BEBAN HIDUP

Minggu, 22 November 2009

Malam terus merangkak, walau terasa begitu lambat dan seakan tak mampu mengimbangi langkah sang waktu yang berpacu cepat. Udara malampun terasa begitu dingin karena sore hari hujan turun begitu lebatnya, namun seorang lelaki tidur dengan bersimbah peluh. Tubuhnyapun selalu bergerak dan tak bisa diam, sesekali terdengar lenguhan dan racauan yang tak jelas keluar dari mulutnya. Rupanya lelaki itu mengalami mimpi buruk, Mimpi yang muncul karena terbawa kegalauan hati yang menyelimutinya akhir-akhir ini. Kegalauan yang timbul akibat ketidak mampuannya memenuhi kebutuhan hidup terutama tuntutan istrinya dan saat ini kegalauan itu hampir membuatnya gila. Lelaki itu tak menemukan solusi dan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Kepalanya hampir pecah memikirkan persoalan-persoalan itu, ditambah lagi sikap istrinya yang ia anggap terlalu cerewet dan malah membuatnya bertambah pusing. Terkadang ia menyalahkan istrinya yang tidak bisa menggunakan uang yang ia berikan dengan baik, jangankan disisihkan untuk menabung terkadang untuk makan sehari-haripun seakan tak pernah cukup. Maka tak heran pertengkaran demi pertengkaran sering menghiasi hari-hari dalam rumah tangganya. Seperti sore tadi…
 ‘’ Mas.., susu anakmu sudah habis..! mana uang untuk beli susu..!?” Ujar istrinya saat meminta uang pada lelaki itu.
“ Sabar dong bu.., aku juga sedang memikirkan itu “
“ Bagaimana aku bisa sabar, kamu mau anakmu kekurangan gizi karena tak minum susu. Lagipula uang tak akan datang kalau kamu cuma berpikir, ya..dicari dong mas..!”
“ Apa yang kau katakan benar..tapi kamu tahu sendiri hutangku sudah menumpuk dimana-mana. Aku harus cari dimana lagi..?”
“ Lho..kamu kok tanya sama aku. Kamu kan kepala keluarga.., usaha dong..! Mencuri kek, merampok kek...masa bodoh ! Aku nggak mau tahu, yang penting ada uang. Jangan sampai aku beranggapan kamu tak becus jadi kepala keluarga...!” Ujar istrinya sambil berlalu.

Lelaki itu terdiam mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut istrinya. Darahnya langsung mendidih, ucapan istrinya itu bagai palu godam yang menghantam dadanya. Ingin rasanya ia berlari menyergap istrinya lalu meremukkan mulutnya yang busuk itu tapi tak dilakukannya. Dalam lubuk hati ia membenarkan ucapan istrinya itu, untuk mendapatkan uang ia harus berusaha. “ Tapi usaha apa..? Apakah aku harus mencuri dan merampok seperti usul istriku tadi..?. Tidak...tidak ! aku tak akan melakukannya “. Walau ia jarang mendekatkan diri kepada Tuhan, lelaki itu tetap saja takut dengan azab yang akan menimpanya nanti jika melakukan perbuatan yang di larang dan di benci Tuhan. Mulut lelaki itu masih saja terus meracau tak jelas dan peluhnyapun masih terus membanjiri tubuhnya. Untungnya ia tidur di ruang tamu, terpisah dengan anak dan istrinya sehingga racaunya tak terdengar.

* * * * * * * * * *

 Samar-samar terdengar azan shubuh berkumandang, lelaki itu terbangun. Namun seperti biasa lelaki itu malas membuka matanya karena suara azan itu dianggapnya hanya bunyi alarm yang mengusik tidurnya. Dan saat suara azan itu tak terdengar lagi, iapun memeluk guling dan kembali meneruskan mimpinya. Namun kali ini ia tak bisa memejamkan matanya kembali karena ia merasa tak bisa menggerakkan kedua kakinya, kakinya seperti kaku dan mati rasa. Perlahan ia membuka matanya lalu samar-samar ia melihat kaki tertimbun sebuah gundukan dari ujung jari sampai ke pangkal paha. Dalam cahaya yang remang-remang matanya menatap lamat-lamat benda apa yang menimbun kedua belah kakinya. Dan iapun terbelalak saat menyadarai bahwa gundukan itu adalah gundukan uang. Lelaki itu mengucek-ngucek kedua bola matanya lalu mencubit pipinya, ah..ini bukan mimpi..! Hatinyapun melonjak kegirangan.

Dengan susah payah lelaki itu membebaskan kedua belah kakinya, lalu seperti anak kecil yang bermain permainan mandi bola lelaki itupun menjatuhkan tubuhnya pada gundukan uang itu dan menghamburkannya sebagian ke atas. Lembar-lembar uang yang melayang-layang, tak luput dari tatapan matanya yang berbinar-binar. Namun sesaat kemudian ia tercenung, akan aku apakan uang sebanyak ini ? Membayar semua hutang-hutangnya ia rasa cukup hanya dengan satu genggaman saja. Lalu ada ketakutan dalam dirinya, ia takut istrinya tahu bahwa kini ia mempunyai uang yang melimpah. Ia takut, uang ini akan habis tak berbekas dalam hitungan hari karena gaya hidup istrinya yang boros. Lelaki itu dengan tergesa berlari kearah dapur lalu mengambil selembar karung bekas penyimpan beras. Tanpa menghitung lagi, dimasukkannya genggam demi genggam lembar uang itu ke dalam karung dan setelah penuh karung itupun di taruhnya di gudang perkakas. sisa uang yang tak tertampung dalam karung, ia jejalkan dalam dalam tas bututnya. Namun kebingungan dan ketakutan masih melandanya, bagaimana bila istrinya tahu ada uang dalam tas ?. Akhirnya lelaki itu berniat menghibahkan uangnya ke mesjid yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ia berpikir barangkali dengan beramal kepada mesjid, dosa-dosa yang telah ia lakukan selama ini dapat sedikit terhapus. Atau barangkali juga Tuhan akan kembali melimpahkan rejeki kepadanya, walau selama ini ia tak pernah bersyukur dengan apa yang telah di dapatnya.

* * * * * * * * *

 Cahaya mentari mulai menampakkan diri dari balik rimbunnya pepohonan. Kokok ayam jantan sudah tak terdengar sejak tadi dan kini berganti nyanyian riang burung-burung kecil menyambut pagi. Lelaki itu melangkahkan kakinya menuju mesjid. Tetapi tak lama lelaki itupun kembali di dera rasa bingung dan selaksa tanya hinggap dalam benaknya. Bagaimana bila ditanya asal muasal uang ini ? Bagaimana kalau mereka tak percaya ? Apakah mereka akan menuduhku seorang pencuri atau perampok ?. Di tengah kebingungannya, lelaki itu berpapasan dengan beberapa warga. Mereka terperangah saat lelaki itu berjalan linglung kearah jalan raya.
‘’ Mas, jangan kesana mas… ! ‘’ Ujar salah satu dari mereka sedikit panik. Sang lelaki terlihat ketakutan, ia berpikir kalau orang-orang itu akan merampas uangnya. Tapi niat untuk lari tertahan karena orang itu telah memegang tasnya, sang lelaki berusaha menarik tasnya.
‘’ Lepaskan..lepaskan ! ini uangku...ini uangku...lepaskan ! ‘’ teriak sang lelaki parau.
‘’ Tenang mas..tenang. Kami tak akan mengambil uangmu, kami hanya ingin mengajakmu pulang ‘’ Ujar orang itu untuk membujuknya.
‘’ Bohong.. ! pasti kalian bohong. Tolong…Tolong ! ada perampok…’’ Teriak sang lelaki sambil menangis. Lalu terjadi tarik menarik antara sang lelaki dengan orang-orang itu. Tak lama kemudian tas butut itupun putus dan robek menjadi dua, semua isinyapun berhamburan. Sang lelaki tak dapat menguasai keseimbangan saat tasnya putus, ia terhuyung-huyung dipinggir jalan raya. Brakkk..!! Tiba-tiba sebuah mobil truk menghantam tubuh sang lelaki dan orang-orang itu hanya bisa terpana.

* * * * * * * * * *

 Tubuh sang lelaki terbujur kaku di ruang tamu rumahnya. Disekelilingnya beberapa orang sedang khusyuk mengaji, seorang wanita terlihat menangis sesegukkan karena telah di tinggalkan suaminya pergi ke alam baka. “ Kita memang susah mas.., tapi mengapa harus berakhir seperti ini..” Gumam sang istri disela tangisnya. Sang istripun sangat menyesal bila ingat ia tak bisa membantu meringankan beban suaminya saat terkena PHK di kantornya. Begitu berat beban yang ditanggung suaminya, sehingga sejak dua bulan lalu suaminya jadi orang yang sangat pendiam, suka bicara sendiri dan tertawa sendiri. Tingkahnyapun semakin tak waras, semalam suntuk ia menggunting lembar-lembar kertas koran menjadi lembar-lembar kertas berbentuk lembar uang. Dan sang lelaki hampir saja mengamuk saat istrinya memintanya tidur. Sesal memang tak akan mengembalikan suami ke pelukannya, ia hanya berharap semoga suaminya kini menjadi lebih tenang. Karena kini suaminya tak lagi menanggung beban hidup.


Kampung sawah
13 Oktober 2009






31 komentar:

ateh75 mengatakan...

Disaat suami dalam kondisi keuangan yg minim ,disinilah seorang istri berperan untuk membantu semampunya ,bukan berarti hanya menuntut yg berakhir lebih memperburuk keadaan.

Cerpen yg menggugah...

* Oh ya liknnya udah saya pasang diblog link.

munir ardi mengatakan...

cerpen yang harus dibaca ibu-ibu rumah tangga sangat menggugah, makasih mas atas ucapan belasungkawanya semoga Tuhas membalas kebaikan anda

Unknown mengatakan...

Suami dan istri yang sehati
namun tak sehidup semati..
istri tak boleh hanya menikmati saat suami jaya
namun harus menjadi pendamping yang setia

Learning On Perspective mengatakan...

Istri akhirnya menyesali kepergian suaminya

ani rostiani mengatakan...

Sebuah potret hidup orang-orang terhimpit. Meski demikian, selalu ada jalan bagi sebuah kesempitan selama kita mampu mengatasinya dengan ikhlas. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.

Unknown mengatakan...

malang sekali nasih si suami.

-Gek- mengatakan...

Makanya dikatakan, tidaklah mampu hanya menikah dengan cinta. Namun, sebagai suami istri seharusnya saling mendukung. Apabila suami bekerja namun hasilnya belum cukup - istri bekerja tambahan. Dan sebagai suami juga harus mau saling membantu pekerjaan rumah tangga dan juga mengasuh anak. Itulah namanya keluarga, rumah tangga.

*panjang.. padahal saya belum nikah!
Nice story. :)

nb. Terima kasih kopi susunya, dari mana tau saya suka kopi susu? Tapi, saya lupa bilang ya.. tanpa gula, Mas. Saya tidak suka gula. :)

NOOR'S mengatakan...

@ Mba Latifah : makasih linknya...

@ Pak Munir : Tapi cerpen ini bukan bermaksud menyudutkan ibu2 lho pak...

@ Itik Bali & - Gek - : anak papa dah pinter2, jadi kapan nak..?

@ Learning O P : Sesal memang selalu datang belakangan..

@ Teteh Annie : bener teh.., semoga bisa diambil hikmahnya..

@ Mba Fanny : Memang kasihan ya mba..

-Gek- mengatakan...

@ Mas Noor : makasi link nya sudah di pasang. Nanti yang uneg-uneg itu saya pajang di blog saya. Kapan???

Mei Mas..
Meibe yes.. Meibe No...

*kabur*

Rumah Ide dan Cerita mengatakan...

Teragis amat nasib si suami. Mungkin begitu ya tekanan bagi kepala kepuarga ?
Menyedihkan.

Dream Competition mengatakan...

Malang benar nasib mereka ya.Kurangnya pemahaman dan pengertian tentang RT dari kedua belah pihak.Moga kita di jauhkan dari malapetaka seperti itu ya.

liza mengatakan...

postingan yang mencerahkan... apakah seberat itu tekanan untuk seorang suami???

salam kenal ya

NOOR'S mengatakan...

@ Mba Liza : wah..kalau itu sih yang bisa jawab, cuma yang merasakan saja tapi yang pasti dari kalangan bawah..salam kenal juga

Ikutan Ngeblog mengatakan...

ceritanya miris banget, seperti itu ternyata tanggung jawab seorang suami,
sharusnya seorang istri, harus bisa mendukung, dan memberi semangat untuk terus maju dan semangat, dan juga bisa membantunya!

Ivan Kavalera mengatakan...

cerpen mas ini pernah dimuat di sebuah koran ya mas.

NOOR'S mengatakan...

@ Mas Ivan : Belum mas, tapi memang saya pernah kirim ke satu media tapi kayaknya belum layak di terbitkan...

Sohra Rusdi mengatakan...

selamat hari raya Idul Adha

Ferfau mengatakan...

PerTamaxx k0men d sni... Halah,ga penting.
Salam kenal,br0!

Ivan Kavalera mengatakan...

Cerpen ini kalo menurutku pribadi sangat layak dimuat di koran lho, mas.

NOOR'S mengatakan...

@ ferdivolutions : salam kenal juga

@ Pak Munir : Met Idul Adha juga pak..

@ Mas Ivan : makasih mas atas supportnya, paling ga saya bisa tetap smangat nulis cerpen...

Unknown mengatakan...

met pagi....bawain nasi uduk dan teh hangat.

Pencil Colour mengatakan...

Mampir lagi Bang, ayo mana nice storynya

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

woooahhhh!

nikmat!

udienroy mengatakan...

Kesetiaan dan ketulusan baru dapat kita lihat dan kita rasakan di mana saat yang genting. Di saat posisi sedang tidak setabil. Nah apakah pasangan kita prihatin atau malah gak mau tau. Hehe kok malah jadi ikut2an ceramah gini. Maap maap maap duh ampun ampun

NOOR'S mengatakan...

@ udienroy : Yup...setuju !

Unknown mengatakan...

datang bawain arem2.

Unknown mengatakan...

bawain kopi tubruk

NOOR'S mengatakan...

@ Mba Fanny : duh...mba Fanny baik banget deh, maaf belum up date..

Ninda Rahadi mengatakan...

aku baru tahu blognya mas noor yang ini... aku suka banget baca cerpen beginian.. semacam sastra koran ...



dikirim belum sih mas noor?? @,@ kerenn

NOOR'S mengatakan...

@ Non Nindya : makasih non, tunggu saja..nanti ada cerpen2 berikutnya yang mudah2an tak mengecewakan..

Unknown mengatakan...

warkop 13 tuh dimana? kasih linknya aja deh.

Posting Komentar