan favorit atau yang agak nyeleneh seperti yang di lakukan Ariel Peterpan dengan mendokumentasikan kegiatan mesumnya. Barangkali itu contoh-contoh yang bisa mendatangkan kepuasan bagi yang melakukannya. Pengorbanan dan kerja keras yang dilakukan, mahalnya biaya yang dikeluarkan atau juga resiko-resiko yang akan dihadapi bukanlah sesuatu hal yang bisa menghambat keinginan untuk meraih kepuasan dan barangkali pula yang ada dipikiran mereka adalah lakukan saja, imbalannya kepuasan dan kebanggaan akan dapat diraih.

Bagaimana dengan anda, bersediakah menanggung resiko untuk sebuah kepuasan ?
Selengkapnya...

TERNYATA MULAN.....( 2 )

Selasa, 25 Mei 2010

Hari ini Ridwan pulang lebih awal dai tempat kerjanya, ia berencana ke rumah orangtuanya di Pondok Gede. Ayah dan ibunya berencana mengadakan pesta penyambutan kedatangan Dito, adik kesayangan dan adik yang dibangga-banggakan Ridwan. Selama hampir 2 tahun Dito berada di luar negri untuk bekerja di salah perusahaan minyak internasional dan selama itu pula ia tidak pulang ke tanah air. Ridwan teringat masa-masa kebersamaan dengan adiknya itu, umur mereka memang tak terpaut jauh sehingga cukup dekat layaknya seorang sahabat. Cukup banyak kesamaan antara mereka dan yang membedakannya mungkin cuma satu, Dito terlihat lebih pandai bergaul, terbuka dan agresif dalam mendekati wanita sedangkan Ridwan lebih tertutup. Dering telepon genggamnya sedikit mengagetkan dan membuyarkan lamuannya...

" Hallo bang...!, aku sudah samapai bandara nih. Abang dimana...?" suara Dito
" Eh...sudah sampai Dit ? landing jam berapa..?", tanya Ridwan
" Ah.baru saja kok, sesuai jadwal. Eh...tapi tolong sampaikan ke ibu bila aku agak malam sampai dirumah, ada yang mau aku jemput terlebih dahulu..!"
" Mau jemput... jemput siapa ?"
" Ada deh pokoknya ! kalau aku beritahu sekarang bukan kejutan dong namanya..."
" Ooh..itu toh kejutannya, memangnya nggak bawa dari sana atau memang nggak ada yang mau..?" ujar Ridwan sambil terkekeh.
" Sembarangan..!, kalau aku mau sih..gampang tapi aku masih suka yang lokal kok. Lagipula yang satu ini sangat istimewa, tinggi..cantik..putih dan cukup setia. Pokoknya selera abang banget deh...!" balas Dito sambil tertawa.
" Setia...!?, bagaimana kamu tahu kalau dia setia sedangkan kamu sudah hampir 2 tahun tidak pulang " ujar Ridwan kembali bergurau.
" Ah...pokoknya abang lihat sendiri nanti. Eh..sudah dulu ya bang, sampai nanti.."

Honda Jazz yang dibawa Ridwan mulai memasuki halaman rumah. Sebenarnya iapun hanya seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali menyambangi rumah ini. Sejak Dito pergi rumah ini menurutnya menjadi sepi, lagipula ia merasa capek harus pulang pergi bekerja dari sini karena jalan-jalan di Jakarta sudah sedemikian parah kemacetannya. Di beranda depan, ayah dan ibunya sudah berdiri menyambutnya sedangkan beberapa teman-teman Dito yang sengaja diundang sedang sibuk menyiapkan pesta penyambutan di bagian belakang rumah dan tak lama Ridwanpun turut larut dalam kesibukan itu. Pukul sembilan malam, Dito yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Bersamanya terlihat wanita cantik lagi anggun yang menebarkan pesonanya lewat senyuman, jari jemarinya  yang lembut tak  lepas dari genggamannya Dito. Saat itu hanya ayah dan ibunya yang menyambut karena Ridwan dan teman-temannya masih terlihat sibuk dan tak menyadari kedatangan Dito.
" Bang Ridwan....!" panggil Dito kepada Ridwan setengah berteriak. Teman-teman Dito yang mendengar teriakan langsung lari berhamburan menghampiri, mereka memeluk dan menyalami Dito tapi tidak dengan Ridwan. Kakinya terasa berat melangkah laksana beribu-ribu pasang mata mencekal pergelangan kakinya, dia hanya bisa berdiri mematung. Matanya menatap tajam ke arah wanita yang digandeng Dito dan jantungnyapun bergemuruh hebat. Ingin rasanya ia menampar wajah, mencubit lengannya dan berharap ini hanya sebuah mimpi.
" Mulan...!?" desisnya. Ridwan hampir tak percaya bahwa yang digandeng adiknya adalah Mulan, namun ia sangat yakin bahwa ia tak salah lihat. Ia mengenal betul sosok Mulan, wanita yang selama ini mengisi hari-harinya...bersamanya mereguk berlaksa-laksa kenikmatan duniawi. Dan kini Mulan ada dihadapannya bersama adik yang sangat disayanginya, adik yang dibangga-banggakannya. Mulan sendiri tampak terlihat pucat pasi dan terus merunduk, ia sama terkejutnya dengan Ridwan dan tak menyangka sama sekali bahwa Ridwan adalah kakak dari Dito kekasihnya. Bibir Ridwan terasa bergetar, lidahnya kelu dan tak sepatah katapun mampu terucap dari mulutnya. Dan saat Dito menghampiri lalu memeluknya, Ridwan hanya bisa menangis dan menangis....
Selengkapnya...

TERNYATA MULAN........( 1 )

Kamis, 20 Mei 2010

Ini cuma fiksi...!

Ridwan beranjak dari pembaringan, sejenak matanya menatap wanita yang masih tertidur pulas. Dengan hanya berselimutkan baju tidur yang beraturan ditubuhnya, ia terlihat cantik dan menggemaskan. Ridwan tersenyum, tampak sekali rona kepuasan tersirat dari wajahnya. Lalu dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendeknya ia beranjak dari kamar menuju beranda bungalow yang disewanya kemarin malam. Ia duduk dihadapan sebuah kolam kecil yang gemericik airnya terdengar merdu, udara dingin hawa pegunungan tak ia hiraukan. Nun jauh disana terhampar pemandangan alam pegunungan yang tampak asri walau ada satu dua villa atau bungalow milik para pejabat menyeruak ditengah hutan-hutan pinus. Dengan kedua kakinya yang ditumpangkan diatas meja, Ridwan menyalakan sebatang rokok dan kemudian menghisapnya dalam-dalam. Asap rokok yang bergulung-gulung diatas kepalanya lama kelamaan mulai mengabut dan mulai menghantarkannya ke dalam lamunan. Ada rasa gundah , rasa janggal dan juga aneh telah menyelimutinya hatinya. Hal ini terkadang mengganggu pikirannya dari hari ke hari sejak pertemuannya dengan Mulan dua bulan lalu.

Pertemuan dengan Mulan baginya adalah suatu proses pertautan hati yang cukup singkat dan terasa cukup mudah bagi seorang Ridwan yang dikenal sebagai sosok pendiam, pemalu dan kurang pergaulan. Walau sebenarnya Ridwan tidaklah sependiam seperti yang disangka orang, namun sejak dihianati kekasihnya ia lebih memfokuskan perhatiannya untuk membantu adik menyelesaikan kuliahnya. Dan setelah adiknya selesai kuliah dan kini bekerja diluar negeri, untuk memulai hubungan yang baru dengan seorang wanita masih belum menjadi prioritasnya sampai ia bertemu dengan Mulan. Akan tetapi seiring semakin dekat  dan semakin tumbuh rasa cintanya terhadap Mulan, semakin Ridwan tak mengerti akan Mulan. Ia selalu mencoba menghindar bila Ridwan memulai pembicaraan yang serius tentang hubungan mereka, bahkan terkesan tidak suka atau malah tertawa saat Ridwan mencoba mengungkapkan isi hatinya.

" Kamu lucu...!", jawaban dari Mulan sambil tertawa ketika Ridwan mulai menyinggung kembali tentang hubungan mereka. Lalu apa yang dia cari...? pertanyaan yang selalu menggayut di benak Ridwan. Cinta..? sepertinya tidak, lalu apa...uang ? rasanya juga tidak.  Tapi sekarang Ridwan tak mau ambil pusing lagi, dan rasanya terlalu naif bila masih ingin tahu apa yang dicari Mulan dan apa yang Mulan mau. Toh...Mulan sendiri sepertinya tak perduli, lagipula sampai saat inipun hubungan mereka baik-baik saja dan saat dibutuhkan Mulan selalu ada disisinya. Bahkan saat Ridwan mengutarakan hal itu kepada teman-temannya, ia malah menjadi bahan tertawaan.
" Sudahlah Wan.., untuk apa kau pusingkan statusmu dengan Mulan. Toh...dia juga tidak perduli !", ujar Sony teman kerjanya.
" Betul Wan, nikmati saja yang ada !" sambung Yanto sambil tersenyum.
" Wah...memangnya gado-gado dinikmati, lagipula aku kan belum kenal siapa istrimu. Bagaimana bila Mulan itu ternyata istrimu..?", balas Ridwan.
" Siaaalan...!", ujar Yanto sambil memukul bahu Ridwan yang disambut tawa Sony juga Budi yang baru bergabung. Ridwan tersenyum-senyum sendiri mengingat hal itu dan iapun kembali menghisap rokoknya dalam-dalam lalu kembali memandangi lampu-lampu villa yang satu persatu mulai dinyalakan karena hari mulai menjelang senja. Dan Ridwan kembali tersenyum saat terdengar suara Mulan memanggil, iapun bersiap untuk menghabiskan malam ini seperti malam-malam kemarin.

Bersambung.....

( Untuk sahabat-sahabat yang sudah mampir dan berkenan membaca, adakah yang berkenan untuk  menebak kira-kira diantara nama-nama lelaki yang ada dalam cerita, siapa kekasih Mulan sebenarnya ? . Tidak ada maksud apa-apa tapi hanya ingin tahu apakah kira-kira jalan pikiran kita sama , atau  barangkali ada yang mau usul gimana ending dari cerita ini biar lebih seru walau draft cerita versi saya sudah saya buat )


SALAM HANGAT & SUKSES SELALU
Selengkapnya...

IKUT KONTES FIKSI MINI

Rabu, 19 Mei 2010

BUNUH DIRI


Kunikmati hembusan angin sambil kurentangkan tangan dan memejamkan mata. " Amiin...jangaaaan..!!" teriak sahabatku dari bawah gedung.



Setelah membaca postingan mas Baho dan juga melihat banyak sahabat yang sudah ikutan kontes fiksi mini yang diselenggarakan oleh Wi3nda di http://akubunda.wordpress.com/2010/05/16/wi3nda/. sayapun jadi tergelitik dan tergoda untuk ikut membuatnya, semata-mata untuk melihat sejauh mana kemampuan saya menuliskan sebuah fiksi. Ada yang mau ikutan...? Selengkapnya...

AKU CUMA KEONG

Sabtu, 15 Mei 2010

Aku cuma si Keong...
Nasibku memang tak bagus
Karena kelambananku dan kebodohanku
Nasibku memang tak bagus
Hanya jadi santapan bebek-bebek yang tak berhenti berkoar
Atau lele-lele yang mencabikku ganas

Aku memang cuma si Keong... !
Yang kehilangan pelepah-pelepah pisang
Yang kehilangan tempat mencari makan
Yang kehilangan tempat tuk berlindung
Yang kehilangan tempat beranak pinak



Aku memang cuma si Keong...dan itu benar !
Kini kuterhempas dijalan berdebu
Terpaksa merambat pelan walau debu tertelan
Terpaksa memekik walau tak satupun mau perduli
Terpaksa teriak walau suaraku hanya berputar dalam cangkang yang getas dan rapuh

Aku memang cuma si Keong...dan itu memang benar !
Yang pasrah dalam harap, moga tak terinjak kaki dan terlindas pedati...

Aku cuma si Keong....
Cuma itu yang bisa kukatakan
Selengkapnya...

AWARD DARI SAHABAT

Kamis, 06 Mei 2010

KAU LEBIH DARI ITU....( Re-Post ) 


Kau bukan cahaya rembulan yang menerangi malam kelam
Kau bukan nyanyian merdu burung-burung yang berkicau
Kau bukan pelangi yang terlukis indah di kaki cakrawala

Bukan..! bukan aku tak mau memujimu
Bukan..! bukan aku tak mau menyanjungmu
Bukan..! kau bukan semua itu..

Tahukah kau..? kau lebih dari itu..
Namun ku tak tahu bagaimana mengungkapkannya..

Lembut parasmu..bangkitkan rembulan, pancarkan cahaya tuk terangi wajahmu
Merdu suaramu..mabukkan burung-burung, melonjak-lonjak riang nyanyikan nada-nada rayuan
Manis senyummu..inspirasikan hujan, lukiskan indahnya pelangi tuk manjakanmu

Tahukah kau..? kau lebih dari itu..
Namun lidahku begitu kelu..ucapkan semua itu..

Kau lebih dari itu.... sahabat
( Terima kasih buat Mba Reni dan Mba Brencia yang telah berbaik hati memberi saya award, maaf karena ada sesuatu dan lain hal posting awardnya agak telat )

1. Award dari Mba Reni


2. Award dari Mba Brencia



SALAM HANGAT DAN SUKSES SELALU
Selengkapnya...

BERDAMAI DENGAN ASA

Jumat, 30 April 2010

Ditengah jalan yang tampak tak berujung
Ditengah hamparan koral yang menggelitik kulit tapak kaki
Disambut lambaian kuning ungu bunga-bunga liar
Hatiku tenang terbuai pasrah

Sayup-sayup kudengar suara menghentak jantung
Kulangkahkan kaki menjauh dari jalan yang tampak tak berujung
Lalu tersenyum ditengah angin yang menerpa
Entah... tersenyum mengejek suara yang mengusik lamunanku
Entah...menertawai ketololanku
Aku tak begitu mengerti





Namun kutersadar...
Aku masih diberi satu kesempatan
Untuk berkompromi dengan rasa
Untuk berdamai dengan asa
Sekali lagi....
Selengkapnya...

AKU T'LAH LAMA MENUNGGU

Minggu, 25 April 2010

Bagaimana bisa ku pejamkan mataku..?
Bila wajahmu menari-nari di pelupuk mataku...

Bagaimana bisa ku merasa nyaman..?
Bila sejuk hanya datang dari tatapan matamu....

Bagaimana bisa ku rasakan kelembutan..?
Bila itu hanya datang dari belaianmu....

Bagaimana bisa jantungku terus berdetak..?
Jika belum kurasakan detak jantungmu....



Aku t'lah lama menunggu.....

Kehadiranmu disisiku...
Semua masalah seakan tak berarti lagi....
Kehadiranmu di pelukku...
Aku merasa akan hidup seribu tahun lagi...

Aku t'lah lama menunggu....
kehadiranmu


( I think I've found my best friend
I know that it might sound more than a little crazy
But I believe
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
)

Selengkapnya...

BAYAR HUTANG TAG DAN AWARD

Rabu, 21 April 2010

" Barangsiapa mati sebelum melunasi hutangnya bukan karena kelalaiannya, misalnya ia adalah orang yang kesulitan atau tiba-tiba ajalnya datang padahal dalam hatinya ia berniat melunasi hutangnya, namun ia belum sempat melunasinya, maka Allah akan menjamin pelunasannya "

Dengan kalimat diatas, seharusnya saya merasa sedikit tenang karena saya punya niat membayar hutang namun kesulitan untuk melaksanakannya tetapi tetap saja saya tak merasa tenang. Ini berkaitan dengan hutang tag dari Mba Latifah dan Non Rossi Atmaja juga hutang pajang award dari Non Faiza juga Non Ria. Nah...daripada berlama-lama maka saya membayar hutang-hutang tersebut....

A. Pertama tag dari Mba Latifah dan Non Rossi Atmaja yang kebetulan sama. Ngisi tagnya susah-susah gampang jadi mohon maaf kalau isinya rada-rada nyeleneh....
1.  ( Siapakah diri anda di rumah ? )
Jawaban  :  Seorang suami yang masih belajar untuk menjadi suami yang baik

2.  ( Siapakah diri anda di samping rakan ? )
Jawaban  :  Tak tahu pasti apa pendapat teman-teman terdekat tentang saya, namun saya pernah mendengar ada yang mengatakan kalau saya terlalu pendiam dan workholic

3.  ( 5 benda yang anda idamkan tetapi masih belum tercapai )
Jawaban  :  
1. Ingin punya 1 kamar khusus untuk kerja di rumah ( ada kompi, rak buku, home teather dan     meja bilyard, kalau perlu ada kolam renang juga...he..he )
2. Baju badut buat menghibur anak
3. Ruang perpustakaan pribadi
4. Punya usaha sendiri
5. Pohon duit...he..he ( bingung mau jawab apalagi )

4.  ( Siapakah nama pasangan anda ? )
Jawaban  :  Reny Sumanti ( panggilan sayangnya " pesek "..he..he )

5.  ( Ceritakan 5 perkara yang paling anda suka tentang pasangan anda )
Jawaban  :
1.  Pintar masak
2.  Kreatif dan inovatif ( bisa membuat beraneka macam handmade )
3.  Cerewet ( sering mengingatkan saya yang terlalu santai )
4.  Pandai menyenangkan hati orang lain
5.  Supel dalam bergaul ( menutupi kekurangan saya yang pendiam & kurang gaul )

6.  ( Bila tarikh anda couple )
Jawaban  :  11 Mei 1994 ( kalau ngga percaya....ngga boleh tanya...he..he )

7.  ( Apakah kenangan pahit anda bersama pasangan anda ?
Jawaban  :  Maaf...saya tidak mau mengingatnya lagi, biarlah itu jadi pelajaran.

8.  ( Lagu tema cinta anda )
Jawaban  :  ( Everything I Do ) I Do It For You  - Brian Adams

9.  ( Apa perubahan yang anda ingin lihat dari pasangan anda ? )
Jawaban  :  Bila Tuhan mengijinkan, biarlah dia menjadi dia apa adanya

10.  ( Tag 10 rakan anda yang lain )
Jawaban  :  
Richardo Sitompul
David Usman
Girant 31
Secangkir Teh Sekerat Roti
Hendro Prayitno
Darin
Wawank
Sapi Dudunk
Catatan Eny
Dian Atika

B.  Award dari Non Faiza 





C.  Award dari Non Ria






Nah...itu tag dari Mba Latifah dan Non Rossi Atmaja juga award dari Non Faiza dan Non Ria ( sebenernya awardnya banyak tapi saya ambil hanya dua, dari Non Faiza maupun Non Ria...takut di bilang rakus...he..he ). Sekarang saya juga mau pajang juga awardnya bang Pendi disini, karena masih ada sahabat-sahabat yang ketinggalan....


Awar ini saya persembahkan untuk...

Mba Latifah Hizboel
Rossi Atmaja
Teteh Annie
Richardo Sitompul
David Usman
Girant 31
Secangkir Teh Sekerat Roti
Hendro Prayitno
Darin
Wawank
Sapi Dudunk
Catatan Eny
Dian Atika

Untuk sementara  seperti ini dulu deh...postingan saya, maaf nama-nama blog sahabat belum saya buat linknya tapi nanti saya akan perbaiki. Untuk sahabat-sahabat yang berkenan dengan awardnya bang Pendi...silahkan diambil.


Selengkapnya...

DIRJEN PAJAK....SAKTI ?

Selasa, 13 April 2010

Ini bukan cerita mengada-ada tetapi benar-benar saya alami. Dibalik meriahnya berita tentang Gayus yang pegawai pajak juga markus pajak, secara kebetulan saya mendapat keberuntungan yang saya sendiri tak tahu persis apakah berhubungan dengan itu atau tidak. Satu kali saya tertangkap basah oleh seorang polisi karena membawa motor melawan arah. Memang hal itu sering saya lakukan, biasalah...untuk mencari jalan pintas dan cepat ( don't try this at home..he..he ) . Tapi hari itu saya sedang apes, kepergok polisi dan langsung diminta minggir. Polisinya galak pula..tidak pakai " selamat pagi..! " atau paling tidak " Hai...!" he..he, tapi langsung membentak.

" Minggir kamu...! mana surat-suratnya.." bentak polisi itu sambil pasang muka galak. Mau nggak mau saya mengeluarkan STNK, ada rasa dag-dig-dug juga sih...soalnya saya belum punya SIM. Tapi entah karena masih dekat rumah atau apa, saya masih bisa berlagak tenang sambil cengar-cengir. Dalam hati " moga-moga aja pak polisi nggak minta SIM.." tapi..
" SIM nya mana ?" masih dengan galaknya
" Nggak ada pak, belum sempat bikin..." jawab saya pelan
" Bagaimana sih...!? punya motor tapi nggak punya SIM. Coba lihat KTPnya..! " Ujar pak polsi sambil mengeluarkan surat tilang. Sayapun pasrah dan buru-buru mengeluarkan KTP dan langsung memberikannya ke pak polisi.
" Kamu ini bagaimana sih sampai nggak sempat bikin SIM, Gayus saja bisa...! " Ujar pak polisi lagi. " Lho...apa hubungannya sama si Gayus ? wah...pak polisi kebanyakan nonton tv nih...sedang menilang saja, Gayus di bawa-bawa " pikir saya dalam hati dan agak bingung. Karena saya pikir pak polisi bercanda, sayapun menjawabnya dengan bercanda pula.
" Wah...kalau Gayus kan sudah pintar pak ! kalau saya masih bodoh...belum ngertilah.." canda saya.
" Memang dasar orang pajak, nggak ada yang benar. Lama-lama kamu juga bisa seperti Gayus juga..! nah...kamu ada waktu buat sidang tanggal 30.." tanya pak polisi.
" Wah...nggak tahu pak ! kayaknya sih susah...tergantung bos Gayus deh..." jawab saya keterusan bercanda karena pak polsipun sudah nggak kelihatan galak.
" Ya sudah, kali ini saya nggak tilang. Tapi lain kali taat sama peraturan, jangan ikut-ikut seperti Gayus.." Ujar pak polisi sambil mengembalikan STNK dan KTP saya. Sayapun mengucapkan terima kasih dan pak polisi itupun pergi.

Saya hampir tak percaya, sampai saya menatap motor pak polisi yang berlalu sampai hilang dari pandangan. Bingung sekaligus heran, kok pak polisi itu baik banget ya ? saya tidak jadi ditilang, tidak juga diminta uang damai. " Wah...beruntung banget !" pikir saya. Tapi ketika saya akan memasukkan STNK dan KTP ke dalam dompet, barulah saya tersadar. Ternyata yang saya berikan ke pak polisi bukan KTP tapi kartu NPWP saya yang disitu tertera dengan jelas " DIREKTORAT JENDERAL PAJAK ". Terus terang saya langsung tertawa sendirian ( untung nggak ada yang lihat..he..he ). " Wah...pantas saja sejak tadi pak polisi itu ngomongin Gayus ! lalu apakah karena kartu NPWP ini saya batal ditilang " pikir saya dalam hati.

Kalau memang begitu... ternyata kartu NPWP saya membawa berkah dan ternyata Dirjen Pajak atau nama Gayus begitu sakti dan bisa menyihir pak polisi tadi sehingga tidak bisa membedakan mana kartu NPWP...mana kartu pegawai pajak. Atau karena pak polisi itu baru pulang bertugas, masih mengantuk dan belum sempat ngupi...he...he. Tapi bagaimanapun, saya ngucapin terima kasih buat pak polisi itu. Saya do'kan semoga panjang umur, selalu dilimpahkan rejeki dan tetap menjadi polisi yang baik.
Selengkapnya...

TAMU TAK DIUNDANG

Jumat, 09 April 2010


Terus terang, ini bukan gaya saya dalam membuat cerpen. Agak sulit rasanya membuat cerpen dengan gaya remaja seperti mba Fanny karena saya merasa masa itu sudah jauh terlewati, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan..!? 


" Wah…banyak juga nih yang pesta minggu ini Yul…! tahu darimana ?” Tanya Nita sedikit takjub melihat daftar acara resepsi pernikahan yang diberikan oleh Yuli.
“ Ya sudah, ngga perlu tahu. Yang penting lo pilih deh mana yang kita mau datangi “ Balas Yuli. Nita tak langsung menjawab, mulutnya masih disibukkan dengan mengunyah baksonya. Nita hanya berpikir dalam hati “ wah..kalah gue sama Yuli, minggu kemarin gue cuma dapat 3 tempat resepsi sekarang Yuli dapat 6 tempat resepsi “
“ Heh..kok malah bengong !? yang mana..?”
“ Sabar dong Yul..gue juga lagi mikir nih..!”
‘’ Mikir apa mikir ? ‘’ Gurau Yuli yang geli melihat Nita yang tak memberi kesempatan mulutnya beristirahat dari mengunyah, untungnya setiap makan selalu Nita yang bayarin. ‘’ Kalau aku yang bayarin..,wah bisa bangkrut deh.. !’’
‘’ Iya...iya, sabar atuh non ! ntar gue habisin dulu nih... ‘’ ujar Nita sambil meminum es teh manisnya. ‘’ Eh..yang ini aja deh Yul.. ! dilihat dari gedungnya kayaknya oke nih.. ‘’
‘’ Ya sudah, gue sih terserah elo.. !. Yang penting kita bisa seneng-seneng, iya nggak.. !? Ujar Yuli disambut tawa Nita.
Sejak sebulan yang lalu, kedua sahabat kental ini memang punya kegiatan yang cukup unik. Mereka datang ke tempat resepsi pernikahan dan berpura-pura jadi orang yang diundang, padahal mereka hanya bermaksud mendapat kesempatan mencicipi makanan sepuas-puasnya dan tentu saja gratis. Tentunya tempat-tempat yang mereka datangi juga telah mereka seleksi atau paling tidak acara resepsi milik kalangan menengah keatas sehingga makanan yang adapun terjamin menggugah selera makan. Ide unik itu dari Yuli yang mendengar gerutu kakaknya Nadya yang mendapati amplop dari tamu di pesta pernikahan mereka yang hanya berisi uang seribu rupiah.
“ Ih..nggak tahu malu tuh orang…!” gerutu Kak Nadya yang didengar oleh Yuli.
‘’ Kenapa sih kak ? penganti baru kok jutek gitu... !?’’
‘’ Bagaimana ngga kesel..masak hari gini masih ada yang kasih amplop isinya cuma seribu rupiah ‘’
‘’ Hah..beneran tuh kak.. ?’’
‘’ Ya iyalah..masak aku bohong sih.. !?’’
‘’ Dari siapa kak ?’’
‘’ Mana aku tahu ? wong diamplop tidak ada namanya ‘’
‘’ Yah..namanya juga pesta di kampung kak. Barangkali temen bapak atau temen kakak sendiri sedang bokek, atau barangkali ada orang yang cuma mau numpang makan ‘’ Ujar Yuli sambil tertawa cekikikan.

Saat Yuli mengutarakan ide anehnya pada Nita, tak disangka ternyata mendapat sambutan yang antusias padahal Nita termasuk anak dari keluarga berada. Tapi memang itulah Nita, dengan tubuh lumayan bongsor ia memang terkenal doyan makan. Dan salah satu hobby dari Nita adalah ikut orang tuanya datang ke resepsi pernikahan dari teman kerja papanya, walau saat Nita mengatakan itu pada Yuli sempat membuat Yuli tergelak..” hobby  kok..kondangan ?”
“ Hai Yul...sedang apa nih..!?” Sapa Adit yang membuat Yuli dan Nita agak terkejut karena tak menyadari kehadirannya. Buru-buru Nita menyembunyikan kertas yang tadi di pegangnya.
“ Eh..itu kertas contekan ya..?” Tanya Adit sambil bergurau.
“ Ih..sembarangan, ini coret-coretan puisi tau...!” Kilah Nita sedang Yuli hanya senyum-senyum saja. Walau dalam hatinya dia agak khawatir kalau apa yang mereka bicarakan diketahui Adit. “ Wah..mau ditaruh mana muka gue..?” Pikir Yuli.
“ Kalau memang contekan, ngga apa-apa lagi..! siapa sih yang ngga pernah nyontek. Eh Yul.. ! hari minggu kita jalan yuk.. ‘’ Ujar Adit yang membuat hati Yuli sedikit lega karena ternyata Adit tak mengetahui apa yang mereka rencanakan.
‘’ Jalan kemana.. ? ‘’ Tanya Yuli
‘’ Ya.. kemana kek ! yang penting bisa seneng-seneng “
“ Ehm..ehm..gue ganggu ya ?” Ujar Nita sambil berdehem dan berniat bangkit dari duduknya.
“ Ngga kok Nit..!” Balas Yuli sambil memegang tangan Nita .
“ Aku lihat dulu ya.. Dit, kalau aku tak ada kegiatan..aku mau “
“ Eh..kayaknya tiap minggu kamu sibuk terus.., punya kegiatan apa sih ?”
Ada deh..! biasalah urusan cewe..” Sela Nita yang membuat Adit sedikit jengkel, sedang Yuli hanya tersenyum.
“ Ya..oke deh ! tapi sepulang sekolah, aku tetap bisa mengantarmu pulang kan Yul..?” Tanya Adit yang sedikit sebel karena pertanyaannya selalu Nita yang menjawab, dan Aditpun berlalu setelah melihat Yuli merespon pertanyaannya dengan anggukkan kepala.
            
Setelah berpisah dengan Nita yang menaiki mobil jemputan pribadinya, Yuli menghampiri Adit yang sedang menunggu. Aditpun langsung membukakan pintu Honda Jazznya buat Yuli, hal itu membuat cewek-cewek lain yang melihat merasa iri.
“ Aku heran sama kamu Yul, sudah beberapa minggu ini setiap minggu siang kamu selalu tidak ada di rumah. Ada kegiatan apa sih..? jangan-jangan kamu pergi sama cowok lain ya..?” Tanya Adit masih penasaran.
“ Iiiih..cemburu ya..? ngga kok, percaya deh…”
“ Ya tapi kenapa setiap minggu..?”
“ Lho..kan sudah di kasih tahu Nita tadi. Kalau ini urusan cewek..”
“ Iya..tapi urusan apa dong ? masak aku ngga boleh tahu sih..!” Yuli hanya tersenyum-senyum saja mengetahui Adit makin penasaran. “ Begini deh.., minggu ini ngga apa-apa aku nga bisa ngajak kamu jalan tapi minggu depan, sekaliiii saja kamu mau ikut denganku..ya ? pliiiiiiiiiss ! “ Pinta Adit sambil merajuk. Yuli tercenung, sebenarnya ia tak akan menolak mendengar ajakan Adit tapi bila ia sudah terlanjur janji sama Nita tentunya Yuli lebih memilih menepati janjinya dengan Nita.
“ Lho..kok malah bengong sih, bagaimana..mau nggak ?” Tanya Adit membuyarkan lamunan Yuli.
“ Emmm..gimana ya ? lihat nanti deh..memangnya ada apa sih “
‘’ Pokoknya bilang oke aja dulu, kalau oke nanti baru aku kasih tahu. Yang pasti ini bukan cuma urusan cowok ’’
‘’ Yee...nyindir nih.. ? ‘’ Ujar  Yuli yang disambut tawa Aditya

* * * * * * * * * *

“ Ck..ck..ck..banyak banget ambilnya Nit..! nanti ngga bisa cobain cicipin yang lain lho…” Ujar Yuli pada Nita saat mereka mengambil potongan-potongan daging kambing guling.
“ Tenang Yul...dijamin masih muat kok..!” Balas Nita sambil menepuk-nepuk perutnya.
“ Iya deh...percaya !“ Ujar Yuli sambil cekikikan. Sambil menyantap daging kambing guling itu Nita menatap beberapa menu makanan yang terhampar di hadapannya, seakan-akan menantang untuk segera di santap. Sepiring daging kambing guling di santapnya dalam sekejap, Yuli hanya tersenyum geli melihat cara makan sahabatnya itu.
“ Huh...hah...pedes Yul ! gue mau ambil minum dulu Yul...” Ujar Nita sambil megap-megap kepedasan. Nita ke tempat aneka macam minuman berada, setelah membawakan Yuli segelas coctail Nita kembali lagi untuk mengambil semangkuk bubur ayam.  Sedang kan Yuli sibuk memperhatikan kedua mempelai yang terlihat tersenyum bahagia sambil menjabat tangan para tamu yang mengucapkan selamat. Dilihat dari beberapa ornamen yang menghias ruang resepsi juga wajah-wajah para tamu yang datang sepertinya memang kedua mempelai dari keluarga yang cukup berada. Dan Yuli agak sedikit risih ketika ia membandingkan pakaian yang ia kenakan dengan pakaian yang di pakai oleh para tamu yang datang.
‘’ Hei...malah bengong ! gimana mau cicipin semua kalau bengong terus... ‘’ Tegur Nita mengagetkan Yuli.
‘’ Ah..sialan lo. Ngagetin gue aja... ! ‘’
‘’ Nggak usah pakai acara bengong kaleee... ! nanti makanannya keburu habis..”
‘’ Biarin aja..yang ini aja belum habis ‘’
‘’ Ya sudah cepet habisin, nanti nyesel lho... !’’ Ujar Nita mulai melahap bubur ayamnya. Yuli meneruskan makannya sambil menyisihkan irisan-irisan cabai rawitnya karena ia mulai merasa kepedasan. Namun saat Yuli sedang meneguk coctailnya tiba-tiba ia merasa ada yang menyentuh pundaknya.
‘’ Lho.... ! katanya ngga mau datang Yul...’’ Sapa Adit tiba-tiba. Karena kaget minuman yang sudah terlanjur ada di mulut nya tersembur keluar, sedang Nita suapan buburnya tertelan tanpa sempat dikunyah karena tak kalah kagetnya. Adit segera mengambilkan tissue untuk Yuli dan diterima Yuli dengan malu-malu, wajahnya bersemu merah karena tak menyangka bertemu Adit disini.
‘’ Pelan-pelan dong Yul... ! masih banyak kok...’’ Gurau Adit yang membuat Yuli makin tersipu.
‘’ Kok kamu ada disini Dit.. ?’’ Tanya Yuli basa–basi untuk menghilangkan rasa malunya.
‘’ Ya iyalah..., ini kan resepsi pernikahan kakakku. Kamu sendiri kok mau datang kesini, dapat undangannya ya..?’’ Adit balik bertanya, Yuli tergagap dan bingung mau jawab apa. Untunglah Nita cepat tanggap.
‘’ Gue yang ajak Dit ! gue yang diundang mempelai prianya, dia sahabat gue..’’ Ujar Nita asal.
“ Oh...ya..!?” Adit tergelak dalam hati, karena dia tahu benar Nita cuma berbohong. Tak mungkin Nita bersahabat dengan kakaknya karena selama ini kakaknya itu bekerja pada perusahaan minyak asing di Kalimantan, lagipula semua undangan para tamu Aditlah yang mengurusnya sehingga paling tidak ia tahu siapa-siapa yang diundang.
“ Ya sudah..dilanjut deh menikmati makanannya. Aku tinggal dulu ya Yul...” Ujar Adit. Sepeninggal Adit, Yuli dan Nita saling berpandangan dan berusaha menahan tawa mereka. Ada rasa geli dan juga malu yang meliputi perasaan Yuli dan Nita karena tak menyangka bertemu Adit dan rasa malu mereka makin bertambah ketika tahu bahwa sahabat-sahabat Adit di sekolah juga datang. Yulipun akhirnya hanya bisa menahan malu bila berpapasan dengan teman-teman Adit di sekolah. “ ngga kondangan lagi non...!?’’ Gurau mereka. Yuli hanya bisa terdiam sambil bergumam dalam hati...” ngga lagi-lagi deh...!!!”


* * * *  00 OOO 00  * * * * *






Selengkapnya...

Mengenai Saya

Foto saya
Hidup bagaikan air yang mengalir bagiku. Keinginan mungkin banyak tapi terkadang tak terlalu ambisi untuk menggapainya. Jadi ikuti saja kemana air yang mengalir, dimana suratan takdirku telah digariskan
Diberdayakan oleh Blogger.