TAG BUKU DARI SAHABAT

Selasa, 23 Februari 2010

Saya sebenarnya tak terlalu gemar membaca buku, kalaupun saya membaca buku kebanyakan buku yang saya baca adalah buku-buku yang bersifat ringan dan menghibur  yaitu buku-buku cerita atau novel. Saya tak terlalu suka membaca buku yang agak berat dalam arti harus berfikir untuk mencerna isi bukunya seperti buku-buku yang beraroma politik ataupun sastra kelas berat semacam " Arus Balik " karya. Pramoedya Ananta Toer... Waktu kecil saya cukup gemar membaca buku-buku serial komik atau juga serial Lima Sekawan yang tokoh dan pengarangnya saya lupa, lalu beranjak dewasa saya menyukai novel-novel Mira W, Fredy. s ataupun Aghata Cristy dll.

Nah sekarang saya mendapat tag dari Mas hendro " Berita Untuk Negeri " yaitu menyebutkan buku-buku yang pernah dibaca. Agak sulit bagi saya untuk menyelesaikan tag ini karena tak banyak buku-buku yang saya baca akhir-akhir ini, lagipula saya tak terbiasa mereview buku. Untuk itu saya mohon maaf buat mas Hendro kalau tag ini terkesan saya kerjakan asal-asalan. Ini buku-buku yang pernah saya baca....



1. The Da Vinci Code ( Dan Brown )
Terbunuhnya seorang kurator senior di musium Louvre,  membawa pakar simbol Robert Langdon dan seorang wanita pemecah kode Sophie Neveu menjalani petualangan yang menegangkan dalam memecahkan teka-teki dari sebuah kode yang rumit di balik karya-karya Leonardo Da Vinci.


2. Laskar Pelangi ( Andrea Hirata )
Buku ini menceritakan perjalanan anak-anak melayu Belitong seperti Mahar, Lintang dan kawan-kawan dalam berjuang meraih cita-cita. Perjuangan beserta petualangan di dalamnya menimbulkan kelucuan sekaligus keharuan.

3. The Choice ( Ahmed Deedat )
Buku yang berisi dialog dan diskusi dari 2 agama besar di dunia yang dimaksudkan untuk mencari dan mempelajari sebuah kebenaran yang hakiki.

4. A Man Name Dave ( Dave Pelzer )
Kisah tentang keberhasilan seorang Dave Pelzer untuk membuktikan bahwa seorang anak yang tersia-siakan dan menderita bisa menemukan jati dirinya setelah dewasa. Kisah ini juga mengajarkan pada kita bahwa siapapun mempunyai kemampuan mengembangkan diri sendiri seburuk apapun pengalaman yang dimiliki.

5. Anne Of Green Gables ( Lucy M.Montgomery )
Seorang anak gadis dari panti asuhan yang bernama Anne hadir di sebuah keluarga yang mempunyai rumah yang dikenal dengan Green Gables. Padahal semula keluarga itu menginginkan seorang anak laki-laki sehingga diawal kehadirannya, Anne kurang disukai namun Anne yang penuh imajinasi menjalani kehidupannya yang seru, lucu juga sedih dalam mencari bahagia ditengah kesulitan.

6. A Thousand Splendid Suns ( Khaleed Hosseini )
Perjalanan hidup seorang wanita yang semasa kecilnya sering dipanggil Harami ( anak haram ), pencarian cinta juga sikap pasrahnya ketika terpaksa harus menikah. Lalu derita yang dirasakannya akibat perlakuan suami dijalaninya sampai suatu saat cahaya surga muncul dihadapannya.


Terus terang diantara buku-buku diatas tak ada satupun yang saya miliki namun saya cukup beruntung mempunyai seorang adik yang gemar membaca  dan mengoleksi buku yang dia pikir cukup berkwalitas. Sehingga saya berkesempatan untuk dapat membacanya.


SALAM HANGAT DAN SUKSES SELALU BUAT PARA SAHABAT
Selengkapnya...

TERUNTUK SIAPA & DIMANA

Selasa, 16 Februari 2010

Untukmu...yang entah dimana berada...
Sungguh aku tak tahu siapa namamu dan akupun tak tahu di mana kamu berada. Namun saat senja ungu menghantarkan semilir angin yang berhembus membisikkan namamu dengan lembut, aku tak bisa membohongi perasaanku bila aku mencintaimu. Cinta buta..? jelas kukatakan tidak...Mata hatiku termangu dan terpaku menatap aksara-aksara indah merangkai namamu, dadaku berdegup bagai gendang bertalu menyambut sang permaisuri hati, suara bathinku bernyanyi dan jiwaku menari-nari ikuti irama lagu-lagu rindu. Tak cukup rasanya satu buku untuk ungkapkan perasaanku padamu.


Untukmu...yang entah dimana berada...
Tak sedikitpun hatiku ragu untuk memulai meniti titian-titian khayal. Membayangkan lembutnya belaianmu, merasakan halusnya kulitmu dan mencium wangi aroma hembusan nafasmu. Kubayangkan caramu menatapku. Sinar lembut matamu menentramkan hati dan meninabobokan jiwaku. Ingin rasanya kusematkan bunga-bunga cinta di taman hatimu lalu kita berdua tersenyum dan tertawa memandangi kumbang dan kupu-kupu menari riang di taman hati...taman kita berdua.

Untukmu...yang entah dimana berada...
Aku tahu bila aku sungguh mencintaimu sebelum aku bertemu denganmu namun ijinkan aku menyemai benih-benih asa. Lalu tolong kau bisikkan pada angin senja, katakan padanya siapa dirimu dan dimana peraduanmu. Kan  kukayuh biduk-biduk hatiku...untuk menjemputmu.



Dariku...yang mencintaimu.




Setelah membaca postingan mba Reni yang berisi surat ungkapan kasih sayangnya terhadap putri tercinta ( sepertinya untuk ikut lomba ), tiba-tiba sekelebat ide melayang-layang di pelupuk mata yang sudah mulai terkantuk-kantuk. Menurut Suhu dalam tulis menulis...apa yang ada di benak diungkapkan saja atau mengalir sajalah...Jadi begini deh hasilnya kalau posting sambil ngantuk-ngantuk. Tapi ini bukan untuk kompetisi...
Selengkapnya...

KETIKA AJAL MENJEMPUT CINTA

Selasa, 09 Februari 2010

Seorang lelaki setengah baya dengan rambut yang mulai memutih dan bertubuh tirus terlihat sedang duduk terpaku dalam diam. Dari tempat ia duduk matanya tak lepas barang sedetikpun menatap jembatan yang berdiri kokoh membelah arus sungai Ciliwung. Jembatan yang belum lama berselang diresmikan bapak Lurah Srengseng Sawah dibangun untuk menggantikan sebuah jembatan gantung yang telah berpuluh-puluh tahun menjadi sarana penghubung desanya dengan desa atau daerah lainnya. Sebuah jembatan gantung yang tak akan dapat dilupakan seumur hidupnya, jembatan yang mengubah jalan hidupnya, jembatan yang membuat ia kini duduk termenung disini…saat ini.


“ Ayolah Marni..kita harus segera pulang, hari sudah mulai menjelang larut malam. Saya khawatir, ayahmu akan murka nantinya..” Bujuk Jumadi kepada Marni yang bersikeras tak mau pulang karena hendak menemui kekasihnya.
“ Sebentar saja kang…! Ayah tak akan marah kok…akang tenang saja “ balas Marni.
“ Tapi Marni…kamu diijinkan kesini hanya untuk mengaji dan itu sudah kamu lakukan. Sekarang…pulanglah “ Bujuk Jumadi lagi. Ia sangat pantas untuk merasa khawatir karena pak Parmin.. ayah marni menugaskannya untuk mengawal dan menjaga Marni “ Ingat Madi…jaga dia baik-baik ! jangan biarkan kulitnya yang halus tergores barang setitikpun dan satu lagi, jangan sampai pulang larut malam. Tepat jam 21.00 Marni harus sudah ada tepat di hadapanku !” Kata-kata pak Parmin teriang kembali di telinganya. Jumadi mendekatkan jam tangan kearah matanya, cahaya yang remang-remang sedikit menyulitkannya melihat jam. 10 menit telah berlalu dari pukul 20.00, Jumadi menghela napas dengan berat.
“ Ya sudah kang…akang tunggu saja dimulut jembatan, saya tak akan lama..! “ Ujar Marni sambil berlalu meninggalkan Jumadi yang tidak bias berbuat apa-apa.

Jumadi duduk pada sebuah batu besar dipinggir jalan dekat mulut jembatan gantung. Sekilas matanya menatap jembatan yang hanya terbuat dari tali kawat baja dan bilah-bilah bambu sebagai alasnya, lalu matanya menatap cahaya dari obor yang sengaja dipasang penduduk dimulut jembatan. Cahaya itu kini terlihat bagai menari-nari ditiup sang angin malam, tariannya seakan sedang menghibur hati Jumadi yang saat ini sedang gelisah. Detik demi detik berlalu, keringat dingin mulai membasahi kening dan sekujur tubuh Jumadi. Jalan yang sepi serta gelap malam yang hanya diterangi lembutnya sinar rembulan dan sedikit cahaya dari obor tadi menjadikan suasana malam terasa begitu mencekam. Suara riak air dari arus sungai dan juga nyanyian jangkrik-jangkrik seakan tak mampu sedikitpun menghibur hatinya. Jumadi kembali melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sudah terbayang jelas dalam benaknya akan kemurkaan pak Parmin ayah Marni. Jumadi bergidik…rasa takut mulai menjalari jiwanya, ia tahu benar pak Parmin akan melakukan apapun demi Marni anak kesayangannya. Ingin rasanya ia menyusul Marni, tapi dimana..?

Dalam kegelisahan dan kebingungannya yang semakin memuncak, tiba-tiba terdengar olehnya derap suara langkah tergesa. Perlahan sosok Marni yang sedang ditunggu-tunggunya mulai terihat. Hati Jumadi terasa sedikit lega namun kelegaan itu dengan cepat berubah menjadi sebuah kebingungan disertai kekhawatiran. Marni terus berlari tanpa sedikitpun menghiraukan Jumadi yang sejak tadi menunggunya. Yang lebih membingungkan Jumadi, Marni berlari sambil menangis terisak-isak.
“ Ada apa Marni ? hey..tunggu…tunggu…!” Tanya Jumadi sambil berusaha menahan Marni.
“ Lepaskan aku kang.., lepaskan..! dia memperkosaku…dia memperkosaku..!” Tangis Marni semakin keras sambil berusaha melepaskan cekalan tangan Jumadi.
“ Apa….siapa !? Tanya Jumadi, ia bingung sekaligus terkejut mendengar ucapan Marni.
Marni berhasil melepaskan diri dan iapun langsung berlari menuju jembatan, Jumadi langsung mengejar. Jembatan gantung itupun bergoyang dahsyat saat dua anak manusia berkejaran diatasnya, tepat ditengah jembatan Jumadi berhasil mencekal tubuh Marni yang masih terus menangis.
“ Lepaskan aku kang…! Sudah tak ada gunanya lagi…aku sudah ternista…” Rengek Marni disela tangisnya.
“ Tenang..tenangkan dirimu dan jelaskan padaku…” Ujar Jumadi setengah berteriak.
“ Dia memperkosaku kang…aku sudah kotor. Aku mau mati saja…!!”
“ Ya..tapi siapa…siapa yang memperkosamu ?” Tanya Jumadi dengan nada geram sambil mengguncang-guncang bahu Marni.

Marni hanya menangis dan menangis, disatu kesempatan ia melepaskan diri lagi dari Jumadi dan dalam sekejap ia meloncat kearah sungai. Jumadi begitu terkejut dengan perbuatan nekat Marni, ia sempat melompat dan merengkuh baju yang dikenakan Marni namun baju itu sobek dan tubuh Marnipun meluncur deras di jantung arus sungai yang mengalir deras diiringi teriakan Jumadi…” Marniiii….Marniiiii…!!” Teriakan Jumadi tak ada gunanya lagi, tubuh Marni telah tenggelam dalam pelukan arus sungai yang ganas. Gelapnya malam membuat Jumadi tak mampu melihat tubuh Marni, ia hanya bisa mendengar suara berdebur saat pertama kali tubuh Marni menyentuh permukaan air. Jumadi terpaku lemas tak berdaya, seluruh tenaganya seakan tersedot oleh rasa keterkejutannya, ia seakan-akan tak percaya dengan apa yang baru saja ia alami. Rasa bingung, rasa sesal, rasa kehilangan dan juga rasa ketakutan yang luar biasa akan kemurkaan pak Parmin membuat tubuhnya bergetar hebat. Berdiripun rasanya ia tak mampu, seakan lututnya tak mampu lagi menopang tubuh. Kini Jumadi hanya bisa memegang kawat baja jembatan sambil menangisi kebodohannya.


* * * * * * * * *

Lelaki setengah baya itu berusaha bangkit dari duduknya. Dengan bantuan sebuah tongkat kayu, perlahan ia mengangkat tubuhnya yang ringkih. Kedua kakinya mulai bergetar saat tubuhnya sudah berdiri tegak kemudian ia melangkah perlahan menuju jembatan. Warga yang melintas diatas jembatan agak sedikit heran dengan gerak-gerik lelaki setengah baya itu. Sejak sebulan yang lalu setelah keluar dari penjara, lelaki setengah baya itu memang selalu ada di sekitar jembatan sejak pagi hingga menjelang petang setiap harinya. Matanya selalu menatap kearah jembatan, apa yang diinginkannya dan apa yang dipikirkannya tak seorangpun tahu. Ia hanya melihat dan menatap dari kejauhan, tak sekalipun ia mendekati jembatan apalagi melewatinya tapi tidak kali ini.

Beberapa langkah lagi, kaki dari lelaki setengah baya itu sampai di mulut jembatan. Langkah gemetar dari kaki-kaki kurusnya membuat hati sebagian warga yang melihat merasa trenyuh. Langkah-langkah kaki itu seakan membuka mata hati mereka dan mulai meyakinkan mereka bahwa lelaki setengah baya yang dipanggil pak Jumadi itu bukanlah pembunuh Murni. Tapi apapun yang ada di benak warga semuanya tak berarti dan tak akan merubah apapun, setidaknya itu yang ada dibenak pak Jumadi saat ini. Kini ia telah berdiri tepat ditengah jembatan dan matanya lurus menatap arus air di bawahnya.
“ Marni…cukup sudah 25 tahun aku menangisi kebodohanku, menyesali ketololanku. Aku menyesal tak mampu menjagamu…aku menyesal tak mampu menyelamatkan hidupmu, maafkan aku Marni…maafkan aku ! Dan kali inipun rasanya cukup sudah aku memendam rasa dan asa padamu, kali ini kuberanikan diri untuk mengungkapkan bahwa aku sangat mencintaimu…sejak dulu dan sampai kapanpun. Semoga engkau mendengar suara hatiku…Marni. Namun bila tidak, biarlah angin senja membawa serbuk-serbuk sari cintaku lalu menaburkannya pada kelopak bunga-bunga nirwana…dan biarkan, biarkan bersemi selamanya “.

Warga memang tak terlalu memperdulikan apa yang dilakukan pak Jumadi diatas jembatan, namun saat terdengar suara air berdebur dan pak Jumadi tak terlihat lagi diatas jembatan, mereka panik dan berhamburan menuju jembatan. Nyawa pak Jumadi tak dapat terselamatkan, titik-titik airmata mengiringi kepergian pak Jumadi namun jasad pak Jumadi terlihat tengah tersenyum, tersenyum karena kini ia akan menjemput cintanya. Dengan ajalnya ia akan menjemput cinta Marni.



Kampung Sawah, 07 Februari 2010
Selengkapnya...

TELUR ATAU AYAM ?

Sabtu, 06 Februari 2010

Membaca beberapa postingan dari para sahabat mengenai industri sinetron di dunia pertelevisian kita atau yang terakhir membaca postingan Mas Slamet yang berisi tanggapan yang beragam mengenai tayangan sinetron, saya ikut tergelitik untuk ikut menanggapi atau ikut nimbrung untuk berkomentar...


Sebenarnya memang agak heran juga melihat tayangan-tayangan sinetron sekarang yang cenderung mengabaikan logika serta realitas kehidupan nyata dan bahkan seringkali terkesan mengada-ada dalam alur-alur ceritanya, namun yang mengherankan lagi dengan tayangan semacam itu tetap saja banyak penonton yang menggemarinya.

Saya memang tidak antipati terhadap tayangan semacam itu dan juga tidak mau menyalahkan siapa-siapa dalam hal ini, karena para produser sinetron tidak akan membuat atau melanjutkan tayangan seperti itu bila tak ada penonton yang menyukainya ( rating rendah ) dan dari pihak penonton, mereka tidak akan menonton tayangan seperti itu bila tak ada produser yang membuatnya.

Tapi justru itulah yang bagi saya agak membingungkan, ibarat menjawab pertanyaan " Mana yang lebih dahulu, Telur atau Ayam ? ". Seperti halnya dengan dunia sinetron, mana yang kita harapkan lebih dulu untuk memulai. Apakah lebih dulu mengharapkan para produser mempunyai niat baik untuk hanya dan selalu membuat tayangan sinetron yang bermutu dan mendidik ? ataukah lebih dulu mengharapkan para penonton untuk hanya menonton tayangan sinetron yang bermutu baik dan mengabaikan tayangan yang bermutu rendah dan kacangan ?.

Lalu bagaimana pula, bila kembali ada pertanyaan...Apakah memang produser-produser sinetron kita hanya mempunyai pemikiran yang berorientasi bisnis untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dan tidak mempunyai Sense of Education terhadap sinetron-sinetron yang mereka buat. Ataukah para penonton atau kebanyakan dari kita yang memang mempunyai selera terhadap tayangan sinetron seperti itu. Rasa-rasanya makin sulit saya menjawabnya. Soal selera memang berpulang pada pribadi masing-masing. Bagaimana dengan sahabat ?
Selengkapnya...

TAG & MOTIVASI

Rabu, 03 Februari 2010

Semalam saya baru saja menyelesaikan baca buku yang berjudul A Man Name Dave karya dari Dave Pelzer, sebuah buku lama milik adik yang saya pinjam. Sebenarnya postingan ini bukan bermaksud untuk mereview isi buku tetapi di saat merasa terpuruk dan merasa gagal, kadangbutuh sesuatu yang bisa membangkitkan motivasi dan semangat. Spirit dan motivasi memang saya dapatkan dari buku ini.


Tokoh utama dalam buku ini adalah  pengarangnya sendiri. David nama panggilannya ,mengisahkan perjalanan hidupnya yang keras karena sejak kecil mendapat siksaan yang bertubi-tubi dan penuh kebencian dari ibu kandungnya sendiri. Namun berkat ketabahan & keteguhannya menjalani hidup telah menjadi seseorang yang kuat dan sukses di saat ia dewasa. Barangkali tidak semua orang bisa menjadi seorang David tetapi dari alur cerita yang menggambarkan ketabahannya dalam menjalani hidup, sikap menerima dan memaafkan seorang David membuat saya berpikir bahwa apa yang telah saya alami belumlah sebanding bahkan tak berarti apa-apa jika di bandingkan dengan apa yang dialami seorang David.

Spirit dan motivasi juga saya dapatkan dari blog para sahabat yang seringkali berisi postingan yang sarat makna dan motivasi, diantaranya blog " BERPIKIR POSITIF " milik Pak Munir Ardi. Kali ini beliau yang berprofesi sama seperti ayah saya mengirimkan tag sebagai sarana mempererat tali silaturahim.
Inilah jawaban dari tag your self kiriman pak Munir :

1. Where is your cell phone?
Lebih sering di saku baju & celana
2. Relationship?
Siapa saja yang mau diajak bersahabat
3. Your hair?
Setengah gondrong ( kalau potong pendek/cepak rambut berdiri seperti bulu landak )
4. Work?
Perusahaan penerbit & percetakan surat kabar
5. Your sisters?
Eka Rosmaliana & Yuli Hartati ( keduanya guru ikuti jejak ayah )
6. Your favorit thing?
Sendal Jepit
7. Your dream last night?
Tidak ingat
8. Your favorit drink?
Air putih 
9. Your dream car?
Mobil angkot ( buat tambah-tambah penghasilan )
10. Your shoes?
Sepatu Hitam
11. Your fears?
Tidak bisa membahagiakan orang-orang tercinta
12. What do you want to be in 10 years?
Menikmati hidup & menjadi penulis sungguhan
13. Who did your hang out with last week?
Bersama anak melihat pemancing ikan di danau Universitas Indonesia
14. What are you not good at?
Banyak, terutama pidato
15. One of your wish list item?
Bisa membahagiakan orang-orang tercinta
16. Where you grew up?
Srengseng Sawah ( Jakarta pinggiran atau perbatasan Jakarta-Depok )
17. Last thing you did?
Makan siang
18. What are you wearing?
Di tempat kerja formal, dirumah celana buntung + kaos oblong
19. Your computer?
Komputer rakitan
20. Your pet?
Ikan mas Koki
21. Your life?
Mengalir seperti air
22. Missing ? (hilang)
Sendal jepit kesayangan ( terbawa arus air hujan )
23. What are you thinking right now?
Apa yang saya akan jawab pada tag ini
24. Your car?
Tamiya
25. Your kitchen?
Tidak besar, yang penting muat kompor

26. Your favorit color?
Hitam & Biru  tua

27. Last time you laugh?
Saat anak bilang " Pa..sini deh..Rara berisikin.." ( maksud dia bisik-in )
28. Last time you cried?
Sedih saat adik operasi usus buntu
29. Love?
Keluarga
30. So who wants to share their ONEs? how about?
Dengan siapa saja melalui tulisan
31. Person elected to the tag (tag ini saya wariskan kepada)
ferdi, gerry satya, ibnu mas, dadan suryana, cupu kisruh

Begitulah sedikit tentang saya, untuk Pak Munir semoga berkenan dan semoga tali silaturahim tetap terjalin erat.
Selengkapnya...